GRR,NRR, dan Keluarga Berencana Oleh Sutji Rochani
GRR dan NRR Ukuran Reproduksi: GRR adalah Gross Reproductive Rate atau Angka Reproduksi Kotor NRR adalah Net Reproductive Rate atau Angka Reproduksi Bersih
Ukuran-ukuran Reproduksi Ukuran-ukuran reproduksi adalah ukuran yang berkenaan dengan kemampuan suatu penduduk untuk menggantikan dirinya --> jadi yang dihitung adalah bayi perempuan saja. Gross Reproductive Rate (GRR) adalah jumlah bayi perempuan yang dilahirkan oleh seorang perempuan/ suatu kohor perempuan selama masa reproduksi Net Reproductive Rate (NRR) adalah jumlah bayi perempuan yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama masa reproduksi, dan dapat menggantikan ibunya untuk bereproduksi dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas ibunya
Gross Reproductive Rate (GRR) Ada 2 cara menghitung GRR: a. asumsi rasio jenis kelamin pada saat lahir/sex ratio at birth dari bayi yang dilahirkan oleh tiap kelompok umur sama misalnya 103 atau 105, maka GRR= 100/203 X 5 (Σ ASFRi ) b. Jika diketahui banyaknya bayi perempuan untuk setiap kelompok umur ibu ( i ) GRR = 5 ( Σ ASFRfi ) Kelemahan: Tidak memperhitungkan kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai masa reproduksinya
Net Reproductive Rate (NRR) Angka ini memperhitungkan kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai masa reproduksi Asumsi : Bayi perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas dan pola mortalitas ibunya. Bfx 5Lx NRR = ------- x------- Pfx l0 NRR adalah Ukuran yang menunjukkan jumlah bayi perempuan yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama hidupnya dan akan menggantikan kedudukan ibunya dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas ibunya.
Replacement Level (RL) Replacement level fertility adalah tingkat fertilitas dimana perempuan dalam satu kohort yg sama mempunyai anak perempuan (rata2) yang “replace/menggantikan”dirinya dalam suatu penduduk. Replacement Level (RL) tercapai saat NRR=1, bila replacement level telah tercapai, kelahiran secara perlahan mencapai keseimbangan dengan kematian, dan tidak ada imigrasi & emigrasi, penduduk pada akhirnya akan berhenti pertumbuhannya dan menjadi stationary/stabil. Waktu yang dibutuhkan dalam proses ini sangat bervariasi tergantung pada struktur umur penduduk
Population Momentum Population momentum, relevan dgn kecenderungan suatu penduduk yang secara kontinu tumbuh atau menurun setelah tingkat RL dicapai. Suatu penduduk yang telah mencapai tingkat RL atau dibawahnya masih terus tumbuh selama beberapa dekade, karena fertilitas tinggi pada masa lalu membawa ke suatu konsentrasi penduduk usia termuda. Jumlah kelahiran melebihi jumlah kematian saat penduduk termuda menjadi orang tua. Hal ini dapat membutuhkan dua atau tiga generasi (50-70 th) sebelum setiap satu kelahiran digantikan oleh satu kematian dalam penduduk.
Contoh Population Momentum Negara Finlandia, pada akhir th 1960 an telah mencapai NRR=1 (replacement level), dimana masih ada 10.000 kelahiran lebih banyak dari jumlah kematian setiap tahun. Dan pada tahun 1996 dimana NRR=0,85 (dibawah replacement level), negara ini masih ada pertumbuhan penduduk.
