CESTODOSIS MONIEZIASIS Penyebab: Moniezia expansa Moniezia benedini Hewan Peka: M. benedini: sapi (hospes utama) & ruminans lain M. expansa: kb, db, sp & ruminansia lain Habitat : Usus halus Cara Penularan: Termakannya sistiserkoid di dalam tubuh mites (fam: Oribatidae) bersama rumput
Patogenitas: Gejala Klinis: - Hewan muda (< 6 bl) sangat peka. - Derajat infeksi bergantung jumlah sistiserkoid - Enteritis Gejala Klinis: Secara umum tidak jelas, tampak lemah & kurus Akut: Intoksikasi akibat racun yang dihasilkan dari ekskresi cacing dewasa Infeksi Ringan: Gangguan pencernaan (indigesti) & terhambatnya pertumbuhan. Infeksi berat: Anemia, diare profus, pertumbuhan terhambat, pd anak sapi bisa fatal
Diagnosis Pemeriksaan tinja Telur atau Segmen/proglotid Telur M. benedini Pengendalian : Dichlorophene 300-600 mg per kg BB Yomesan 75 mg per kg BB Kontrol terhadap tungau, tungau bersifat fototropisme negatif
DIPYLLIDIASIS Penyebab : Dipyllidium caninum Habitat & Hospes : Usus halus anjing, kucing , kadang manusia Cara Penularan: Termakannya sistiserkoid dlm tubuh pinjal atau kutu anjing Patogenesis: Di usus menyebabkan gangguan GIT. Pd infeksi berat : enteritis kronis disertai kolik
Gejala Klinis : * Penderita berjln. dg menyeret anus * Ber-guling -2 atau menggigit bag. perut * Konvulsi, gejala menyerupai epilepsi * Pd anak (manusia): anoreksi, kurus, discomfort bag. perut, diare, nyeri epigastrum, kadang ada reaksi alergi Diagnosis: - GK/ khas : terutama berjalan menyeret anus - Proglotid di anus yg berbtk spt biji mentimun - Pemeriksaan tinja telur bentuk paket
Pengendalian: Pengobatan : Arecoline hydrobromide: 0,4 mg/pound BB Bunamidine hydrochloride (Scolaban):11 mg/pound BB: 2x interval 48 jam Dichlorophene (Dicestal):50–100 mg/kg BB Yomesan (Mansonil) : 50 –100 mg/kg BB
- Pembasmian pinjal & kutu anjing dg larutan DDT 1% Pencegahan: - Pembasmian pinjal & kutu anjing dg larutan DDT 1% at. 0,1 BHC – Asuntol (Bayer) – Super Killer
DIPHYLLOBOTHRIASIS PENYEBAB : Diphyllobothrium latum HABITAT & HOSPES : Usus halus anjing, babi, beruang, hewan pemakan ikan & manusia. CARA PENULARAN : Memakan ikan mentah/ kurang masak yg mengandung pleroserkoid. PATOGENESA & GEJALA KLINIS : Cacing dewasa di dalam UH menyebabkan diare dan anemia perniciosa (kekurangan vit B) DIAGNOSIS : Pemeriksaaan feses telur
Memasak ikan dengan sempurna sebelum dikonsumsi Stadium : Telur Coracidium Procercoid Plerocercoid (stadium infektif) TERAPI: - Quinacrine hydrobromide (=mepacrine) - Yomesan - Arecoline hydrobromide - Dichlorophen PENCEGAHAN : Memasak ikan dengan sempurna sebelum dikonsumsi
CYSTICERCOSIS CELLULOSE CYSTICERCOSIS BOVIS PENYEBAB : Larva Taenia solium / Larva T. saginata HABITAT & HOSPES : Otot bergaris : Otot lidah, masseter bag dalam, otot bahu dan otot perut, diafragma, mesenterium, paru-paru, jantung, ginjal, mata dan otak dari babi, sapi, anj, kc, kb, kera, rusa dan manusia.
