STRUKTUR DAN POLA RUANG PENGANTAR PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Johannes Parlindungan
POKOK BAHASAN Defenisi dan konsep Unsur pembentuk lingkungan perkotaan Pendekatan dalam memahami struktur kota
DEFENISI DAN KONSEP POLA PEMANFAATAN RUANG STRUKTUR RUANG RUANG Distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang utk fungsi lindung dan budidaya (UU no.26/2007) Bentuk yang menggambarkan ukuran, fungsi dan karakteristik kegiatan perkotaan (Pontoh dan Kustiwan, 2009). Secara geografis terwujud dalam tata guna lahan STRUKTUR RUANG RUANG Susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yg berfungsi sebagai pendukung kegiatan sos-ek masy yang sec hierarkis memiliki hubungan fungsional (UU no.26/2007) Ditunjukkan dari adanya hirarki pusat pelayanan kegiatan kota, yakni adanya pusat kota, pusat sekunder dan pusat lingkungan (Pontoh dan Kustiwan, 2009) Secara geografis terbentuk oleh jaringan infrastruktur, terutama jaringan pergerakan
DEFENISI DAN KONSEP KAWASAN PUSAT KOTA Bagian wilayah kota yg merupakan tempat terkonsentrasinya berbagai aktivitas yang melayani penduduk dari kota itu sendiri dan dari wilayah yang lebih luas / skala regional. (Pontoh dan Kustiwan, 2009). Umumnya ditandai dengan aksesibilitas yang tinggi, land rent yang tinggi dan intensitas penggunaan lahan yang tinggi pula. Di beberapa kota dikenal dengan istilah CBD (Central Business District). Untuk mendukung keoptimalan dan kestabilan fungsi kota, kawasan pusat kota dibantu oleh kawasan pelayanan yang hirarkinya lebih rendah.
METODE ANALISIS Secara sederhana,struktur ruang dapat diidentifikasi dengan mempergunakan teknik INDEKS SENTRALITAS, yaitu dengan menghitung jumlah (kelengkapan) fasilitas pelayanan umum
Struktur Kota UNSUR PEMBENTUK KOTA Nature Man & Society Network Shells Potensi fisik alamiah Sistem jejaring, terutama transportasi Aspek kependudukan, budaya dan kelembagaan Aspek lingkungan buatan, guna lahan dan perekonomian
NATURE Topografi Hidrologi dan badan air Geologi Iklim Flora dan fauna MAN & SOCIETY Struktur demografi menurut usia, mata pencaharian, jenis kelamin, dll Sistem budaya Kepadatan penduduk Kelembagaan NETWORK Sistem jaringan prasarana SHELLS Komposisi permukiman Kepadatan bangunan Urban form Tata guna lahan
PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI STRUKTUR KOTA Pendekatan ekologi Pendekatan ekonomi Pendekatan morfologi Pendekatan sistem aktivitas
Concentric Zone Model (B.W. Burgess) PENDEKATAN EKOLOGI Concentric Zone Model (B.W. Burgess)
Sectoral Model (H. Hoyt) PENDEKATAN EKOLOGI Sectoral Model (H. Hoyt)
Multiple Nuclei Model (Harris - Ullman)
PENDEKATAN EKONOMI ASUMSI DASAR: Nilai lahan, rent dan cost mempunyai kaitan erat dengan pola penggunaan lahan. Dikenal dengan teori sewa lahan (Land Rent) dan teori nilai lahan
PENDEKATAN MORFOLOGI 3 jenis pola jaringan jalan Lebih memfokuskan perhatian pada bentuk-bentuk fisik kawasan. Umumnya diidentifkasi dari bentuk atau pola jaringan jalan 3 jenis pola jaringan jalan Tidak teratur (irregular system) Radial konsentris (radial concentric system) Grid
Marshall (2005)
PENDEKATAN SISTEM KEGIATAN Menurut Chapin (1965) dalam Pontoh dan Kustiwan (2009): Perubahan yang terjadi di dalam kota akibat tindakan perorangan atau kelompok yang terdorong karena keinginan dan kebutuhan. Sistem kegiatan Cara manusia mengatur kebutuhan dan saling berinteraksi dalam ruang dan waktu Sistem pengembangan lahan Pengubahan dan penyesuaian ruang untuk menampung kegiatan Sistem lingkungan Kondisi biotik dan abiotik
Functional confenience forces Magnetism functional forces Gaya Sentripetal Site forces Functional confenience forces Magnetism functional forces Functional prestise forces Zona peripheral PUSAT KOTA Gaya Sentrifugal Spatial forces Site forces Situational forces The forces of social evaluation The forces of status and organization occupance
BEBERAPA PERMASALAHAN EKSTERNAL INTERNAL
URBAN SPRAWL & PERMASALAHAN INFRASTRUKTUR PEREMBETAN (TAK TERENCANA) KE ARAH LUAR / PINGGIRAN (URBAN FRINGE) PENINGKATAN JLH PEND. PENINGKATAN KEG. PERKOTAAN GANGGUAN PELAYANAN INFRASTRUKTUR KOTA PENEMPATAN LOKASI BARU DI KAW. SUB URBAN PENGAMBIL ALIHAN LAHAN SEC TAK TERENCANA DAN TAK BERATURAN (TERSERAK) TAHAPAN URBAN SPRAWL PERUMAHAN BERKEPADATAN RENDAH (LOW DENSITY DEV.) PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL DI SEPANJANG JALUR TRANSPORTASI >>> RIBBON DEVELOPMENT 1. PERUMAHAN BERKEPADATAN RENDAH 2. KAWASAN KOMERSIAL BERKEPADATAN TINGGI
PENGEMBANGAN TERSEBAR >> TIDAK TERINTEGRASI LEAP FROG DEVELOPMENT DIDORONG OLEH KEMUDAHAN KEPEMILIKAN KENDARAAN PRIBADI DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN 3. TIDAK MERATANYA PENJANGKAUAN SUMBER2 DAYA DAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI INFRASTRUKTUR
SPRAWLING GANGGUAN PEMANFAATAN LAHAN GANGGUAN EFISIENSI INFRASTRUKTUR DEGRADASI MUTU LINGKUNGAN KEBERADAAN TANAH PERTANIAN TERANCAM BIAYA PELAYANAN PUBLIK MENINGKAT
Permasalahan Internal SISTEM TRANSPORTASI JAKARTA : PENINGKATAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR = 7,5%/thn VS PERTAMBAHAN JARINGAN = 4,9%/thn (Wibawa, 1996)
URBANISASI, KEKUMUHAN DAN PERMASALAHAN SOSIAL URBANISASI & PERTUMBUHAN KOTA PERMUKIMAN KUMUH & SEGALA PERMASALAHANNYA PENGGUSURAN AKSESIBILITAS TERHADAP LAHAN PERSAINGAN / KOMPETISI
LINGKUNGAN
DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. SNI 03-1733-2004. Jakarta Marshall. 2005. Streets and Pattern. Spon Press Pontoh dan Kustiwan. 2009. Pengantar Perencanaan Perkotaan. Penerbit ITB Riyadi dan Bratakusumah. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sadyohutomo. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah, Realita dan Tantangan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.