Zero Population Growth (ZPG) adalah : keadaan dimana jumlah penduduk tetap Tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu r = 0 (tidak ada pertumbuhan penduduk)
ZPG tercapai (secara teoritis) kalau: Pola kelahiran konstan, Pola kematian konstan, dalam waktu yang lama, penduduk stabil tercapai dan tingkat kelahiran rendah NRR=1 Tingkat kelahiran = kematian, maka r=0 atau Penduduk dalam keadaan stationer
Kondisi Demografi Indonesia 1971, 2000, 2005, 2010(SP, Supas) # Pddk 119,2 jt 206,3 jt 220 jt 237,6 jt CBR 43/1000 20,6/1000 19,5/1000 CDR 9/1000 7/1000 6,6/1000 TFR 5,6 2,34 2,2 r 2,3% 1,49% 1,34%
Keluarga Berencana Indonesia
Keluarga Berencana Mula-mula di negara maju Per -r- an penduduk pesat khususnya di negara2 berkembang --> mendorong badan/lembaga internasional untuk mempromosikan KB di negara berkembang dalam upaya mengendalikan kelahiran India merupakan negara berkembang pertama di dunia yang menyelenggarakan program KB pemerintah - th 1952. Indonesia secara swasta sudah mulai program KB pada tahun 1957 dengan bantuan International Planned Parenthood Federation (IPPF) pelayanan pengendalian kelahiran perawatan kesehatan ibu dan anak tidak didukung oleh pem. yang menganut paham pro-natalis Th. 1968 -Lembaga Keluarga Berencana Nasional 1970 : BKKBN
Keluarga Berencana-Lanjutan1 Program KB pada kurun 1970 an sampai 1990 an awal , pelayanan KB menekankan pada aspek demografis, yaitu pengendalian angka kelahiran Pasca ICPD-1994, kebijakan pelayanan KB -> mengedepankan aspek hak azasi manusia dalam arus pembangunan, sesuai dengan perkembangan mazhab pembangunan lainnya di tingkat global dan nasional. KB mempunyai cakupan isu yang lebih luas. Program KB dan Kesehatan Reproduksi (Kespro)tidak hanya ditujukan untuk penurunan angka kelahiran, namun dikaitkan pula dengan tujuan: Pemenuhan hak reproduksi Promosi,pencegahan dan penanganan masalah2 kespro dan seksual Kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi dan anak
Keluarga Berencana lanjutan 2 Program KB Nasional periode (2004-2009) terdapat dalam Perpres no.7 th 2005 – RPJM : ….Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam pencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kuantitas penduduk, dan peningkatan kualitas insani dan sumberdaya manusia. Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, KB, dan pengembangan kualitas penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas.
Beberapa Istilah KB Pemakai KB adalah PUS (Pasangan Usia Subur) yaitu pasangan yang isterinya berusia (15-49)th. Pemakaian kontrasepsi sebagai upaya untuk mewujudkan hak2 reproduksi merupakan faktor utama dalam mewujudkan jumlah anak ideal yg diinginkan keluarga Alat kontrasepsi/Metode KB yaitu metode/ cara yang digunakan PUS untuk mengatur kehamilan: Pil-IUD/AKDR-Suntikan -MOP/MOW (Sterilisasi)-Implant-Kondom- Foam-Kalender- Sanggama Terputus Penggunaan kontrasepsi – postponing-spacing-limiting, tetapi harus mempertimbangkan secara rasional dari kriteria penerimaan aspek medis
CPR dan CU Angka prevalensi kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) adalah: jumlah PUS yang memakai kontrasepsi ------------------------------------------------ X 100% = 60,3%(th2002) Jumlah PUS Current User (CU) – peserta KB aktif Setiap alat kontrasepsi/Metode KB mempunyai efektifitas yang berbeda.
Pemakaian Kontrasepsi, SDKI 2002/03 dan 2007 2002-03 2007 PUS pakai kontrapsi PUS tdk pakai 60,3% 39,7% 61,4% 36,6% Kontrasepsi Modern 56,7% 57,4% Metode Tradisional 3,6% 4,0% Suntik Pil IUD 28,0% 13,0% 6,0% 31,8% 13,2% 4,8%
Masalah-Masalah KB Tingkat Putus Pakai kontrasepsi selama 12 bulan pertama, tinggi, SDKI 1994 26,8%, 1997 24,1%, 2002/03 20,7% dan pada SDKI 2007 menjadi 26,3% -> Karena : Kegagalan metode, ingin hamil, efek samping/ mas kesehatan, alasan lain (sulit didapat, cara yang lebih effektif dll) Kualitas alat Kontrasepsi dan pelayanan KB Supply oriented -> Demand oriented ICPD(International Conference on Population &Development) di Kairo Reproduksi Sehat
Tingkat putus pakai alat/cara KB modern tahun pertama, SDKI 2002-2003 39 32 18 9 3 21
Tingkat Putus Pakai Kontrsepsi selama 12 bulan pertama, Indonesia 2007
PersentaseTingkat Putus Pakai Kontrasepsi Menurut Alasan dan Cara KB Th.2002 &2007 Tingkat putus pakai kontrasepsi selama 12 bulan Semua Cara 20,7% (2002), dan 26,3% (2007) Menurut Alasan : 2002 2007 Metode Gagal 2,1% 1,6% Ingin Hamil 4,8% 5,4% Efek samping/kes. 4,8% 9,5% Alasan cara KB 4,6% Alasan Lain 5,2% Ganti Cara 9.0%* 12,9% -> 39,2% ?
