SATUAN KALIMAT DALAM KARANGAN ILMIAH
SINTAKSIS Frasa Klausa Kalimat Gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Dalam frase hanya ada unsur dijelaskan dan menjelaskan. Klausa Kelompok kata yang di dalam kelompok kata tersebut setidaknya terdapat satu predikat. Konstruksi klausa bersifat predikatif dan juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kalimat. Kalimat Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulis yang mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh.
KALIMAT satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri dan sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat lazimnya juga secara potensial terdiri atas sejumlah klausa. Jadi dapat dikatakan bahwa kalimat itu membicarakan hubungan antara klausa yang satu dan klausa yang lain. Secara lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik-turun, keras-lemah, diselai jeda, dan disudahi oleh intonasi akhir. Secara tulis, kalimat dimulai dengan huruf capital diakhiri tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
KALIMAT BERDASARKAN SISI PREDIKAT Kalimat yang berpredikat bukan kata kerja Kalimat yang berpredikat kata kerja
Kalimat Secara Gramatik Kalimat tunggal : kalimat yang hanya terdiri dari satu subjek dan satu predikat Kalimat majemuk : kalimat yang terdiri lebih dari satu subjek dan satu predikat.
KALIMAT MAJEMUK Kalimat majemuk setara: kalimat yang terdiri dari lebih satu klausa atau kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk setara dihubungkan dengan tanda hubung koordinatif seperti dan, serta, tetapi, lalu, kemudian, atau. Kalimat majemuk tidak setara/bertingkat: kalimat majemuk yang terdiri dari satu suku kalimat atau klausa bebas dan satu atau lebih klausa terikat. Inti gagasan terletak pada klausa bebas dan disebut juga klausa induk. Sementara itu, pertalian dari sudut pandang waktu, tempat, sebab, akibat, tujun, syarat, dan lain-lain selalu ditempatkan pada klausa anak.
(c) Kalimat majemuk campuran: kalimat majemuk yang terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Contoh: Karena penelitian belum selesai, kami terpaksa harus bekerja lembur siang dan malam, sekalipun kami tidak mendapatkan perhatian tambahan dari ketua peneliti.
KALIMAT SECARA FUNGSIONAL Kalimat pernyataan/deklaratif: berfungsi untuk menyatakan sesuatu secara lengkap kepada orang lain. Kalimat pertanyaan/interogatif: berfungsi untuk mendapatkan informasi atau respons dari orang lain yang menjadi lawan bicaranya. Kalimat perintah/imperatif: berfungsi untuk menyuruh atau melarang orang lain melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Kalimat seruan/ekslamatif: berfungsi untuk mengungkapkan perasaan yang kuat atau perasaan yang sifatnya spontan atau mendadak.
KALIMAT DALAM KARANGAN ILMIAH (1) bersifat lugas, (2) mematuhi kaidah gramatikal, dan (3) bersifat efektif.
LUGAS Kalimat Apa Adanya Hemat Kata Contoh apa adanya: Bu Menteri datang berkebaya merah. Contoh tidak apa adanya: Bu Menteri datang dengan mengenakan baju kebaya berwarna merah. Hemat Kata Menanggalkan kata-kata hari, tanggal, bulan, tahun, pukul atau jam. Menanggalkan kata dari dan daripada yang tidak perlu. Menanggalkan kata penanda jamak (seperti semua, banyak, beberapa, sekalian, dan para) jika digunakan bersama bentuk ulang yang menyatakan jamak. Menanggalkan kata hipernim dari kata yang menjadi hiponimnya.
Contoh: Istri lurah yang baru itu cantik sekali. Kalimat lugas: Tidak Bermakna Kias Contoh: Harga beras sudah mencekik leher, tetapi pejabat mengatakan masih terjangkau oleh rakyat kecil. Kalimat lugas: Harga beras sudah sangat mahal, tetapi para pejabat mengatakan masih terjangkau oleh rakyat kecil. Bebas dari Ketaksaan Contoh: Istri lurah yang baru itu cantik sekali. Kalimat lugas: Istri lurah yang baru diangkat itu cantik sekali. atau Istri yang baru dinikahi lurah itu cantik sekali. Bernalar Isi kalimat yang lugas harus masuk akal atau bisa diterima oleh logika.
KALIMAT YANG GRAMATIKAL Kalimat yang memenuhi kaidah atau aturan-aturan gramatika atau tata bahasa. Kaidah gramatika menyangkut masalah kata, pembentukan kata (berimbuhan, kata ulang, kata gabung) dan penggunaannya, serta masalah struktur dan penyusunan kalimat.
