ZAT ADITIF
KOMPOSISI PELUMAS Base Oil Aditif Pelumas
BASE OIL Bahan dasar Base oil dari pengilangan minyak mentah Mineral Base oil dari pengilangan minyak mentah 30% bahan dasar pelumas sintetik Sintetik Base oil sintetik / buatan (poly alpha olefin / di-alpha olephin) Full Sintetik
Zat aditif Aditif dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat memperbaiki atau menguatkan spesifikasi atau karateristik minyak lumas dasar oil. Beberapa aditif bersifat multiguna dapat memperbaiki beberapa karakteristik minyak dasar, sementara beberapa aditif lainnya berfungsi sebagai pelengkap.
Zat aditif Beberapa aditif utama dapat diklasifikasikan sebagai berikut Memperbaiki sifat minyak dasar Viscosity Index Improver Pour Point Depressant Antifoamants
Zat aditif Memberikan PROPERTY baru kepada minyak dasar. Antiwear/EP agents (reduce mechanical wear) Detergents (reduce: corrosive wear, deposits, sludge) Dispersants (reduce: deposits, sludge) Antirust Memperpanjang umur. Antioxidants
Zat aditif Viscosity Index Improvers Mempengaruhi hubungan viscosity-temperatur, menurunkan penurunan viskositas jika suhu naik, dan menaikan viskositas jika suhu turun. Biasanya berupa polimer , seperti poly-metacrylates, etylen-propylen copolimers (OCP), styrenic copolimers, poly-isoprenes
Zat aditif Indek viskositas Suatu angka empiris yang menunjukkan efek perubahan temperatur terhadap viskositas minyak lumas. Viskositas akan naik bila temperatur naik, dan sebaliknya. Perubahan ini tidak sama untuk jenis minyak lumas. Indek viskositas ditentukan dengan cara perbandingan angka viskositas yang ditentukan pada temperatur 100o F dan 210o F.
VISCOSITAS TERHADAP TEMPERATUR Zat aditif VISCOSITAS TERHADAP TEMPERATUR
Zat aditif Pour Point Depressants ( PPD) PPD dapat mencegah pembentukan krital pada suhu rendah. Contoh PPD adalah poly-metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers, poly-fumarates Penekanan Pour point tergantung terutama pada karakterisitik base oil dan konsentrasi polimer. PPD lebih efektif jika dipergunakan dalam minyak dasar viskositas rendah.
Zat aditif Detergents Sebagai pembersih dan penetralisir zat-zat yang berbahaya, membentuk lapisan pelindung pada permukaan logal, mencegah endapan, mengurangi timbulnya deposit, mengendalikan korosi.
Zat aditif Dispersants Sebagai pelindung agar jelaga (soot) tidak menggumpal, mengendalikan keausan, mengurangi timbulnya lumpur (sludge), dan mengendalikan peningkatan viskositas
Zat aditif Antiwear – EP Dalam kondisi beban medium-tinggi, aditif antiwear (EP) bereaksi dengan permukaan logam membentuk lapisan yang memiliki friction coefficient rendah . Types: Zinc diackyl dithio phosphates, Sulfur-Phosphorous Compounds, Clorurated Paraffins, Organic sulphur compounds, Zinc Dialkyl Dithio Phosphates (ZnDTP). Aditif ini juga merupakan antioksidan yang baik.
Zat aditif Antioxidants Berfungsi menghentikan atau memperlambat reaksi kimia antara molekul hidrocarbon dalam pelumas dan oksigen dari udara. Oksidasi merupakan mekanisme utama yang bertanggung jawab pada kerusakan pelumas, berupa pembentukan endapan, sludge, soot and corrosive wear, dan lain-lain
Zat aditif Corrosion Inhibitors – Antirust Berfungsi terutama menciptakan barier fisik pada permukaan logam mencegah serangan senyawa korosif (air, asam hasil oksidasi, oxidator) pada permukaan logam. Types: dodecyl succinic acid, phosphoric esters, amines, imidazolines, sulfur derivatives.
Zat aditif Antifoamants Sebagai pencegah terjadinya busa yang berlebihan pada oli. Bekerja memodifikasi permukaan pelumas pada antar muka udara-minyak. Merupakan senyawa yang dapat terdispersi lebih banyak diudara dari pada yang larut dalam minyak. Types: sylicons, poliacrilate.