Tren pemakaian alat/cara KB Persen wanita kawin
Tren menurut sumber pelayanan kontrasepsi Persen pengguna Kontrasepsi modern Contraceptive use is higher among urban women compared to rural women—46 percent versus 28 percent. Urban women also are more than twice as likely to be using a modern method than rural women—41 percent versus 17 percent. The higher rate of contraceptive use among urban than rural women is clearly one of the key factors behind the urban-rural fertility differential shown earlier. The main DHS report will include information on other fertility determinants such as the age at first marriage. Pemerintah Lainnya SDKI 1997 SDKI 2002/03 SDKI 2007
Unmet Need Terhadap Pelayanan KB Unmed Need adalah semua PUS yg aktif secara seksual dan tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun tetapi tidak menginginkan tambahan anak atau ingin menunda kelahiran berikut paling tidak dalam dua tahun. Proporsi Unmet Need sebesar 13% (1991)menurun jadi 8,6% (2002), dan meningkat lagi menjadi 9,1% (2007) Beberapa alasan mengapa “tdk pakai kontrasepsi” -Sulit mengakses pelayanan KB atau sulit mendapat pelayanan KB berkualitas -Khawatir pada efek samping -Kurang informasi -Larangan dari suami,keluarga, masy. -Tidak menyadari risiko kehamilan
Dekomposisi Unmet Need, Indonesia 2002-2003 (SDKI 2002/03) Wanita Status Kawin= 27.857 orang KB penjarangan 24,2% Tdk ber KB 39,7% KB pembatasan 36,2% Tdk hamil/Tdk Amenorea 29,9% Hamil/Amenorea 9,7% Infecund 17,25% Fecund 12,8% Gagal KB 0,79% Hamil tak diinginkan 0,42% Kehamilan diinginkan 7,47% Hamil tdk tepat waktu 1,0% Ingin anak segera 5,56% Ingin anak kemudian 3,04% Tdk ingin anak lagi 4,17% Total Unmet Need = 8,6% Total Kebutuhan untuk KB= 69,8%
Kebutuhan Pelayanan KB 2007 Cara Modern 57,4% Cara Tradisional 4,0% Kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi/Unmet need: Penjarangan Kelahiran 4,3% Pembatasan Kelahiran 4,7% Jumlah Kebutuhan Pelayanan KB 70,4%
Kualitas Pelayanan KB (Quality of Care) Kualitas adalah terminologi yang digunakan secara luas dalam pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan bersifat subyektif, karena belum tentu sama bagi setiap orang. Kualitas pelayanan dilihat dari dua sisi: -Sisi tenaga kesehatan yang memberi pelayanan -Sisi klien, orang yang diberi pelayanan
Judith Bruce 1990 (Pop Council New York) Ada 6 elemen dasar yang disebut “Bruce Framework”, kualitas pelayanan KB dari sisi tenaga kesehatan: Pilihan terhadap kontrasepsi Informasi untuk klien Ketrampilan teknis Hubungan interpersonal/antar pribadi Mekanisme untuk mendorong kesinambungan Ketersediaan pelayanan terintegrasi
Diberitahu tentang alat/cara KB lain yang bisa digunakan Informed choice (2002-2003) Persen Diberitahu tentang alat/cara KB lain yang bisa digunakan Dikalangan pemakai alat/cara KB modern
Informed choice menurut pilihan alat/cara KB (SDKI 2002/03) Persen
Informed choice menurut pilihan alat/cara KB (SDKI 2007) Persen
Keuntungan ber KB KB memberikan keuntungan bagi individu maupun negara, antara lain: Kesehatan ibu dan anak, menyelamatkan jiwa ibu dan jiwa anak Menawarkan banyak pilihan bagi perempuan Mendorong perilaku seksual aman Menurunkan angka kelahiran, angka kematian ibu, morbiditas dan angka kematian bayi
Keuntungan KB Untuk Kesehatan Ibu dan Anak 1.Mencegah kehamilan yang tidak diharapkan dan aborsi tidak aman melalui penurunan kematian ibu dan Infertilitas 2.Mencegah kehamilan risiko tinggi diantara remaja usia< 18th,wanita usia>35th, yang punya banyak anak,dan yang terlalu rapat jarak kelahiran anak. 3.Jarak kelahiran menghasilkan – menurunkan angka kematian newborn,infant,dan anak.- mempunyai waktu cukup untuk memberikan ASI, memperbaiki kes. Bayi – Mempunyai waktu untuk memulihkan kes secara phisik dan nutrisi antara kelahiran.
Keluarga Berencana NKKBS adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera Dua anak Cukup, laki2 perempuan sama saja Keluarga Kecil Berkualitas Dua Anak Lebih Baik