DAUR HIDUP MASYARAKAT JAWA
UPACARA DAUR HIDUP DAN BUDAYA Setiap kebudayaan yang dimiliki manusia pada hakekatnya terdiri dari unsur-unsur kebudayaan universal. Koentjaraningrat (1985: 203)
Unsur-unsur Kebudayaan Universal (1) Bahasa (2) Sistem pengetahuan (3) Organisasi sosial (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi (7) kesenian
wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud Budaya wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud Budaya
masyarakat Jawa sangat peka terhadap dimensi gaib dunia empiris yang diungkapkan dengan berbagai cara, misalnya dalam upacara-upacara rakyat yang mengusung mitos-mitos kuno tentang asal-usul suku, keselarasan dan gangguannya, perkawinan, kesuburan, dan penanaman padi (Suseno, 2001: 86-87).
Asal Mula Upacara Tradisi Sistem upacara daur hidup berangkat dari sistem religi masyarakat Jawa yang dikenal sebagai Agami Jawi. Konsep Agami Jawi yang lain adalah konsep mengenai kosmologi. Konsep inilah yang merupakan penyebab utama timbulnya berbagai ritual dan upacara-upacara adat, termasuk upacara daur hidup.
UPACARA DAUR HIDUP Beberapa pernyataan mengenai upacara daur hidup refleksi orientasi komunal, wujud demokrasi tradisional yang terjalin secara apik sebagai suatu jembatan yang menghubungkan antara kejadian biologis dan sistem sosial. Lambang bahwa manusia hidup dan berubah Upacara daur hidup memang jembatan yang menghubungkan tiga relasi manusia.
Tiga Relasi Daur Hidup
Cara Pandang Masyarakat Jawa
Upacara Daur Hidup Upacara daur hidup merupakan upacara yang diselenggarakan pada peristiwa-peristiwa penting sepanjang riwayat hidup seseorang,sejak orang tersebut lahir sampai dengan meninggal.
ASAL MULA UPACARA DAUR HIDUP Sistem upacara daur hidup berangkat dari sistem religi masyarakat Jawa yang dikenal sebagai Agami Jawi. Penganut agama Jawi mempercayai Allah dan Nabi Muhammad sebagai Tuhan dan Nabi,tetapi mereka juga mempercayai Dewa-Dewa, roh nenek moyang dan roh penjaga, roh, jin, setan, raksasa, dan mempercayai tentang akan datangnya ratu adil yang akan membawa keteraturan di muka bumi.
Pembagian Upacara Daur Hidup Umumnya upacara daur hidup dibagi menjadi lima bagian menurut perjalanan hidup seseorang, yaitu: (1) adat- istidadat saat manusia dalam kandungan, (2) adat-istiadat saat manusia lahir, (3) adat-istiadat masa remaja yang meliputi sunatan atau tetesan, (4) adat istiadat perkawinan, dan (5) adat-istiadat kematian.
Tatacara Sebelum Proses Kelahiran Tata cara mengenali tanda-tanda kehamilan, Larangan-larangan selama masa kehamilan Anjuran-anjuran selama masa kehamilan Wilujengan satu bulan Wilujengan dua dan tiga bulan Wilujengan empat bulan Wilujengan lima bulan Wilujengan enam dan tujuh bulan Wilujengan delapan bulan Wilujengan sembilan bulan Tingkeban Tata Cara selama Proses Kelahiran
Gugon Tuhon untuk Wanita Hamil Sirikane: aja sok linggih tengah lawang, linggih lumpang utawa alu, mangan disangga, iku dadi pangane Bethara Kala… ora kena mangan iwak kang angsare panas, kayata menjangan…, mangan duren lan maja iya ora kena… ‘Pantangannya: jangan sekali-sekali duduk di tengah pintu, duduk di atas lumpang atau alu, makan dengan piring tersangga tangan. (Jika dilaksanakan) akan menjadi mangsa Bethara Kala…tidak boleh makan daging yang menyebabkan panas, seperti daging kijang…, makan durian dan buah maja juga tidak boleh’
Gugon Tuhon perkataan atau dongeng yang dipercaya mempunyai daya atau kekuatan. Jika perkataan atau dongeng itu tidak dipatuhi, maka orang yang melanggarnya akan memperoleh kesialan dan kesengsaraan dalam hidupnya (Sutrisno, 1982: 44). Gugon Tuhon dibagi menjadi tiga, yaitu gugon tuhon satuhu, wasita sinandhi, dan pepali atau larangan.
Contoh Gugon Tuhon Populer
Upacara Terbesar dalam Pranatal Upacara Tingkeban
Tatacara dan Upacara Pascanatal Cara memotong tali pusar Cara merawat potongan tali pusar Cara merawat ibu dan bayi sesudah proses kelahiran Brokohan Puput Puser Sepasaran Selapanan Slametan 40 hari sesudah melahirkan Tedhak siten Slametan satu tahun Slametan nyapih
Pendapat orang Jawa tentang Waktu Menyapih Anak Menurut kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun, waktu yang paling baik untuk menyapih bayi, jika bayi laki-laki ketika berumur 15-16 bulan, jika perempuan 18-19 bulan. Jika melebihi umur tersebut baru disapih, menurut kepercayaan saat dewasa, anak tersebut akan menjadi orang yang bodoh.
Tatacara dan Upacara Masa Anak-Anak dan Remaja Tetesan Pasah Ruwatan Sukeran Sunatan Tingalan Mencari jodoh Pernikahan
Ruwatan Ngruwat berarti membebaskan, melepaskan seseorang agar terhindar dari kehidupan yang hina dan sengsara.
Rangkaian Upacara Perkawinan Lamaran sanggan paningset saha lambang kalpika, tata cara awal mantu (pasang tarub, upacara buwangan, pasang tuwuhan) siraman, sade dawet, plangkahan, srah-srahan sarta midodareni, midodareni saha panebusing kembar mayang, tata cara mantu (dhaup utawi panggih)
Pasang Tarub
Upacara Siraman
Panggih
Tatacara Kematian Masyarakat Jawa Susuban Surtanah Upacara pada hari-hari tertentu sesudah kematian
Susuban
Tradisi lisan yang tampak khas dalam upacara daur hidup ialah dalam penggunaan bahasa, yang kemudian menjelma menjadi simbol-simbol yang dihadirkan dalam sarana dan peralatan upacara daur hidup.
Realisasi unsur bahasa dalam upacara daur hidup antara lain penggunaan istilah, terutama dalam bahasa Jawa yang mempunyai kemiripan secara fisik dengan suatu makna lain yang diinginkan sebagai pengharapan atas upacara daur hidup yang sedang berlangsung.
Tebu Anteping Kalbu
Cengkir Kencenging Pikir
Daun Alang-alang Janur
Kluwih
Penggunaan Bahasa Khas Tingkat tutur Bahasa mantra Bahasa dan sistem simbol Nyandra (menggunakan bahasa Kawi)
SIMPULAN Upacara daur hidup mengandung nilai-nilai simbolik yang sarat dengan pengharapan-pengharapan untuk kebahagiaan dunia dan akherat. Upacara daur hidup selalu berkembang sesuai dengan perkembangan para pemangkunya