Hampiran Numerik Penyelesaian Persamaan Polinomial Pertemuan 4

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TURUNAN/ DIFERENSIAL.
Advertisements

Solusi Persamaan Diferensial Biasa (Bag. 1)
Vektor dalam R3 Pertemuan
MENU UTAMA PENDAHULUAN PERTEMUAN 1 PERTEMUAN 2 PERTEMUAN 3 PERTEMUAN 4 SOAL-SOAL LATIHAN PENUTUP.
Matematika Diskrit Dr.-Ing. Erwin Sitompul
Kekonvergenan barisan tak hingga
Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method)
Matematika Diskrit Dr.-Ing. Erwin Sitompul
Sistem Persamaan Diferensial
Bab 11A Nonparametrik: Data Frekuensi Bab 11A.
Matematika SMA Kelas X Semester 1.
INTERPOLASI Para rekayasawan dan ahli ilmu alam sering bekerja dengan sejumlah data diskrit (yang umumnya disajikan dalam bentuk tabel). Data didalam tabel.
Pertidaksamaan Kelas X semester 1 SK / KD Indikator Materi Contoh
Bab 2 Pertidaksamaan Oleh : Dedeh Hodiyah.
Selamat Datang Dalam Kuliah Terbuka Analisis Rangkaian Listrik Sesi-10
Bab 6B Distribusi Probabilitas Pensampelan
PERSAMAAN NON LINEAR.
ANALISA NILAI KELAS A,B,C DIBUAT OLEH: NAMA: SALBIYAH UMININGSIH NIM:
Materi Kuliah Kalkulus II
TURUNAN DIFERENSIAL Pertemuan ke
BARISAN DAN DERET ARITMETIKA
7. APLIKASI INTEGRAL MA1114 KALKULUS I.
MODUL KULIAH MATEMATIKA TERAPAN
Integral Lipat-Tiga.
Integrasi Numerik (Bag. 2)
Persamaan Linier dua Variabel.
i. Fungsi kuadrat - Penyelesaian fungsi kuadrat dengan pemfaktoran
Rabu 23 Maret 2011Matematika Teknik 2 Pu Barisan Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat – sifat barisan Barisan Monoton.
BILANGAN PECAHAN.
INVERS MATRIKS (dengan adjoint)
THEOREMA SISA, THEOREMA FAKTOR BENTUK POLINUM
Luas Daerah ( Integral ).
Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.
KONSEP DASAR Fungsi dan Grafik
Penyelesaian Persamaan Linier Simultan
Regresi dan Korelasi Linier
Turunan Numerik Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus Informatika I
ITK-121 KALKULUS I 3 SKS Dicky Dermawan
Umi Sa’adah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2012
HUBUNGAN ANTARA GARIS LURUS DAN PARABOLA
Persamaan Non Linier Supriyanto, M.Si..
PD Tingkat/orde Satu Pangkat/derajat Satu
SISTEM PERSAMAAN LINIER
MATEMATIKA BISNIS PERTEMUAN kedua Hani Hatimatunnisani, S. Si
Statistika Deskriptif: Statistik Sampel
Persamaan Non Linier.
Metode Numerik Persamaan Non Linier.
4. SOLUSI PERSAMAAN NON-LINIER.
Pertemuan ke – 4 Non-Linier Equation.
Mathematics for Business & Economics Atman P, drs. STIE INDONESIA BANKING SCHOOL
PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER
METODE DERET PANGKAT.
Matakuliah : Kalkulus II
ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2
Kelompok 2 Rizki Resti Ari ( ) Naviul Hasanah ( )
HAMPIRAN NUMERIK SOLUSI PERSAMAAN POLINOMIAL Pertemuan 4
Aplikasi Matriks Pertemuan 25 Matakuliah: J0174/Matematika I Tahun: 2008.
HAMPIRAN NUMERIK PENEYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER Pertemuan 5
PERSAMAAN non linier 3.
AKAR PERSAMAAN Metode Pengurung.
PERTEMUAN 6 MATEMATIKA DASAR
Persamaan kuadrat Persamaan kuadrat adalah suatu persamaan polinomial berorde dua. Bentuk umum dari persamaan kuadrat adalah dengan Huruf-huruf a, b dan.
ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2
METODE NUMERIK INTERPOLASI.
PERSAMAAN POLINOMIAL.
Bab 2 AKAR – AKAR PERSAMAAN
A. Sistem Persamaan Linier dan Kuadrat
A. Menyelesaikan Persamaan Kuadrat
Peta Konsep. Peta Konsep A. Sistem Persamaan Linier dan Kuadrat.
Peta Konsep. Peta Konsep A. Sistem Persamaan Linier dan Kuadrat.
Transcript presentasi:

Hampiran Numerik Penyelesaian Persamaan Polinomial Pertemuan 4 Matakuliah : METODE NUMERIK I Tahun : 2008 Hampiran Numerik Penyelesaian Persamaan Polinomial Pertemuan 4

