MATERI PEMBAHASAN TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN IV (TPT 4 ) TEMA : TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PADI AEROB TERKENDALI BERBASIS ORGANIK (IPAT – BO) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI Oleh : Tim Dosen TPT 4
Tahapan Program Intensifikasi Padi 1960 Pra Bimas Demas dan Bimas Bimas Insus Supra Insus sekarang PTT
Peningkatan produksi tanaman: (Satari; dkk,2005) - ekstensifikasi = perluasan areal lahan pertanian - intensifikasi = peningkatan produksi dengan menambahkan input pertanian persatuan luas lahan Upaya intensifikasi yang sedang dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi : Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Konsep PTT = pengelolaan tanaman dengan mengintegrasikan komponen teknologi dengan potensi biofisik, sosial, dan ekonomi.
Komponen teknologi pada PTT untuk padi sawah Varietas Unggul Baru (VUB) Benih bermutu dan berlabel Pemberian pupuk organik Cara tanam legowo 2 : 1 Pemupukan anorganik spesifik lokasi Pengendalian OPT dengan PHT Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam Penggunaan bibit muda (< 21 hari) Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun Pengairan berselang Penyiangan menggunakan landak atau gasrok Panen tepat waktu, dan gabah segera dirontok
Indonesia mencapai swasembada beras potensi hasil 8 ton/ha. Tahun 1984/1985 : Indonesia mencapai swasembada beras potensi hasil 8 ton/ha. Namun setelah itu, terjadi pelandaian hasil padi (Levelling off ) Penyebab dari keadaan ini : Pengolahan tanah yang terus menerus dilumpurkan menyebabkan terjadinya gangguan pada Rhizosfer / ketidakseimbangan mikroba tanah.
Pemupukan anorganik NPK secara terus menerus tanpa diimbangi pupuk lainnya dan pupuk organik mengganggu ekosistem alami: terganggunya biodiversitas mikroba tanah, dan terputusnya rantai makanan. Adanya erosi tanah. Penggunaan varietas yang rentan terhadap serangan hama penyakit Pencemaran air & efek residu dari pestisida, bahan ikutan pada produk pertanian membahayakan kesehatan manusia. 6. Penanaman padi secara terus menerus, tanpa pergiliran tanaman (tidak memutus siklus hama penyakit ).
7. Menurunnya kandungan bahan organik ( < 2% ) di 8 Provinsi di Indonesia, dari 1548 contoh lahan sawah, persentase nilai C – organik berdasarkan kriteria : < 1 % = 18 % 1 – 1,5 % = 28 % 1,5 – 2 % = 20 % > 2 % = 34 % 66 % berada dalam kondisi sakit !!!
Revitalisasi kesehatan tanah Upaya mengembalikan kesehatan tanah & mempertahankan keberlanjutan ekosistem pertanian : Sistem pertanian ramah lingkungan (sustainable agriculture) prinsip: menjaga keselarasan komponen ekosistem (manusia, hewan, tanaman, dan sumber daya alam) secara berkesinambungan dan lestari.
konsep PTT Membantu memecahkan masalah pelandaian produktivitas padi. Intensifikasi padi sawah bersifat spesifik lokasi bergantung pada kondisi sumberdaya pertanian di wilayah petani dan masalah yang akan diatasi (demand driven technology). 3. inovasi teknologi yang mengacu pada konsep PTT dikembangkan untuk membantu memberikan solusi terhadap pemecahan masalah, diantaranya: IPAT – BO.
Metode IPAT – BO (Intensifikasi Padi aerob Terkendali Berbasis Organik ) : Teknik budidaya padi sawah yang sudah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia sejak 2007. Pelaksanaannya dengan menggunakan sistem pakar (expert system) di lahan petani.
Teknologi IPAT – BO : sistem produksi yang holistik (terpadu), dan ekologis Pemanfaatan kekuatan biologis tanah, sebagai pabrik pupuk alami dalam ekosistem tanah. Manajemen tanaman. 3. Pemupukan : hayati, biostimulan, dan pupuk anorganik dipadukan dengan tata kelola air secara terencana ( by design). Ketiganya mendukung pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran padi dalam kondisi aerob hasil padi meningkat.
