Haidar Bagir.  Melahirkan manusia-manusia yang kaya?  Berkuasa?  Terkenal?  Pandai?  Memiliki Karakter? Atau :  Melahirkan anak-anak yang sukses?

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KURIKULUM 2013 BY ADA PENDIWATI NIM
Advertisements

Sosialisasi KTSP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 NOMOR 23 TAHUN 2006Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN.
Bimtek KTSP 2009 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 NOMOR 23 TAHUN 2006Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)
Sosialisasi KTSP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 NOMOR 23 TAHUN 2006Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN.
1. RESPONSI I I. Orang yang baik adalah orang yang : II. Guru yang ideal adalah guru yang : III. Peserta didik yang baik adalah : IV. Jika saya memiliki.
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan Tinggi di Indonesia
Konsep Dasar Pendidikan
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang
Sosialisasi KTSP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 NOMOR 23 TAHUN 2006Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN.
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang
LIMA PILAR BELAJAR GUNA MEWUJUDKAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
Sosialisasi KTSP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 NOMOR 23 TAHUN 2006Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN.
Kedudukan Muatan Lokal dalam Kurikulum 2013
Sosialisasi KTSP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 NOMOR 23 TAHUN 2006Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN.
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
LANDASAN FILOSOFI KURIKULUM 2013
IMPLEMENTASIKURIKULUM 2013
LANDASAN YURIDIS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
RASIONAL KURIKULUM 2013 (MD.1)
KURIKULUM 2013 DAN PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Penyaji: Momon Sulaeman
Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 Penyusunan KTSP BIMBINGAN TEKNIS
RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT
DEFINISI, FUNGSI, DAN SEJARAH KURIKULUM Erie Agusta, M.Pd.
Rasional pengembangan kurikulum 2013
PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Materi dan Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
MANAJEMEN KURIKULUM Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd PENDIDIKAN DASAR
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang
RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang
Pengembangan Kurikulum dalam Penulisan
Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan
BAB II SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN
STANDAR PENILAIAN KURIKULUM 2013
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang
RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT
PERAN ILMU PENDIDIKAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Guru Profesional dan Standarisasi Pendidikan Nasional
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT
RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT
Undang Undang Sisdiknas no. 20 Tahun 2003
Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Tujuan dan Standar Kompetensi
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang
Kurikulum Berbasis Karakter
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013
Analisis Kurikulum.
PELAKSANAAN KURIKULUM 2013
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Analisis Kurikulum Penjasorkes dan Bahan Ajar
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT
PEDOMAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) OLEH : HARIYANI,S.PD SMK NEGERI 1 BENGKAYANG.
JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNGGUL DALAM PRESTASI AKADEMIK UNGGUL DALAM PRESTASI NON AKADEMIK UNGGUL DALAM PENCAPAIAN HASIL NILAI UJIAN NASIONAL UNGGUL DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME.
MENJADI GURU JAMAN NOW. MEMPUNYAI 7B 1.Bersemangat juang tinggi 2.Berpikir kritis 3.Bertindak dinamis 4.Berkarya kreatif.
Transcript presentasi:

Haidar Bagir

 Melahirkan manusia-manusia yang kaya?  Berkuasa?  Terkenal?  Pandai?  Memiliki Karakter? Atau :  Melahirkan anak-anak yang sukses?

Membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memberikan kemungkinan sebesar-besarnya bagi mereka untuk meraih kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat

 Schubert (1986) : Philosophy lies at the heart of educational endeavor. This is perhaps more evident in curriculum domain than in any other, for curriculum is a response to the question of how to live a good life.

 “Barangsiapa beriman dan berbuat baik, maka Tuhan akan memberinya kehidupan yang baik (di dunia) dan pahala yang lebih baik lagi (di akhirat)  Menurut para ulama, “kehidupan yang baik” berarti kebahagiaan hidup

 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;  Berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;  Sehat, mandiri, dan percaya diri; dan  Toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sikap Spiritual beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Sikap Sosial berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab Pengetahuanberilmu Keterampilancakap dan kreatif 8

(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1)) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk  kekuatan spiritual keagamaan,  pengendalian diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak mulia, serta  keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

 Kemampuan personal-eksistensial – yang sedikit banyak bersifat spiritual – dan kemampuan sosial adalah dasar harus dilihat sebagai puncak.Yakni, bukan saja ia krusial dalam menentukan kebahagiaan hidup seseorang, bahkan juga dalam penguasaan kemampuan-kemampuan teknis yang menentukan kesuksesan. Ingat Abraham Maslow.

 Kegagalan pendidikan kita dalam mengembangkan kecerdasan sosial-emosional telah, sebelum yang lain-lain, menyebabkan anak-anak kita tak memiliki kemampuan untuk mengembangkan emosi positif dan empati, yang sangat menentukan kesejahteraan psikologis dan sosial mereka: mudah patah dan menyerah, mudah “galau”, tak punya solidaritas sosial. Padahal pertemanan merupakan sumber bukan hanya kesusksesan, melainkan juga kebahagiaan. Sementara itu, kegagalan mengembangkan kecerdasan ruhaniah membuat anak kita tidak bahagia akibat keterasingannya dengan sumber-keberadaan sekaligus Kawan-Agung (the Great Socius)-nya.