Dengan ak adalah konstanta bilangan riil dan an  0 Bentuk umum persamaan polinomial: Dengan ak adalah konstanta bilangan riil dan an  0 Persamaan polinomial termasuk pada persamaan non-linier Dapat diselesaikan baik dengan metoda terbuka maupun metoda tertutup tetapi kurang effisien untuk n yang besar Bina Nusantara

Muller menggunakan pendekatan proyeksi parabola melalui 1. Metoda Müller Muller menggunakan pendekatan proyeksi parabola melalui tiga titik pada sumbu x sebagai pengganti proyeksi garis melalui dua titik pada sumbu x seperti pada metoda Secant Misalkan tiga titik tsb adalah: [ x0,f(x0)]; [ x1,f(x1)]; [ x2,f(x2)] Misalkan persamaan parabola melalui tiga titik tersebut adalah: Maka: ……………..(1) Bina Nusantara

Disubtitusikan ke persamaan (1), diperoleh: Misalkan: Disubtitusikan ke persamaan (1), diperoleh: ……………….(2) Bina Nusantara

Akar persamaan polinomial diperoleh dengan iterasi berikut: …………………..(3) Contoh: , tentukan akar persamaan Jawaban: Misalkan: x0 = 4.5; x1 = 5.5; x2 = 5 f(4.5) = 20.625; f(5.5) = 82.875; f(5) = 48 = c h0 = 1; h1 = -0.5 0 = 62.25; 1 = 69.75 a = 15 b = 62.25 Bina Nusantara

Dengan rumus iterasi: Diperoleh: Bina Nusantara

Iterasi berikutnya adalah dengan menggunakan: X0 = 5.5; x1 = 5 dan x2 = 3.976487 Kemudian dihitung kembali, h0; h1; 0 dan 1 untuk memperoleh nilai a, b dan c Hasil iterasinya adalah sbb.: n xn n (%) 5 - 1 3.976487 25.74 2 4.00105 0.6139 3 4.00000 0.0262 4 0.0000119 Bina Nusantara

2. Metoda Bairstow dibagi dengan: (x2 – rx – s ) yang menghasilkan: Dengan sisa pembagian: Bina Nusantara

Hubungan rekurensi (recurrence relationship) dengan pembagian Fungsi kuadrat diperoleh: bn = an bn-1 = an-1 + r b0 bi = ai + r bi+1 + s bi+2, untuk i = (n-2), (n-3),…, 2,1,0 Untuk membuat pembagian menuju nol, maka b0 dan b1 harus menuju nol. b0 dan b1 masing-masing fungsi dari r dan s Bina Nusantara

Turunan parsial dapat ditentukan dengan cara pembagian sintetik seperti menentukan koefisien b yaitu dengan menuliskan: Sehingga: dimana: Untuk i= n – 2 sampai dengan i= 1 Bina Nusantara

Tentukan akar persamaan polinomial orde 5 berikut: Contoh: Tentukan akar persamaan polinomial orde 5 berikut: Gunakan perkiraan awal r0 = s0 = -1 kemudian iterasikan sampai Galat relatif kurang dari 1 % Jawaban: Dari pembagian sintetik menentukan koefisien b diperoleh: b5 = a5 = 1; b4 = -4.5; b3 = 6.25; b2 = 0.375; b1 = - 10.5 dan b0 = 11.375 Dari pembagian sintetik menentukan koefisien c diperoleh: c5 = b5 = 1; c4 = -5.5; c3 = 10.75; c2 = - 4.875; c1 = - 16.375 Bina Nusantara

Iterasi pertama untuk r dan s adalah: Maka: -16.375  r – 4.875  s = -11.375 - 4.875  r + 10.75  s = 10.5  r = 0.3558 dan  s = 1.1381 Iterasi pertama untuk r dan s adalah: r1 = r0 +  r = -1 + 0.3558 = - 0.6442 s1 = s0 +  s = -1 + 1.1381 = 0.1381 r( r1 ) = | (0.3558/-0.6442| 100 % = 55.23 % s( s1) = | (1.1381/ 0.1381| 100 % = 824.1 % Karena galat relatif masih tinggi, perhitungan dilanjutkan dengan iterasi ke-2 Bina Nusantara

Dari pembagian sintetik menentukan koefisien b diperoleh: b5 = a5 = 1; b4 = -4.1442; b3 = 5.5578; b2 = - 2.0276; b1 = - 1.8013 dan b0 = 2.1304 Dari pembagian sintetik menentukan koefisien c diperoleh: c5 = b5 = 1; c4 = -4.7884; c3 = 8.7806; c2 = - 8.3454; c1 = 4.7874 Maka: 4.7874  r – 8.3454  s = -2.1304 – 8.3454  r + 8.7806  s = 1.8013  r = 0.1331 dan  s = 0.3316 Iterasi ke dua untuk r dan s adalah: r2 = r1 +  r = - 0.6442 + 0.1331 = - 0.5111 s1 = s0 +  s = 0.1381 + 0.3316 = 0.4697 Bina Nusantara

