Secercah Pemikiran tentang Tantangan IPTEKS dan Pendidikan IPTEKS di Indonesia, khususnya di sektor Energi Tatang H. Soerawidaja Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI), Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Anggota Dewan Riset Nasional (DRN), Staf Pengajar Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB) Focused Group Discussion “Tantangan Masa Depan bagi Pendidikan IPTEKS” Bandung, 22 Maret 2014
Prolog/Pembuka : Dialog di Kantor Dewan Pertimbangan Presiden, Jum’at sore 24Januari 2014 Emil Salim : Kami ingin menghindar dari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap). Asian Development Bank (ADB) : Kalian tak bisa lagi menghindar, karena kalian sebenarnya sudah terjebak di sana. ADB : Ini adalah indikator bahwa kalian sudah di dalam jebakan itu. ADB : Indonesia adalah negara anomali, karena ekonomi kalian tumbuh, padahal produktifitas kalian sebenarnya menurun!.
Apa arti/makna sinyalemen ADB itu?. Ekonomi negara kita tumbuh, padahal produktifitas bangsa kita sebenarnya menurun Kekayaan alam negeri ini amat luar biasa dan kita pada hakekatnya hanya menjual apa yang kita jumpai/temukan di alam!. Tak ada nilai tambah!. Pendidikan tinggi yang berkaitan erat dengan pengolahan kekayaan alam (alias peningkatan nilai tambahnya) tak berhasil membentuk sumber daya insani yang mampu menciptakan teknologi-teknologi untuk meningkatkan nilai tambah kekayaan khas besar negeri. Kekayaan alam tak terkonversi menjadi sumber daya!. Yang dibelajarkan hanya IPTEK formal. Tak mengenalkan kekayaan alam negeri dan trik-trik kreatif untuk mengolah dalam rangka mewujudkan nilai tambah.
Dalam 2 tahun terakhir ( ) : Neraca perdagangan RI mengalami defisit. Penyebab terbesarnya adalah impor BBM. Neraca sektor pangan pun sudah negatif. Kita tak berhasil mengembangkan sumber-sumber pangan dalam negeri. (Pengembangan) IPTEKS harus mampu menjawab (atau menyodorkan solusi terhadap) kepusingan mereka yang mengalokasikan anggaran!.
Tantangan di sektor energi Mobilisasi semua ‘sumber daya’ (alam + indani) untuk meredam impor BBM dengan pengembangan teknologi dan industri bahan bakar nabati di garda terdepan. Selanjutnya, lihat 2 file presentasi : Peran kunci bahan bakar nabati(BBN) di dalam mewujudkan ketahanan energi nasional. Energi : sang sumber daya induk.
Keterjaminan pasokan bahan bakar cair adalah persoalan utama ketahanan energi nasional kita !. Konsumsi domestik naik dengan pesat, sebagian juga akibat dari terus dipertahankannya subsidi besar pada Bahan Bakar Minyak (BBM). Karena kapasitas kilang domestik stagnan (sudah 20 tahun), impor BBM (bensin dan solar) dari tahun ke tahun membubung. Wood Mackenzie Inc. : Indonesia akan menjadi importir bensin terbesar di dunia pada tahun Impor BBM adalah yang nomor 1 di dalam daftar penyebab-penyebab utama defisitnya neraca pembayaran negara di tahun 2012 dan Juga menjadi penyebab terdevaluasinya nilai rupiah terhadap US$. 6
Nilai strategis bahan bakar nabati (BBN) Dibuat dari sumber daya nabati (bioresources). Jauh lebih bersih (ramah lingkungan) daripada bahan bakar fosil seperti BBM. Nilai strategis : Sumber daya nabati adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang bisa menghasilkan bahan bakar. BBN-BBN cair yang telah dikembangkan dapat dicampurkan ke dalam BBM padanannya ( tak butuh infrastruktur perniagaan baru!). Indonesia adalah negeri berkeaneka-ragaman hayati terbesar di dunia dan berlahan potensial (darat + laut) luas. BBN bisa menjadi produk energi unggulan Indonesia!. 7
BBN oksigenat versus BBN drop-in Oksigenat (= beroksigen) : dicampurkan pada persentase terbatas (10 – 20 %-volume); membuat emisi kendaraan lebih bersih. Drop-in : hidrokarbon; bisa dicampur sampai persentase berapa saja BBM Bahan Bakar Nabati (BBN) OksigenatDrop-in SolarBiodiesel generasi 1Bio-Hydrofined Diesel (BHD) atau Green diesel dan Biodiesel generasi 2 (biodiesel BTL atau F-T) BensinBioetanol generasi 1 & 2Biogasoline atau Green gasoline (Bensin nabati). Avtur-Bioavtur atau Jet Biofuel 8
Status komersialisasi aneka teknologi BBN cair 9 Teknologi produksi BBN dari minyak-lemak nabati adalah yang paling siap komersial!. Paling sedikitnya dalam jangka pendek-menengah, minyak-lemak nabati (pangan maupun non-pangan) memiliki peran penting di dalam penyediaan BBN biohidrokarbon.