Tempat Kerja Sebagai Tempat Untuk Memperoleh Nafkah Keluarga Tujuan kongkret bekerja adalah untuk memperoleh pendapatan/nafkah/gaji bagi kita dan orang-orang yang menjadi tanggungjawab kita. Logikanya bekerja adalah sarana paling tepat untuk memperoleh penghasilan, disamping ada sumber dana lain tetapi tidak bisa menjamin secara pasti. Artinya, mau tidak mau kita harus bekerja. Mau atau tidak mau kita harus ‘memenjara’ diri kita di tempat kerja minimal selama 8 jam sehari. Waktu selama itu bisa membuat pusing kepala jika diniati keliru atau dipandang secara negatif. Betapa letih rasanya berkutat selama 8 jam di ruangan kantor yang kadang pengap dengan pekerjaan menumpuk di atas meja. Membayangkan saja kadang alangkah berat apalagi menjalaninya secara nyata selama satu bulan penuh minus hari libur sebelum memperoleh imbalan gaji yang membuat kita sedikit tersenyum.
Bekerja adalah rutinitas yang membosankan, jika disikapi secara salah dan emosional. Seolah-olah gaji yang kita terima tidak seimbang dengan pengorbanan dan jerih payah kita selama satu bulan. Paradigma ini sudah waktunya kita ubah, kita harus mau merombak cara berpikir yang salah itu demi kebahagiaan kita sendiri. Tempat kerja bukanlah penjara pengap yang meletihkan dan membosankan tetapi surga dunia yang memberi kita harapan yang pasti dan jaminan masa depan yang pasti pula. Cobalah belajar untuk mengubah alam berpikir kita sehingga kita bisa mengambil sisi positif dari pekerjaan dan tempat kita bekerja. Orang bijak mengatakan bahwa hidup kita ditentukan oleh diri kita sendiri, bukan oleh orang lain. Kitalah yang bisa membuat diri bahagia atau sengsara. Dan kebahagiaan atau penderitaan itu sepenuhnya bergantung pada cara berpikir kita. Kalau kita berpikir bahagia pasti kita akan bahagia, sebaliknya jika berpikir kita akan menderita pastilah akan kita temui penderitaan itu.
Jadi kuncinya terletak pada bagaimana kita mengelola akal pikiran dan mengarahkan untuk selalu berpikir positif tentang kehidupan itu sendiri. Yang kita perlukan adalah kerendahan hati bahwa kita membutuhkan tempat bekerja itu, karena tanpa itu semua kita tidak akan memperoleh gaji. Dan jika tidak mendapatkan gaji, kita tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Kita tidak bisa membayar listrik, menyekolahkan anak dan sebagainya. Pokok pikiran kedua agar kita bisa menjadikan tempat kerja sebagai surga dunia adalah jangan menempatkan diri kita dalam posisi yang terpaksa. Tidak ada yang memaksa diri kita dan kita tidak mungkin dipaksa oleh orang lain, kita bebas sepenuhnya untuk menentukan nasib diri kita sendiri. Daripada berpikir yang bukan-bukan dan cenderung negatif, lebih baik kita mengakui dengan kerendahan hati bahwa kita memang membutuhkan pekerjaan. Dengan pikiran semacam itu kita pasti akan merasa bersyukur bahwa kita masih bisa bekerja, padahal masih banyak orang lain yang nasibnya kurang baik sehingga tetap menjadi pengangguran. Dengan bekerja kita bisa menentukan bagaimana masa depan kita selanjutnya. Coba andai kita tidak bekerja, tentu kita bingung memikirkan masa depan yang gelap gulita. Karena itu menjadi keharusan bagi kita untuk memandang tempat kerja sebagai surga dunia, memang itulah surga dunia kita yang sebenarnya. Sebab, dari tempat kita bekeja yang sempit itu kita mengubah dunia, minimal kita menjadi orang yang dihargai oleh keluarga karena setiap bulan bisa menyetor uang belanja.
Mungkin saja tempat kita bekerja terasa sumpek, tetapi dengan sedikit kemauan kita pasti bisa menjadikan lebih leluasa. Rekan-rekan kerja adalah orang-orang yang menyenangkan, karena merekalah yang menemani dan membantu kita setiap hari. Tanpa kehadiran mereka, kita mungkin akan kesulitan bekerja, atau tidak akan ada kantor kalau karyawannya hanya diri kita doang. Kita seharusnya merasa bersyukur karena kita punya atasan, sebab di luar sana banyak sekali orang yang sibuk dan lari kesana kemari untuk mencari atasan. Kita seharusnya bersyukur karena meja kerja kita dipenuhi oleh bertumpuk-tumpuk pekerjaan, sebab banyak orang yang susahnya setengah mati mencari satu berkas saja untuk dikerjakan dan mendapat upah. Rasa letih dan bosan itu hanya ada di pikiran yang salah, baiknya dibuang jauh-jauh dan cobalah kita berpikir tentang gaji yang kita terima setiap bulan, bersyukur dan kita nikmati. Bayangkan senyum merekah istri kita ketika menerima gaji tersebut dan bayangkan pula betapa bahagianya anak kita karena bisa membeli sepatu baru dari gaji yang kta peroleh itu. Rasanya bukan omong kosong belaka kalau tempat kerja merupakan surga dunia. Jangan pedulikan orang-orang yang berpikir ‘nyinyir’ karena mereka belum merasakan nikmatnya bekerja dan memperoleh gaji. Dan mereka adalah orang-orang yang tidak pandai bersyukur. Celakalah mereka di tempat kerja.