Setelah iterasi ke-4 diperoleh haga r dan s yaitu: r( r2 ) = | (0.1331/-0.5111| 100 % = 26.0 % s( s2) = | (0.3316/ 0.4697| 100 % = 70.6 % Karena galat relatif masih tinggi, perhitungan dilanjutkan dengan iterasi ke-3, dan seterusnya Setelah iterasi ke-4 diperoleh haga r dan s yaitu: r4 = - 0.5 dengan r( r4 ) = 0.063 % s4 = 0.5 dengan s( s4) = 0.040 % Jadi r = r4 = -0.5 dan s = s4 = 0.5 Persamaan kuadarat: (x2 – rx – s ) = (x2 + 0.5x – 0.5 ) adalah merupakan faktor dari f(x) Dua akar pertama dari f(x) diperoleh yaitu: Bina Nusantara

Hasil pembagian f(x) dengan (x2 + 0.5x – 0.5 ) yaitu: Akar-akar dari f3 (x) ini dicari dengan menggunakan r = - 0.5 dan s = 0.5 sebagai perkiraan awal Setelah lima iterasi diperoleh: r = 2 dan s = - 1.249 dan persamaan kuadrat (x2 – rx – s ) = (x2 - 2x + 1.249 ) adalah faktor dari f3(x) Akar ke tiga dan ke empat dari f(x) diperoleh yaitu: Hasil pembagian f3(x) dengan (x2 - 2x + 1.249 ) yaitu: f1(x) = x – 2. Jadi akar ke lima dari f(x) yaitu x5 = 2 Bina Nusantara

2. Metoda Birge-Vieta Birge-Vieta mengembangkan metoda Newton khusus untuk mencari akar-akar persamaan polinomial Rumus iterasi metoda Newton: Bina Nusantara

f(x) dan f’(x) dievaluasi dengan aturan Horner secara rekursif untuk memperoleh koefisien b seperti yang telah digunakan Bairstow sehingga diperoleh hubungan rekurensi koefisien sbb: bn = an bi = ai + xn bi+1 Dengan i = n – 1 sampai 0 dan f(xn) = b0 Bila dibagi dengan (x – xn) diperoleh fungsi g(x) orde (n – 1) dengan sisa pembagian b0, dan f(x) = (x – xn) g(x) + b0 dimana: Bina Nusantara

Turunan pertama dari f(x) = (x – xn) g(x) + b0 yaitu: f’(x) = (x – xn) g’(x) + g(x) f’(xn) = g(xn) yaitu suatu polinomial orde (n – 1) dan dapat dievaluasi dengan aturan Horner untuk memperoleh hubungan rekurensi koefisien c yaitu: cn = bn ci = bi + xn ci+1 Dengan i = n – 1 sampai 1 dan g(xn) = c1 Rumus iterasi Bierge-Vieta untuk persamaan polinomial: Bina Nusantara

Tentukan akar persamaan polinomial f(x) = x3 – x – 1 disekitar Contoh: Tentukan akar persamaan polinomial f(x) = x3 – x – 1 disekitar X0 = 1.3 Jawaban: Dari hubungan rekurensi pembagian sintetik untuk menentukan koefisien b dan c diperoleh: i ai bi=ai+x0 bi+1 ci=bi+x0 ci+1 3 1 2 1.3 2.6 -1 0.69 4.07 -0.103 Bina Nusantara

Iterasi pertama memberikan: Iterasi ke dua: i ai bi=ai+x1 bi+1 ci=bi+x1 ci+1 3 1 2 1.325 2.265 -1 0.755625 4.267 0.001203 Bina Nusantara

Iterasi ke dua memberikan: Iterasi ke tiga: i ai bi=ai+x2 bi+1 ci=bi+x2 ci+1 3 1 2 1.324718 2.64434 -1 0.154878 4.26434 0.000004 Bina Nusantara

Iterasi ke tiga memberikan: r( x3 ) = | (-0.0000002/1.3247179)| 100 % = 0.00002 % Bina Nusantara

Menggunakan Metode Muller, tentukan akar dari f(x) = 2x4 – 3x2 + 6 Soal Latihan Menggunakan Metode Muller, tentukan akar dari f(x) = 2x4 – 3x2 + 6 2. Menggunakan Metode Bairstow, tentukan akar dari f(x) = x4 – 2x3 + 6x2 -2x + 5 3. Menggunakan Metode Bierge-Vieta, tentukan akar persamaan polinomial f(x) = x3 – x2 + 2x -3 disekitar X0 = 1.27 Bina Nusantara