Kekuatan dari Dalam Menggunakan Komunitas sebagai Sumber Pendidikan Hoa Phuong Tran, Ph.D. Asia Regional Learning and Education Advisor Plan International 2 nd Indonesian Teachers’ Conference 2007 Organized by Sampoerna Foundation and ProVisi Education Jakarta, November 27-28, 2007
Komunitas – S ekutu Utama Sekolah Untuk berfungsi secara efektif, sekolah memerlukan beberapa sumber daya seperti dana, manusia dan pengetahuan Selain dari dana yang dialokasikan oleh pemerintah, sekolah seringkali mencari dukungan materi dari komunitas (tenaga, dana dan lahan). Namun kontribusi dari material dan tenaga hanyalah sebagian kecil dari apa yang dapat ditawarkan oleh komunitas untuk mendukung pendidikan anak-anaknya. Dalam banyak kasus, komunitas seringkali dianggap sebagai sumber pengetahuan dari dalam yang dapat dipergunakan oleh sekolah. Sekolah jarang mencari dukungan proses edukasi bagi anak-anak dari komunitas sendiri. Padahal, komunitas dapat berkontribusi untuk sekolah dalam setiap pengetahuan yang perlukan untuk para murid. Pengetahuan yang kaya ini terdapat dalam tradisi, kearifan dan keterampilan yang terakumulasi sepanjang sejarah. Anggota komunitas adalah pemelihara dari pengetahuan ini.
Sekolah bukanlah hanya unit administrasi yang ditugaskan dalam edukasi anak-anak. Sekolah melekat dalam komunitas dan seharusnya mempunyai peran dalam menghasilkan generasi yang memelihara kearifan dan pengetahuan. Adalah sangat logik jika sekolah seharusnya menggunakan secara maksimak berbagai sumber daya yang ada dalam komunitas. Sekolah harus menyadari bahwa jika mereka tidak melibatkan komunitas dalam proses pendidikan, mereka telah menghamburkan sumber daya yang berharga. Terlebih lagi mereka juga telah gagal dalam peran mereka untuk mendidik murid-murid mereka menjadi warga negara yang bertanggungjawab yang menghargai asal mereka, dan nilai serta tradisi dalam komunitas
Bagaimana Melibatkan Komunitas? Empat model partisipasi komunitas yang membawa manfaat bagi sekolah: –Partisipasi sebagai komite sekolah –Partisipasi dalam bentuk audit dan inspeksi –Partisipasi sebagai nara sumber dalam kearifan masyarakat –Partisipasi sebagai pendukung sekolah (langsung maupun tidak langsung)
Kearifan Komunitas perlu terefleksi dalam kurikulum Kearifan lokal ketika disertakan dalam kurikulum dan proses pendidikan, membawa manfaat pendidikan yang besar. Anak-anak dapat belajar dari anggota komunitas hal-hal berguna yang seringkali tidak terdapat dalam kurikulum resmi. Bersamaan dengan hal tersebut, apabila kurikulum menyertakan isu-isu lokal, tradisi dan memanfaatkan pengetahuan lokal, maka hal tersebut akan membantu pelestarian intisari dari peradaban. Dari sisi pengembangan, ketika sekolah melibatkan komunitas dalam proses pendidikan akan terbuka isu-isu yang mempunyai dampak penting bagi masa depan komunitas.
Bagaimana Anggota Komunitas dapat Membantu Anggota komunitas dapat menjadi peserta yang efektif dalam merancang beberapa bagian dari kurikulum, dan membuatnya menjadi relevan bagi kebutuhan komunitas dan anak-anak. Mereka dapat berpartisipasi dalam beberapa tahap berikut: –Perencanaan –Penentuan tujuan (bertemu dengan sekolah dan membicarakan bagaimana sekolah seharusnya) –Membuat kurikulum (mendapatkan informasi dan kearifan dari komunitas untuk merancang dan membuat kurikulum) –Menjadi nara sumber dan juga guru dalam hal ‘pelajaran’ hal-hal yang berhubungan dengan komunitas (yang mungkin tidak diketahui oleh guru-guru sekolah) –Pengaturan aktifitas belajar –Evaluasi kurikulum dan hasil belajar anak-anak –Mobilisasi sumber dana untuk membantu sekolah
Contoh Sebuah Pengalaman yang Berhasil (Timurlaut Thailand) Pabrik kain sutra tradisional: anak-anak belajar berbagai tahapan dalam produksi kain sutra – pertanian mulberry, produksi benang sutra, produksi kain sutra. Mereka belajar bukan di ruang kelas, melainkan di kampung, dengan bantuan penduduk lokal sebagai guru. ‘Guru’ lokal adalah mereka yang membuat kain sutra dan ahli dalam hal tersebut. Banyak diantara mereka adalah ibu dan nenek dari murid sekolah. Sebelum pelajaran dimulai, guru sekolah berdiskusi dahulu dengan ‘guru’ komunitas tentang perencanaan dan tujuan. Teknologi moderen juga dipergunakan dalam proses ini: murid-murid belajar membuat desain kain dengan bantuan komputer. Mereka membuat desain dari imaginasi mereka sendiri atau menggunakan desain yang popular. Sebuah alat tenun kecil disiapkan disekolah agar murid-murid dapat mencoba desain mereka dengan bantuan dan bimbingan dari anggota komunitas.