Zat aditif Alkalinity agents Friction Modifiers Sebagai penetralisir pembentukan material asam dan oli yang teroksidasi, bagian dari bahan bakar dan kandungan sulfur dalam bahan bakar yang terbakar. Friction Modifiers Sebagai peningkat kemampuan daya cengkram
Zat aditif Paket Aditif Campuran komplek aditif yang ditambahkan ke dalam minyak dasar untuk mendapatkan tingkat kinerja yang diinginkan. Dispersant 35-60% Detergent 25-35% Antiwear 15-20% Others 5-15%
Kandungan logam Banyaknya interaksi dan proses yang terjadi antara mesin dan minyak pelumas maka sangat mungkin sekali minyak pelumas terkontaminasi oleh berbagai macam zat yang dihasilkan dari proses dalam mesin. Proses diatas juga dapat mempengaruhi dan merubah sifat fisik dan kimia dari minyak pelumas.
Kandungan logam Ada beberapa pencemar yang biasa terdapat pada minyak pelumas yang sudah dipakai pada mesin. Salah satunya ialah adanya partikel-partikel logam dalam minyak pelumas. Logam-logam pencemar tersebut antara lain : Tembaga (Cu), Besi (Fe), Krom (Cr), Aluminium (Al), Timah (Pb), Molibdenum (Mo), Silikon (Si), Natrium (Na) dan Magnesium (Mg).
Kandungan logam Keberadaan logam-logam tersebut menunjukkan adanya keausan pada mesin-mesin yang memakai pelumas tersebut. Tingkat keausan dan komponen-komponen mana yang mengalami keausan dapat diketahui berdasarkan jenis partikel dan konsentrasi partikel logam dalam sampel minyak pelumas yang digunakan pada mesin tersebut. Jadi pemeriksaan ini dapat memberikan peluang untuk dapat mengetahui kondisi masing-masing komponen mesin, sehingga bila diperlukan kita dapat mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Kondisi pelumas Kondisi pelumas yang telah digunakan pada mesin dapat dikatakan telah menurun apabila pelumas tersebut telah kehilangan kemampuannya untuk melumasi atau melindungi komponen-komponen mesin dari keausan.
Kondisi pelumas Penurunan kondisi pelumas dapat diketahui dengan parameter pengujian seperti : Jelaga (Soot) Oksidasi (Oxidation) Sulfasi ( Sulfation)
Jelaga (Soot) Jelaga adalah hasil dari proses pembakaran, yang terdiri dari karbon (terutama hasil pembakaran bahan bakar yang kurang sempurna). Setiap pelumas mesin memiliki aditif berupa Dispersants yang berfungsi mengurangi jelaga agar membentuk suspensi, dan mencegahnya menjadi gumpalan. Bila aditif tersebut hilang, maka jelaga akan berkumpul dan saling melekat membentuk partikel yang lebih besar. Ketika hal ini terjadi, keausan mesin akan segera meningkat, dan terjadi penyumbatan pada saringan oli. Selain itu jelaga juga memberi kontribusi terhadap kenaikan viskositas dan piston deposit. Penyebab timbulnya jelaga dalam oli mesin adalah tersumbatnya saringan udara, pengaturan perbandingan bahan bakar dengan udara, dan pengoperasian mesin yang tidak benar seperti akselerasi yang cepat atau berlebihan.
Oksidasi (Oxidation) Oksidasi oli terjadi ketika molekul-molekul oksigen di dalam bak penampungan bereaksi dengan oli (terutama aditif oli) sehingga merubah formulasi oli tersebut. Proses ini berlangsung seperti proses terjadinya karat dimana besi dengan oksigen saling bereaksi. Penyebab yang mempercepat terjadinya oksidasi dalam oli adalah temperatur operasi mesin yang tinggi, karena adanya masalah dalam sistem pendinginan, mesin dalam kondisi beban kerja berlebihan, dan pemakaian oli melampaui batas yang dianjurkan.
Sulfasi ( Sulfation) Sulfasi merupakan produk pembakaran. Oksida-oksida sulfur terbentuk ketika bahan bakar yang mengandung sulfur terbakar dan bereaksi dengan air hingga terbentuk asam (sulfuric acids dan sulfurous acids). Asam-asam tersebut sangat berbahaya karena bersifat korosif.