KALIMAT YANG GRAMATIKAL Subjek dan Predikat pada Kalimat Mayor (Kalimat Lengkap) Predikat dan Objek Harus Erat Tempat Keterangan Tambahan Pelaku Verba Pasif Tanpa Kalimat Inversi Konstruksi Sintesis Konjungsi pada Kalimat Majemuk Kata dan lain-lain atau dan sebagainya Bukan Konjungsi Korelatif Tanpa Anteseden Kosong Kata Kerja Bantu (Kopula)
SUBJEK DAN PREDIKAT PADA KALIMAT MAYOR (KALIMAT LENGKAP) Sebuah kalimat dalam paragraf karangan ilmiah yang akan menjadi kalimat pokok harus memiliki unsur subjek dan predikat.
PREDIKAT DAN OBJEK HARUS ERAT Contoh: Para anggota DPR sibuk membicarakan tentang bahayanya video porno pada masyarakat luas. Pada kalimat tersebut predikatnya adalah sibuk membicarakan dan objeknya adalah bahayanya video porno. Kita lihat antara predikat dan objek terdapat kata tentang yang harusnya ditanggalkan sehingga kalimatnya menjadi Para anggota DPR sibuk membicarakan bahaya video porno pada masyarakat luas.
TEMPAT KETERANGAN TAMBAHAN Keterangan tambahan harus terletak langsung di sebelah kanan unsur yang diterangkan. Perhatikan contoh berikut! Kenakalan remaja banyak menjadi bahan pembicaraan dalam masyarakat terutama mengenai penyalahgunaan obat terlarang. Subjek kalimat adalah kenakalan remaja, predikatnya banyak menjadi dan objeknya bahan pembicaraan dalam masyarakat. Bagian terutama mengenai penyalahgunaan obat terlarang itu sebenarnya adalah keterangan tambahan pada unsur subjek sehingga seharusnya bagian tersebut diletakkan langsung di sebelah subjek. Kalimatnya menjadi Kenakalan remaja, terutama mengenai penyalahgunaan obat terlarang banyak menjadi bahan pembicaraan dalam masyarakat.
PELAKU VERBA PASIF Frasa verba pada kalimat pasif yang pelakunya kata ganti orang (seperti saya, kami, dan mereka) harus mengikuti pola aspek + pelaku + verba. Contoh: Surat Saudara kami sudah terima. Kalimat yang benar adalah Surat Saudara sudah kami terima.
Bila pada kalimat pasif tersebut pelakunya adalah nama diri (seperti Hasan), nama perkerabatan (seperti ayah), nama jabatan (seperti lurah), atau nama pangkat (seperti letnan) maka polanya adalah verba berawalan di + (oleh) + pelaku Contoh: Pohon duren itu ditanam oleh Hasan. Akan tetapi, kalau pelakunya berupa kata ganti orang ketiga dia, polanya adalah verba berawalan di diikuti oleh kata ganti nya. Pakaian itu dijemurnya sampai kering.
TANPA KALIMAT INVERSI Jangan menggunakan bentuk kalimat inversi. Maksudnya, predikat tidak boleh berada di sebelah kiri subjek. Contoh: Menjelang penyelenggaraan muktamar satu abad Muhammadiyah kini meniup kencang isu intervensi ke salah satu ormas terbesar di Indonesia tersebut. Pada kalimat tersebut subjeknya adalah isu intervensi dan predikatnya adalah meniup kencang terletak di sebelah kiri subjeknya. Oleh karena itu, agar berpola subjek-predikat kalimatnya menjadi Menjelang penyelenggaraan muktamar satu abad Muhammadiyah kini, isu intervensi meniup kencang ke salah satu ormas terbesar di Indonesia tersebut.
KONSTRUKSI SINTESIS Harus menggunakan konstruksi sintesis, bukan konstruksi analitis, karena konstruksi analitis menggunakan bahasa Melayu (Indonesia) pasar yang bukan merupakan bahasa baku. Contoh: Konstruksi Analitis Konstruksi Sintesis dia punya anak dia orang mengalami penderitaan anaknya mereka menderita
KONJUNGSI PADA KALIMAT MAJEMUK Kalimat majemuk, baik kalimat majemuk subordinatif maupun kalimat majemuk koordinatif harus memiliki konjungsi. Fungsi konjungsi adalah untuk menghindari penafsiran yang ambigu. Perhatikan contoh berikut! Raja sakit, permaisuri meninggal. Kalimat tersebut tidak memiliki konjungsi sehingga maknanya dapat ditafsirkan (1) hubungan penjumlahan, (2) hubungan sebab akibat, (3) hubungan waktu atau hubungan lain. Perhatikan perbaikan kalimat tersebut! Raja sakit dan permaisuri meninggal Raja sakit karena permaisuri meninggal. Raja sakit ketika (sebelum, sesudah) permaisuri meninggal.
