Di susun oleh Moh.delly varendra (09610227) IID Fakultas ekonomi.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Teori Graf.
Advertisements

Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
SISTEM PEREKONOMIAN FENARO Rai.E - Mak.
SUBBIDANG DATA DAN INFORMASI
START.
Data produksi ( ) • Produksi padi, pada tahun 2007 mencapai 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Bulan maret 2012, nilai pewarnaan :
PENJELASAN CAPAIAN PAMSIMAS SAMPAI TAHUN 2013
SUSENAS (1) Sejarah Pelaksanan Susenas

LATIHAN SOAL-SOAL 1. Himpunan 2. Aritmatika Sosial 3. Persamaan GL.
Bab 11A Nonparametrik: Data Frekuensi Bab 11A.
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK DISAJIKAN PADA RADALGRAM JAKARTA, 4 AGUSTUS 2009.
MAKALAH MASALAH PENGANGGURAN DI JAKARTA TIMUR
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
BAB 6 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO.
Aplikasi Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan dalam Industri
Statistika Deskriptif
Pesan-pesan utama Tingkat kemiskinan meningkat sedikit pada tahun 2005 dan menurun kembali ke tingkat pra-tsunami pada tahun 2006, difasilitasi oleh berakhirnya.
1 DAMPAK PNPM, PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PADA PELUANG KERJA DAN PEMBERANTASAN KEMISKINAN Jakarta – April 12, 2007 Gustav F. Papanek Boston Institute.
LAPORAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs
DISTRIBUSI FREKUENSI By. Raharjo
BLOK VII PENGELUARAN RUMAH TANGGA (RKD10.RT)
HITUNG INTEGRAL INTEGRAL TAK TENTU.
MODUL 13 ANGKA INDEKS Indikator ekonomi menarik minat masyarakat karena merupakan indikator keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan. Indikator.
UKURAN PENYEBARAN DATA
Kebijakan pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia.
DISTRIBUSI FREKUENSI oleh Ratu Ilma Indra Putri. DEFINISI Pengelompokkan data menjadi tabulasi data dengan memakai kelas- kelas data dan dikaitkan dengan.
Rabu 23 Maret 2011Matematika Teknik 2 Pu Barisan Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat – sifat barisan Barisan Monoton.
KONSEP DASAR DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DALAM SD.ALAM
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERANCANGAN PERCOBAAN MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA PENANGGUNG.
Luas Daerah ( Integral ).
PEMINDAHAN HAK DENGAN INBRENG
UKURAN PEMUSATAN DATA Sub Judul.
Fungsi Invers, Eksponensial, Logaritma, dan Trigonometri
Workshop Rehabilitasi & Rekonstruksi Usaha Peternakan Sapi
PADA RAPAT EVALUASI PENYERAPAN ANGGARAN APBD
PROPOSAL PENGAJUAN INVESTASI BUDIDAYA LELE
Pertemuan 18 Pendugaan Parameter
Bulan FEBRUARI 2012, nilai pewarnaan :
AREAL PARKIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA
KINERJA SAMPAI DENGAN BULAN AGUSTUS 2013
Tim Analisi Pola Pangan Harapan (PPH) BPPKP Prov. Kalteng
SURVEI CONTOH PERTEMUAN KE-5.
MASALAH-MASALAH DALAM PEMBANGUNAN
MASALAH POKOK PEMBANGUNAN
LAPORAN KEUANGAN Catur Iswahyudi Manajemen Informatika (D3)
Graf.
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
KONSEP DEMAND DALAM SEKTOR KESEHATAN
KEGIATAN EKONOMI KESEHATAN Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH.
Bahan Kuliah Pembangunan Pertanian
Statistika Deskriptif: Statistik Sampel
PENYAJIAN DATA.
DISTRIBUSI FREKUENSI.
Bersyukur.
Dasar-dasar Ilmu Ekonomi
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN NEGARA
Teknik Numeris (Numerical Technique)
• Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah•
DISTRIBUSI PELUANG Pertemuan ke 5.
PENDAFTARAN TANAH Pendaftaran Tanah (Pasal 1 angka 1 PP No.24 Th 1997)
Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS
MATERI : PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN
Perekonomian Indonesia
KEMISKINAN.
KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN (TEORI DAN PENGUKURAN)
PEMANFAATAN DATA SUSENAS MODUL KONSUMSI
Transcript presentasi:

Di susun oleh Moh.delly varendra ( ) IID Fakultas ekonomi

 Kata pengantar  Dengan ini kami mencari tugas yang di beri judul dampak ekonomi terhadap ketahanan pangan masyarakat dengan ada nya yang saya bahas adalah tentang perdagangan yang di sekitar masyarakat sekitar dan bagai mana cara mengatasi perekonomian dan perdaganan di indonesia dan selain itu di jelaskan dampak- dampak ekonomi terhadap ketauan pangan di masyarakat dan bila mana kita harus lbh memperhatikan nya itu untuk kita sendiri nanti

 Pada kondisi sebelum krisis, sebagian besar rumahtangga ( 100 % di kota dan 68 % di desa) dapat memenuhi kebutuhan pangannya. Kasus tidak terpenuhi kebutuhan pangan sebelum krisis hanya terjadi di desa. Namun kategori “kebutuhan pangan” yang dimaksud lebih terfokus pada pemenuhan pangan pokok yaitu beras. Kecenderungan ini menunjukkan betapa kuatnya peran beras sebagai pangan pokok, sehingga menjadi indikator pemenuhan kebutuhan pangan. Sejak krisis ekonomi, jumlah rumahtangga yang terpenuhi kebutuhan pangannya menurun, dari 100 persen menjadi 91 persen di kota dan dari 68 persen menjadi 30 persen di desa.

