KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK OLEH : NURUL CHAYATIN,Skep.,Ners
Pengertian Mobilisasi Adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat. Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlukan dalam rangka untuk:kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat penyakit khususunya penyakit degeneratif, untuk aktualisasi (harga diri dan bodi image).
Factor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi 1. Gaya hidup 2. Ketidakmampuan Kelemahn fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melaksanakan aktifitas kehidupan. Ketidakmampuan ada dua macam, ketidakmampuan primer dan sekunder. Ketidakmampuan primer : disebabkan oleh penyakit atau trauma, contoh : penderita paralisi oleh karena gangguan pada spinal cord akibat injury. Ketidakmampuan sekunder : terjadi dampak akibat ketidakmampuan secara primer, misal kelemahan otot dan bedrest.Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas.
Lanjutan……. 3. Tingkat energi Energi dibutuhkan salah satunya adalah untuk mobilisasi, tiap individu mempunyai energi yang bervariasi dan ada kecenderungan seseorang menghindar dari stressor dalam rangka mempertahankan kesehatn fisik dan psikologis. 4. Usia Usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan mobilisasi, pada orang tua secara fisiologis ada penurunan pada aktifitas dan mobilisasi dikaitkan dengan tingkat tumbuh kembang orang sejak lahir sampai menjelang usia lanjut.
IMMOBILITAS Pengertian Pembatasan gerak yang sifatnya untuk pengobatan atau terapi, seperti pada penderita tindakan pembedahan, penderita injury pada tungkai dan lengan.. Keharusan (tidak dapat dihindari) karena ketidakmampuan primer, seperti penderita paralysis. Pembatasan secara otomatis samapai dengan gaya hidup
Macam2 immobilitas 1. Imobilitas fisik 2. Imobilitas intelektual Yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik yang disebabkan oleh factor lingkungan maupun keadaan orang tersebut. 2. Imobilitas intelektual Dapat disebabkan kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kasus kerusakan otak. 3. Imobilitas emotional Dapat terjadi akibat pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.
Lanjutan……… 4. Imobilitas sosial Dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
Dampak atau respon baik fisik maupun psikologis akibat imobilisasi 1. Sistem musculoskeletal Pada sisitem ini dapat terjadi osteoporosis (tulang menjadi rapuh dan mudah rusak atau fraktur) karena otot tidak dipergunakan dalam waktu lama menyebabkan atropi otot, kontraktur sering mengenai jaringan lunak : sendi, tendon dan ligament. Selain itu dapat menyebabkan ulkus dekubitus akibat sirkulasi pada area tertentu tidak baik disertai dengan adanya penekanan secara terus menerus yang menyebabkan kerusakan pada kulit, gangguan koordinasi pada ekstrimitas atas dan bawah. Upaya penceghan : membatasi kemmapuan klien melaksanakan aktifitas sehari-hari, membatu keseimbangan dan kemmapuan klien untuk berdiri dan berjalan.
Proses ulkus dekubitus Imobilisasi Mengakibatkan penekanan pada daerah yang menonjol Tanda yang terlihat : kemerahan, luka pada kulit di ats tulang prominence Penekanan mengakibatkan terhambatnya sirkulasi darah ke jaringan sehingga menyebabkan iskemic lokal Jaringan akan mati dan anoxia selanjutnya menimbulkanlperlukaan.
2. Eleminasi urine Menyebabkan stasis urin karena posisi berbaring tidak dapat mengosongkan kandung kemih drcara sempurna, pembentukan batu akibat stagnasi urin disertai peningkatan mineral dan inkontinensia urin akibat kurang aktivitas dan pengontrolan urinasi menurun, resiko terjadi renal calculi akibat kenaikan tingkat kalsium dalam urin
3. Metabolisme gastrointestinal Mempengaruhi tiga fungsi sistem gastrointestinal yaitu pada fungsi ingesti, digesti dan eleminasi yang meyebabkan anoreksia, diare atau konstipasi. Anoreksia adanya gangguan katabolisme yang meyebabkan ketidakseimbangan nitrogen, kontipasi akibat kelemahan otot serta kemunduran reflek defekasi
4. Respirasi Penurunan gerakan pernafasan akibat pembatasan gerak, kehilangan kordinasi otot atau mungkin akibat otot kurang digunakn, dapat juga akibat obat-obat tertentu misal obat sedative dan analgesic. Ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida akibat penurunan gerakan pernafasan sehingga pemasukan O2 dan pengeluaran CO2 menurun, sekresi mucus lebih kental dan menempel sepanjang tractus rerspiratorius, kelemahn otot thorax, ketidakmampuan inhalasi maksimal, gerakan cilliary menurun sehingga mekanisme batuk terganggu lalu mokus menjadi statis dan ini mengakibatkan berkembangnya bakteri pada tractus respiratori bagian bawah.
5. Kardiovaskuler Dapat terjadi hipotensi orthostatic karena sistem saraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh sewaktu seseorang berdiri dari tempat berbaring dalam waktu yang lama. Formasi thrombus (massa padat darah yang terbentuk di jantung atau pembuluh darah), hal ini terjadi karena pendorongan darah ke vena dimana darah tersebut tidak aktif dan mempunyai vikositas tinggi akibat dehidrai atau tekanan dari luar pada vena.
6.Metabolisme dan nutrisi Basa metabolisme rate menjadi turun : sehingga kebutuhan energi dari tubuh, motilitas gastrointestinal dan sekresi kelenjar digestive menjadi menurun, ketidakseimbangan proses anabolisme dan katabolisme sehinggga menyebabkan nitrogen diekskresikan secara berlebihan dan selanjutnya terjadi negative nitrogen balance, anoreksi terjadi akibat intake kalori protein rendah dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat malnutrisi
7.Sistem integumen Elastisitas kulit menjadi turun, ischemic dan nekrosis jaringan superficial : mengakibatkan ulkus dekubitus yang tersering.
8.Sistem neurosensory Ketidakmampuan merubah posisi menyebabkan hambatan dalam input sensori , perasaan lelah, irritable, persepsi tidak realistic dan mudah bingung.
Tingkatan imobilisasi 1. Imobilitas komplit Dilakukan pada penderita yang mengalami gangguan tingkat kesadaran. 2. Imobilitas parsial Pada klien dengan gangguan fraktur, misal fraktur pada ekstrimitas bawah (kaki). 3. Imobilitas alasan pengobatan Hal ini dilakukan pada penderita yang dengan gangguan pernafasan seperti sesak nafas tidak boleh naik turun tangga, atau pada penderita penyakit jantung.
Pada bedrest total : klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh bergerak ke kamar mandi atau duduk di kursi, namun apabila bedrest bukan total klien istirahat ditempat tidur boleh bergerak dari tempat tidur dan boleh bergerak ke kamar mandi atau duduk di kursi. Keuntungan bedrest : (a) mengurangi kebutuhan sel dalam tubuh terhadap oksigen, (2) menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan dan (3) dapat mengurangi respon nyeri.
Klien dengan resiko terhadap masalah sampai dengan dilakukan imobilitas Ada riwayat imobilitas masa lalu Penderita lanjut usia Penderita dengan nyeri atau spasme otot. Penderita mengalami penurunan sensitivitas terhadap temperature, nyeri dan tekanan. Penderita dengan masalah nutrisi Penderita dengan masalah satu sisi tubuh dalam waktu yang lama.