Masalah pengaturan tata air pada IPAT – BO Di Indonesia budidaya padi digolongkan atas berbagai dasar : Penggunaan atas dasar sumber air hujan dan air irigasi: - Padi gogo ( ditanam di tegalan / ladang) di lahan kering. - Padi gora (ditanam di sawah tadah hujan). - Padi sawah (ditanam di sawah berpengairan irigasi teknis, ½ teknis, swadaya) di lahan basah. Penggolongan atas dasar musim: - Padi sawah musim kemarau (MK) - Padi sawah musim hujan (MH)
Penggolongan atas dasar dalamnya air genangan . - Padi gogo (tidak pernah digenangi) - Padi sawah ( seluruh waktu pertumbuhan padi digenangi 5 – 25 cm) - Padi gogo rancah (tidak digenangi di awal pertumbuhan dan kemudian digenangi 5 – 25 cm pada periode pertengahan sampai akhir pertumbuhan. - Padi pasang surut (Padi sawah dengan genangan diatas 50 cm, dengan variasi tinggi genangan air bergantung pada pasang dan surutnya air di muara sungai). - Padi rawa / padi lebak adalah padi sawah dengan genangan lebih dari 50 cm sampai 2 m. [Padi air dalam adalah nama lain untuk padi pasang surut, padi rawa dan padi lebak.]
STRATEGI TEKNOLOGI IPAT - BO Mengoptimalkan dan memanfaatkan kemampuan padi dalam mengembangkan sistem perakaran dan pembentukan anakan. Meningkatkan peranan kekuatan biologis dalam memasok nutrisi dan memproduksi senyawa bioaktif (fitohormon, eksudat akar) untuk menunjang pertumbuhan dan pengembangan sistem perakaran dan tanaman.
Tahapan teknik budidaya IPAT – BO : Seleksi benih, dalam larutan garam Persemaian benih umur 7 – 14 HSS Pemupukan : (1) Pupuk organik : - Sebelum persemaian : 500 g kompos + 50 g pupuk bio per m2 - Sebelum tanam: kompos jerami/pupuk kandang 300 – 500 kg/ha, + pupuk biostimulan untuk daun pada umur 15, 25, 35HST, untuk bunga pada umur 45, 55, dan 65 HST
(2) Pupuk anorganik : N, P, K 1 – 2 hari sebelum tanam. Pupuk susulan dgn melihat bagan warna daun (BWD) saat umur (21 – 28 HST), (35 – 42 HST), (48 – 56 HST) dosis sesuai anjuran. Pengaturan jarak tanam: - Pola bujur sangkar (30 x 30, 35 x 35, 40 x 40, 50 x 50 cm ) 1 benih per lubang tanam. - Sistem tanam bibit kembar (IPAT – TS) (Twin Seedling) - Legowo (IPAT – LG).
Teknik pemberian air : (1) Sejak tanam hingga masa pertumbuhan tanaman lahan macak – macak. (2) Saat pengendalian gulma, dilakukan penggenangan hingga ketinggian air 1 – 2 cm dilakukan 1 – 2 hari sebelum penyiangan gulma. (3) Selanjutnya lahan dalam kondisi macak – macak hingga fase pemasakan. (4) Lima belas hari menjelang panen, pemberian air diberhentikan dan dibiarkan mengering secara alami.
Perbedaan Sistem Konvensional dengan IPAT – BO Sistem IPAT - BO Konvensional 1. Benih Boros Hemat 25 % 30 kg/ha 7,5 kg/ha Tanam 3 – 4 bibit/lubang 1 bibit/lubang Jarak tanam Rapat Lebar 4. Penggunaan air Digenangi terus - aerob (anaerob) - Penggenangan terputus - Hemat air Pupuk organik - Menggunakan 6. Pupuk anorganik Boros Hemat 50 %
Pada IPAT – BO Pupuk dari jerami : inokulasi dengan dekomposer ABG – degra 200 g/ha pada tumpukan jerami atau hamparan jerami sebelum pengolahan tanah (1 – 2 minggu ) sebelum pengolahan. Ekstrak organik dan biostimulan ABG