 Analisis profil rumahtangga berpendapatan rendah ini menggunakan data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Definisi rumahtangga berpendapatan rendah yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumahtangga atau penduduk yang tingkat pendapatannya (diproksi dengan pengeluaran) kurang dari atau lebih rendah dari batas garis kemiskinan. Batas garis kemiskinan yang digunakan BPS tahun 1996 untuk daerah kota dan desa di Propinsi NTB masing-masing Rp 33918/kapita/bulan dan Rp 25586/kapita/bulan. Dengan menggunakan batas tersebut, proporsi penduduk atau rumahtangga berpendapatan rendah di daerah kota (15,5 %) relatif lebih besar dari pada di daerah pedesaan (13,3 %).

 Struktur Pendapatan Rumahtangga  Salah satu tujuan pembangunan (ekonomi) nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, dimana tingkat pendapatan per kapita dapat dijadikan salah satu indikatornya. Pada tingkat mikro, pendapatan per kapita penduduk dapat diperoleh dari membagi total pendapatan rumahtangga (dari berbagai sumber) dengan jumlah anggota rumahtangga.  Data yang tersaji pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata- rata tingkat pendapatan penduduk berpendapatan rendah di daerah kota lebih tinggi dari pada penduduk desa. Pada tahun 1996 rata-rata pendapatan penduduk berpendapatan rendah di kota sekitar Rp 28 ribu/kapita/bulan, sedangkan di desa hanya Rp 22 ribu/kapita/bulan

Uraian Wilayah Desa Tingkat pendapatan (Rp/kapita/bulan) Sumber pendapatan (%) 1.Pertanian 2.Industri 3.Perdagangan 4.Jasa 5.Lainnya Total 30,1 16,8 26,6 25,7 0,8 100,0 66,8 13,4 9,6 6,4 3,8 100,0 Sumber pendapatan rumahtangga dapat berasal dari sektor pertanian (dalam arti luas) dan non pertanian. Dalam Susenas 1996, pengelompokkan sumber pendapatan rumahtangga dibagi dalam 10 kelompok. Untuk penyederhaan dalam pembahasan ini sumber pendapatan rumahtangga dikelompokkan menjadi lima seperti pada Tabel 1. Untuk daerah pedesaan, sumber pendapatan terbesar bagi rumahtangga berpendapatan rendah berasal dari sektor pertanian yang berperan hampir 67 persen dari total pendapatan rumahtangga

No.Kelompok panganDesa 1Padi-padian45,5256,02 2Umbi-umbian0,840,93 3Ikan6,895,52 4Daging2,970,79 5Telur dan susu2,111,43 6Sayuran9,378,88 7Kacang-kacangan4,222,35 8Buah-buahan3,071,68 9Minyak dan lemak3,574,63 10Bahan minuman4,854,72 11Bumbu1,982,84 12Konsumsi lainnya0,970,52 13 Makanan dan minuman jadi9,215,74 14Minuman beralkohol0,030,02 15Tembakau dan rokok4,893,92 Total100

NoKelompok PengeluaranDesa 1Perumahan dan fasilitas RT61,5556,22 2Barang dan jasa23,3220,38 3 Pakaian, alas kaki & tutup kepala10,7514,73 4Barang-barang tahan lama1,855,73 5Pajak dan asuransi1,371,84 6 Keperluan pesta dan upacara1,161,1 Total100

 Analisis dampak krisis ekonomi terhadap ketahanan pangan dalam bahasan ini menggunakan data primer. Hasilnya adalah seperti diuraikan di bawah ini.  Karakteristik Rumahtangga  Rata-rata usia kepala keluarga baik di desa maupun di kota berusia di atas 40 tahun, sedangkan usia istri berkisar antara tahun. Tingkat pendidikan suami dan istri relatif rendah, berkisar antar 2,2 – 3,6 tahun dan pada umumnya tingkat pendidikan di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan suami/istri untuk mengerti pentingnya makanan bergizi untuk anggota keluarganya. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, kemampuan mengadopsi informasi menjadi tidak maksimal. Sehingga di lokasi penelitian banyak ditemukan kasus gizi buruk dan banyak terjadi pola makanan tradisional yang kurang mengutamakan aspek gizi.

 Ketahanan Pangan Rumahtangga  Di lokasi penelitian, pada umumnya masyarakat baik di desa maupun di kota tidak menyimpan bahan pangan pokok (80 %). Mereka cenderung membeli pangan pokok (beras) setiap mempunyai uang dan bersifat harian. Kecenderungan ini juga terjadi di pedesaan, yang sebagian besar kepala keluarga bekerja di sektor pertanian. Fenomena ini menunjukkan bahwa rumahtanga berpendapatan rendah sangat rentan terhadap perubahan harga pangan.  Apabila mereka menyimpan bahan pangan maka komoditi yang disimpan terbatas pada padi yang diperoleh dari hasil panen atau upah buruh panen dalam bentuk beras maupun gabah dan disimpan di dalam rumah dengan menggunakan karung atau gentong. Masih banyaknya petani yang tidak menyimpan bahan pangan bukan semata-mata karena panen yang kurang berhasil, tetapi lebih karena keinginan mendapatkan uang tunai segera setelah panen untuk berbagai keperluan mendesak

NoKelompok panganDesa 1Padi-padian48,452,5 2Umbi-umbian01 3Ikan10,37,4 4Daging4,51,3 5Telur dan susu1,30,8 6Sayuran9,211,3 7Kacang-kacangan6,61,9 8Buah-buahan32,4 9Minyak dan lemak43,8 10Bahan minuman5,34,8 11Bumbu3,44,3 12Konsumsi lainnya1,61 13Makanan dan minuman jadi0,10,6 14Minuman beralkohol00 15Tembakau dan rokok2,47,1 Total100