a. Pola keturunan yang tidak lengkap b. Pola keturunan yang lengkap Pola Perkawinan VI. POLA PERKAWINAN Secara umum ada 2 : a. Pola keturunan yang tidak lengkap b. Pola keturunan yang lengkap 4/8/2017
Pola Keturunan Tidak Lengkap (Incomplete Pedigree Design) : Pola Perkawinan Pola Keturunan Tidak Lengkap (Incomplete Pedigree Design) : a. Open Pollinated Mating b. Polycross (pollen Mix) design Pola Keturunan Lengkap (Complete Pedigree Design) a. Nested Design b. Factorial Design c. Single Pair Mating d. Full Diallel e. Half Diallel f. Partial Diallel 4/8/2017
IPD (Incomplete Pedigree Design) Pola Perkawinan IPD (Incomplete Pedigree Design) Open Polinated Mating Polycross (Pollen Mix) design Angin (bebas) Setiap induk betina disilangkan dgn tepung sari dari sejumlah pohon induk Tujuan Dipergunakan Untuk : Menentukan besarnya variant genetik additif dan heretabilitas populasi yang diuji 4/8/2017
CPD (Complete Pedigree Design) 1. Nested Design Pola Perkawinan CPD (Complete Pedigree Design) 1. Nested Design adalah suatu pola penyerbukan terkendali yang telah digunakan didalam pohon-pohon hutan yaitu dengan cara mengawinkan beberapa group pohon induk kelamin tertentu, dengan group-group pohon induk lain. Hasil ND merupakan uji keturunan famili (full-sib) yaitu kedua induknya diketahui. Kelemahan : bahwa penaksiran terhadap kemampuan berkombinasi umum ” general combining ability” hanya dapat dicapai oleh kelompok induk yang lebih jarang “rarer sex”, karena kelompok induk dilakukan persilangan tunggal. 4/8/2017
Pola Perkawinan Bagan ND digunakan sebagai “the rarer sex” dan masing-masing dikawinkan dengan 4 induk betina yang berbeda. Jantan (♂) 1 2 3 4 5 6 7 8 Betina (♀) 4/8/2017
Pola Perkawinan 2. Factorial Design FD disebut dengan istilah tester design yaitu pola penyerbukan terkendali, yang melibatkan beberapa induk jantan sebagai “tester” disilangkan dengan semua induk-induk betina dalam suatu populasi. Kelemahan jumlah keturunan yang tidak berkerabat yang dapat disediakan sebagai induk-induk untuk generasi yang akan datang dibatasi oleh jumlahnya induk yang berfungsi sebagai “tester”. Derivat dari factorial mating design telah dikenal pula “disconected factorial design” metode ini adalah membagi “breeding population” menjadi beberapa kelompok induk di dalam setiap kelompok tetap menggunakan pola faktorial. 4/8/2017