Seorang murid menunjukan desain kain di komputer
Hasil-Hasil Kombinasi dari prinsip dasar pendidikan dengan pengetahuan dan kearifan lokal telah secara nyata memperbaiki kualitas belajar anak- anak Murid-murid belajar dengan gembira, rasa keingintahuan serta ketertarikan. Mereka menyerap intisari subyek lewat riset dan imaginasi mereka. Bersamaan dengan itu mereka dibantu dengan perencanaan belajar yang dikemas dengan baik. Hasilnya, mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dengan mudah dan melekat secara efektif. Berkat kolaborasi yang erat antara sekolah dan komunitas, tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang sesuai dengan keinginan dan ketertarikan para murid. Dengan semakin banyaknya murid yang belajar metode menenun tradisional dan menghargai nilainya, maka kesenian yang dimiliki oleh komunitas dapat dilestarikan untuk diteruskan pada generasi berikutnya.
Contoh 2: Komunitas membuat sekolah mampu melindungi lingkungan Hutan lokal terancam akibat penumpasan yang dilakukan oleh perusahaan pembangun rumah Sekolah dan komunitas bersama-sama mencari jalan untuk melindungi hutan. Tetua di komunitas yang tahu mengenai hutan (sebagian besar sudah pensiun) mengajar tentang fauna dan hewan-hewan yang tinggal di hutan dan bagaimana membangun kembali habitat mereka yang hilang. Tujuan dari setiap sesi didiskusikan dan disetujui bersama antara guru sekolah dengan nara sumber lokal. Dibawah bimbingan ‘guru’ komunitas, murid-murid menanam benih dan saling berlomba diantara mereka untuk menanam sebanyak mungkin. Benih-benih ini kemudian ditanamkan kembali di hutan. Ujian dilakukan didalam hutan itu sendiri, dimana para murid dengan percaya diri menjawab semua pertanyaan tentang kehidupan hutan, nilainya, habitat hewan di hutan, metode konserfasi hutan dan lain-lain.
Hasil Anak-anak belajar tentang hutan mereka, berpartipasi dalam menjaga kelestarian hutan dan menjaganya dari ancaman kehancuran oleh pembangun. Tetua lokal menggunakan pengetahuan mereka tentang hutan dan menurunkannya pada generasi muda. Guru sekolah juga belajar tentang lingkungan sekitar dan menjadi bagian untuk melindunginya. Orang-orang dikomunitas merasa bangga dengan partisipasi mereka dalam pengembangan kurikulum perlindungan lingkungan dan hutan. Komunitas, sekolah dan para murid merasa bahwa mereka tidak hanya belajar tentang teori, namun bisa menggunakan pengetahuan mereka untuk sesuatu yang berguna bagi keluar dan komunitas mereka. Proses belajar itu sendiri – sebagian besar diselenggarakan di alam – hal ini menyenangkan dan efektif. Para murid menangkap hal-hal baru dengan cepat melalui proses belajar langsung.
Anak-anak menanggapi pertanyaan tentang tanaman
Para murid menunjukan cara untuk membuat sampo dari herbal dan daun
Kesimpulan Banyak hal yang dapat menjadi kontribusi komunitas bagi kesuksesan sekolah Komunitas dan sekolah harus menjadi pasangan yang erat didalam pendidikan anak-anak, menggunakan segala kekuatan yang ada didalam setiap komunitas Tradisi dan pengetahuan dalam komunitas dapat disatukan dalam kurikulum sekolah, hal ini akan merefleksikan kebutuhan komunitas dan sekolah Tetua dalam komunitas adalah nara sumber yang sangat berharga yang dapat digunakan secara maksimal oleh sekolah Kearifan lokal memberikan manfaat bagi pengetahuan dan keterampilan dasar anak-anak. Biarkan mereka menikmati kesempatan ini!