KATA DAN LAIN-LAIN ATAU DAN SEBAGAINYA Jangan menggunakan kata dan lain-lain atau dan sebagainya dalam perincian. Contoh: Dulu di Pasar Minggu banyak buah-buahan seperti papaya, pisang, jambu, mangga, dan sebagainya. Kalimat perbaikan Dulu di daerah Pasar Minggu banyak buah-buahan seperti papaya, pisang, mangga, dan duku.
BUKAN KONJUNGSI KORELATIF Pada kalimat majemuk subordinatif hanya ada satu konjungsi. Simak kalimat berikut! Meskipun sudah berkali-kali diperingatkan, tetapi mereka masih saja berdagang di trotoar jalan. Pada kalimat tersebut terdapat dua buah konjungsi, yakni meskipun yang menyatakan ‘kesungguhan’ dan konjungsi tetapi yang menyatakan ‘kebalikan’. Makna klausa kedua mereka masih saja berdagang di trotoar sebenarnya sudah menyatakan kebalikan atau pertentangan dari klausa pertama. Oleh karena itu, konjungsi tetapi yang terdapat dalam klausa kedua itu harus ditanggalkan sehingga kalimatnya menjadi Meskipun sudah berkali-kali diperingatkan, mereka masih saja berdagang di trotoar jalan
TANPA ANTESEDEN KOSONG Jangan membuat kalimat dengan kata-kata anteseden kosong seperti kata-kata di mana, dari mana, yang mana, hal mana, kepada siapa, dari siapa, dan apa yang. Contoh: Rumah di mana para tersangka teroris bersembunyi digerebek Densus 88. Kalimat tersebut dapat menjadi Rumah tempat para tersangka teroris bersembunyi digerebek Densus 88.
KATA KERJA BANTU (KOPULA) Kata kerja bantu (kopula) adalah hanya digunakan pada kalimat yang subjek atau predikatnya berupa frasa yang relatif panjang. Penggunaan yang salah Ibu saya adalah guru SMP di Jakarta. Penggunaan yang benar Mereka yang berhak memilih dalam pemilu bulan depan adalah yang telah berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki KTP DKI.
KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan “pesan” kepada pembaca persis seperti yang ingin disampaikan oleh penulis
SYARAT KALIMAT EFEKTIF 1) Kesepadanan Struktur Ciri-ciri kalimat yang sepadan: Memiliki subjek dan predikat yang jelas; menghindari kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, tentang, mengenai, menurut, dsb. Tidak memiliki subjek ganda. Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat pada kalimat tunggal. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
2) Keperalelan Bentuk/Kesejajaran Bentuk Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau keparalelan bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, jika terdapat konstruksi yang beruntun pada kalimat, bentuk pertama, kedua, dan seterusnya harus sama. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga pasti menggunakan nomina. Demikian seterusnya.
3) Ketegasan Makna atau Penekanan Makna Menciptakan ketegasan makna dapat dilakukan dengan: meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (awal kalimat) membuat urutan kata yang bertahap melakukan pengulangan kata mempergunakan partikel penekanan (penegas)
4) Kehematan Kata Kriteria kehematan kata: Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
5) Kecermatan dan Kesantunan Kecermatan penalaran tampak jika kalimat tersebut tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata. Selain itu, bahasa yang cermat biasanya mempertimbangkan dimensi-dimensi konteksnya dan merupakan bahasa yang juga bersifat santun.
6) Kepaduan Ciri-ciri kalimat padu Kalimat tidak bertele-tele dan mencerminkan cara berpikir yang sistematik. Tidak menyisipkan sebuah kata seperti daripada, atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
7) Kelogisan Ide kalimat dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
GAYA PENULISAN KALIMAT PASIF Gaya penulisan dalam bahasa untuk karangan ilmiah menggunakan gaya penulisan kalimat pasif, bukan gaya kalimat aktif. Contoh: Dalam tulisan ini saya akan membahas............... Kalimat pasif yang digunakan Dalam tulisan ini akan dibahas......................