Termakannya telur cacing T. solium / T. saginata CARA PENULARAN : Termakannya telur cacing T. solium / T. saginata EPIZOOTIOLOGI : * Bersifat zoonosis * Di Indonesia banyak terdapat di : Bali, Tapanuli, Tanah Toraja dan Irian Jaya GEJALA KLINIS : Babi : - Infeksi berat : Hipersensitifitas moncong menggosok- gosokkan moncong ke dinding/lantai. Konvulsi lidah, otot bergaris - Infeksi ringan : tidak jelas
Seperti gejala rabies ~ Anjing : ~ Manusia : - Cerebral cysticercosis : Gangguan keseimbangan Ganguan penglihatan Epileptiform - Opthalmic Cysticercosis : Kebutaan PERUBAHAN PATOLOGIS : Udema ditempat predileksi Anemia Meningo-encephalitis Choroidae atrophy
DIAGNOSIS : ⇨ Melihat gejala klinis : hipersensitivitas pd moncong babi ⇨ Pemeriksaan ante-mortum pd lidah babi ⇨ Pemeriksaan post-mortum di tempat predileksi ⇨ Pemeriksaan secara radiologis ⇨ Pem. Serologik : sero-presipitasi, sero-aglutinasi, uji diagnostik alergi = intra dermal reaction
PENGENDALIAN : - Memutus SH/ : tempat defekasi Manusia yg higienis - Pengobatan thd penderita taeniasis - Pemeliharaan babi secara intensif & higienis - Pemeriksaan daging babi dan sapi scr rutin - Memasak daging babi dan sapi scr sempurna - Pendinginan daging yg terinfeksi sistiserkus pada suhu 8 – 10°C selama 4 hari - Penggaraman daging dg konsentrasi 20 % selama 3 – 4 minggu - Afkir daging yg terinfeksi cacing gelembung
TAENIASIS PENYEBAB : Taenia solium & Taenia saginata HABITAT & HOSPES : Usus halus manusia CARA PENULARAN : Termakannya Cysticercus cellulose atau Cysticercus bovis di daging babi/ sapi karena pengolahan daging tidak/kurang sempurna
EPIDEMI : HOSPES GK/ : PARASIT I.S.A (Bb, Sp) Proglotid gravid keluar (motil) dari tubuh hospes ⇨ ruptur ⇨ telur terbebas Telur termakan i.s.a & atau manusia. ⇨ Sistiserkosis GK/ : - Simtom non spesifik pd. Abdomen : diare, konstipasi, nyeri epigastrik ⇨ Taeniasis - Simtom neurologik ⇨ Sistiserkosis
TAENIASIS PADA UNGGAS PENYEBAB : ~ Davainea Proglotina ~ Raillietina tetragona ~ Raillietina echinobothrida ~ Raillietina cesticillus ~ Amoebotaenia sphenoides ~ Choanotaenia infundubulum
CARA PENULARAN : Termakannya cysticercoid oleh inang definitif INANG PERANTARA : ⇨ Davainea Proglotina : Siput tanah (slug) dari genus Limax, Arion, Cepoea dan Agrolimax ⇨ Raillietina tetragona : Musca domestica dan semut dari genus Tetramorium dan Pheidole ⇨ Raillietina echinobothrida : semut : Tetramorium caespitum dan Pheidole vinelandica ⇨ Raillietina cesticillus : Musca domestica dan kumbang (beetles)
⇨Amoebotaenia sphenoides : Cacing tanah dari genus Eisenia, Pheretina ocnerodritus, dan Allobophora ⇨Choanotaenia infundubulum : Musca domestica dan kumbang : Geotripus, Aphodius, Calathus dan Tribolium
PATOGENITAS INFEKSI CACING PITA UNGGAS : Patogenitas masing-masing spesies berbeda D.proglotina : ukuran terkecil tp paling patogen penetrasi cukup dalam pada mukosa intestin menyebabkan enteritis dan sering menyebabkan perdarahan pada infeksi berat.
R. tetragona dan R. echinobothrida juga patogen setelah D. proglotina R. tetragona dan R. echinobothrida juga patogen setelah D. proglotina. Cacing muda penetrasi cukup dalam pd mukosa dan sub mukosa duodenum menyebabkan nodule. Nodule rongga peritenium, mengandung jaringan nekrotik dan lekosit. Stadium awal : cacing muda ditemukan menggantung di dalam lumen usus halus. Cacing dewasa ditemukan di bagian posterior usus halus - Spesies lain tidak berbahaya. GEJALA KLINIS : ⇨ Unggas / burung muda sering terinfeksi ⇨ Nafsu makan menurun, lesu, selalu haus, kelemahan dan mudah lelah, kekurusan dan anemia. ⇨ Pada infeksi berat : dapat menyebabkan kematian pada hewan muda.
PERUBAHAN PASCA MATI : ⇨ Produksi telur menurun pada ayam petelur ⇨ D proglotina : menyebabkan diare, feses bercampur darah, kadang terjadi gangguan syaraf pd sebag atau keseluruhan tp tdk jelas PERUBAHAN PASCA MATI : D. proglotina : ~ Mukosa usus menebal + perdarahan Degenerasi & keradangan villi-villi slr usus + sejumlah besar cairan mukous & berbau busuk R. tetragona dan R. echinobothrida : ~ Nodule pada dinding saluran usus yang terinfeksi
DIAGNOSIS : ⇨ Gejala klinis & ditemukan sejumlah besar segmen cacing pita ⇨ Pemriks. feses telur cacing dalam feses penderita ⇨ Seksi : enteritis & nodule-2 infeksi Raillietina sp. ⇨ Skraping mukosa usus D/ D. proglotina : karena tertanam dalam mukosa usus. TERAPI DAN PENCEGAHAN : ~ Panhelmin : campuran levamisole dan praziquantel. Tiap 100 ml mengandung 5 g levamisole dan 3,5 g praziquantel Dosis : 100 ml panhelmin dilarutkan dalam 100 l air diberikan dalam air minum selama 2 hari & diulang stl 10 hr selama 2 hr.
PENCEGAHAN : ⇨Membasmi kumbang/semut/belalang di sekitar kandang dg insektisida ⇨Pemeliharaan unggas sebaiknya dikan- dangkan ⇨Memberantas siput dengan molluscida ⇨Higiene kandang ⇨Pemberian pakan dan minum spy. diletakkan di tempat yg bersih
Silahkan Saudara Presentasi - Terima Kasih - Silahkan Saudara Presentasi