 Yang tak kurang penting, harus kita sadari bahwa kesuksesan materilistik sekalipun ditentukan juga oleh kecerdasan emosional dan spiritual: oleh kekuatan cita-cita (visi), leadership, karakter, kekuatan imajinasi, dan unsur-unsur sejenisnya. Daniel Goleman, dalam bukunya yang fenomenal, Emotional Intelligence, menyatakan: “… kecerdasan emosional kita menentukan potensi kita untuk belajar keterampilan praktis.... Kompetensi emosional kita menunjukkan berapa banyak potensi kita yang telah diaplikasikan menjadi kemampuan yang bisa dipakai saat bekerja.”

 Danah Zohar dan Ian Campbell menyimpulkan bahwa kecerdasan ruhaniah ini memberi kemampuan untuk dapat bekerja secara adaptif-kompleks (berdasar prinsip chaos, yang tidak sekadar logis-linear), yang lebih sesuai dengan lingkungan kegiatan yang luar biasa cepat berubah seperti yang terjadi sekarang ini. Dalam bisnis, yang satu disebut sebagai social capital, yang lain spiritual capital.

 Kemampuan imajinatif—yang terkait erat dengan kemampuan kreatif— mesti benar-benar digalakkan, termasuk pemberian ruang sebesar- besarnya bagi upaya belajar berkhayal (berimajinasi), mengeksplor seluas mungkin segala sesuatu dan mencoba-coba sebanyak- banyaknya, serta berfikir sebebas-bebasnya, termasuk untuk berbuat kesalahan (trial and error) sebanyak-banyaknya. Di sini menjadi penting pengembangan proses belajar- mengajar berbasis proyek-proyek penelitian (project-based learning).

 Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.  Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.  Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.  Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.  Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.  Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.  Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.  Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. 15

A. Kompetensi Lulusan 1Berkarakter mulia 2Keterampilan yang relevan 3Pengetahuan-pengetahuan terkait B. Materi Pembelajaran 1Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan 2Materi esensial 3Sesuai dengan tingkat perkembangan anak Identifikasi Kesenjangan Kurikulum Konsep Ideal B. Materi Pembelajaran 1Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan 2Beban belajar terlalu berat 3Terlalu luas, kurang mendalam A. Kompetensi Lulusan 1Sikap belum mencerminkan karakter mulia 2Keterampilan belum sesuai kebutuhan 3Pengetahuan-pengetahuan lepas Kondisi Saat Ini C. Proses Pembelajaran 1Berpusat pada peserta didik (student centered active learning) 2Sifat pembelajaran yang kontekstual 3Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan C. Proses Pembelajaran 1Berpusat pada guru (teacher centered learning) 2Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks 3Buku teks hanya memuat materi bahasan 16

F. Pengelolaan Kurikulum 1Pemerintah Pusat dan Daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan 2Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 3Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman Identifikasi Kesenjangan Kurikulum Konsep Ideal F. Pengelolaan Kurikulum 1Satuan pendidikan mempunyai kebebasan dalam pengelolaan kurikulum 2Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 3Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran Kondisi Saat Ini 17 D. Penilaian 1Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional 2Penilaian test dan portofolio saling melengkapi D. Penilaian 1Menekankan aspek kognitif 2Test menjadi cara penilaian yang dominan 17 E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal 2Motivasi mengajar 17 E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1Memenuhi kompetensi profesi saja 2Fokus pada ukuran kinerja PTK

ElemenDeskripsi SDSMPSMASMK Kompetensi Lulusan Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Kedudukan mata pelajaran (ISI) Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi. Pendekatan (ISI) Kompetensi dikembangkan melalui: Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran Mata pelajaran Vokasinal 18

 Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa  Dari satu arah menuju interaktif.  Dari isolasi menuju lingkungan jejaring  Dari pasif menuju aktif-menyelidiki  Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata  Dari belajar yang bersifat individual menuju pembelajaran berbasis tim.  Dari pengetahuan yang umum dan luas tapi tidak dapat digunakan dalam masyarakat, menuju pengetahuan yang mendalam dan dapat digunakan dalam kehidupan di masyarakat.  Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru  Dari alat tunggal menuju alat multimedia  Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif  Dari produksi massal menuju kebutuhan pelanggan  Dari usaha sadar tunggal menuju jamak  Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak  Dari kontrol terpusat pada guru menuju pembelajaran yang memberikan otonomi dan kepercayaan kepada siswa  Dari belajar hafalan faktual menuju kemampuan berpikir kritis-kreatif  Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan

 Menanamkan pendidikan moral yang mengintegrasikan muatan agama, budi pekerti, kebanggaan warga negara, peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban dalam penyelenggaraan pendidikan;  Mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan soft skills yang meningkatkan akhlak mulia dan menumbuhkan karakter berbangsa dan bernegara;  Menumbuhkan budaya peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban melalui pembelajaran aktif di lapangan;  Penilaian prestasi keteladanan siswa yang mempertimbangkan aspek akhlak mulia dan karakter berbangsa dan bernegara.

Perlu diterapkan di sekujur kurikulum, terkait standar isi, proses, dan penilaian  Sikap  Pengetahuan  Keterampilan