Manajemen dan Pengukuran Kinerja Portfolio Manajemen Investasi Syariah Manajemen dan Pengukuran Kinerja Portfolio PSTTI -UNIVERSITAS INDONESIA Oleh: Else Fernanda, SE.Ak.,M.Sc
Manajemen Portfolio Melibatkan keputusan-keputusan yang harus dibuat investor terkait apakah akan menggunakan pendekatan investasi aktif atau pasif Relasi antar alternatif investasi mesti dipertimbangkan jika seorang investor akan memilih suatu portfolio optimal
Manajemen Portfolio Sebagai Sebuah Proses Sebuah struktur yang dapat diikuti semua orang Mengintegrasikan serangkaian kegiatan yang logis dan berurutan Berkesinambungan dan sistematis Meliputi semua portfolio investasi Lewat proses yang dirancang, siapapun dapat melakukan keputusan untuk investor
Proses Manajemen Portfolio Syariah Step 5 Monitoring Set milestones - Key driver -Purification of Earning Earning revision -Price valuation Continuous improvement & re-evaluation Portfolio Construction Step 1 Setting Investment Policy Step 2a Sharia Screening Step 2b Detailed review -Company contact -Financial Analysis -LT co. assessment Step 2c Valuation Step 3 Stock selection Step 4 Asset Allocation Stock Universe
Manajemen Portfolio Sebagai Sebuah Proses Mengidentifikasi tujuan, hambatan, dan preferensi Mengarahkan ke kebijakan investasi yang jelas Mengembangkan dan mengimplementasikan strategi Memonitor kondisi pasar, campuran aset, dan kondisi investor Melakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap portofolio
Investor Institusi vs Investor Individual Cendrung mempertahankan profil yang sama di setiap waktu Hambatan-hambatan legal dan regulasi Kebijakan investasi yang efektif dan jelas adalah penting Individual investors Berbeda sesuai tahapan usia Risiko didefinisikan sebagai “kehilangan uang” Dicirikan oleh personalitas Tujuan menjadi penting Managemen perpajakan menjadi bagian keputusan yang penting
Memformulasi Kebijakan Investasi Kebijakan investasi adalah ringkasan dari tujuan, batasan, dan preferensi untuk investor Kebutuhan informasi Tujuan Tingkat pengembalian yang diharapkan dan toleransi risiko Batasan dan Preferesi Likuiditas, horizon waktu, hukum dan regulasi, perpajakan, preferensi dan kondisi khusus
Memformulasi Kebijakan Investasi Batasan dan Preferensi Horizon waktu Tujuan investasi memerlukan perencanaan horizon waktu khusus Kebutuhan likuiditas Investor seharusnya mengetahui kebutuhan kas di masa datang Pertimbangan perpajakan Pendapatan dividen vs capital gain
Ekspektasi-ekspektasi Pasar Modal Faktor-faktor Makro Ekspektasi atas pasar modal Faktor-fakor Mikro Estimasi yang mempengaruhi pemilihan dari suatu aset untuk suatu portfolio Asumsi-asumsi Rate of return Buat yang realistis Pelajari data mengenai tingkat pengembalian historis
Membangun Portfolio Gunakan kebijakan investasi dan ekspektasi pasar modal untuk memilih portfolio aset Tentukan sekuritas yang layak dimasukkan dalam suatu portfolio Gunakan prosedur optimisasi untuk memilih sekuritas dan tentukan bobot portfolio yang pas Markowitz menyediakan model formal
Alokasi Aset Melibatkan pemilihan atas bobot untuk kas, obligasi, dan saham Keputusan yang paling penting Perbedaan dalam pengalokasian menyebabkan perbedaan dalam kinerja portfolio Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan Return requirements, toleransi risiko, horizon waktu, usia investor
Alokasi Asset Strategi alokasi aset Taktik alokasi aset Prosedur simulasi digunakan untuk menentukan kemungkinan sebaran hasil terkait dengan masing-masing campuran aset Menciptakan strategi campuran aset jangka panjang Taktik alokasi aset Perubahan dalam campuran aset didorong oleh perubahan ekspektasi Pendekatan market timing
Keadaan dan Kondisi Monitoring Keadaan investor dapat berubah karena beberapa alasan Perubahan kesejahteraan yang mempengaruhi toleransi terhadap risiko Perubahan horizon investasi Perubahan kebutuhan likuiditas Perubahan aturan perpajakan Pertimbangan regulasi pemerintah Keadaan dan kebutuhan unik
Penyesuaian Portfolio Komposisi portfolio tidak dimaksudkan untuk tetap sama Yang paling penting diketahui adalah kapan harus melakukan penyeimbangan kembali (rebalancing) Biaya Rebalancing mencakup Komisi broker Dampak dari perdagangan yang mungkin mempengaruhi harga pasar Aspek waktu dalam memutuskan untuk bertransaksi Biaya untuk tidak melakukan rebalancing adalah berada dalam posisi yang tidak menguntungkan
Pengukuran Kinerja Memungkinkan pengukuran kinerja manajemen portfolio Bagian terpenting dari strategi monitoring dan evaluasi risiko Penting untuk: Pihak-pihak yang menggunakan manajer investasi Pihak-pihak yang menginvestasikan dana pribadi Temukan alasan untuk kesuksesan dan kegagalan
Pengukuran Kinerja Portfolio Apa yang diperlukan dari Porfolio Manager? Memperoleh return yang wajar/optimal untuk setiap level risiko portfolio Kemampuan mengelola risiko Mengeliminasi risiko yang tidak perlu
Pengukuran Kinerja Portfolio Benchmarking Menjadi pembanding untuk penentuan kinerja Pembanding untuk return dan risiko
Pengukuran Kinerja Portfolio Treynor’s measure
Pengukuran Kinerja Portfolio Treynor’s measure Treynor’s measure memberikan pengukuran return per unit dari market risk yang diperoleh dari suatu investasi. Semakin besar Treynor semakin baik. Namun demikian tetap diperlukan pembandung.
Pengukuran Kinerja Portfolio Tryenor’s measure Benchmark comparison
Pengukuran Kinerja Portfolio Treynor’s measure Jika Ti > Tm, maka portfolio itu akan berada di atas garis SML dan menunjukkan kinerja yang lebih baik dari pasar Jika Ti < Tm, maka portfolio itu akan berada di bawah SML dan menunjukkan kinerja yang lebih buruk dari pasar
Pengukuran Kinerja Porfolio Sharpe performance measure
Pengukuran Kinerja Portfolio Sharpe performance measure Sharpe measure merupakan pengukuran return per unit dari total risiko. Semakin tinggi sharpe measure, semakin baik kinerja. Diperlukan pembanding untuk menentukan kinerja suatu portfolio individu.
Pengukuran Kinerja Portfolio Sharpe performance measure Tidak seperti seperti Treynor Measure, penyimpangan dari kinerja pasar pada Sharpe Performance diplot pada garis Capital Market Line (CML)
Pengukuran Kinerja Portfolio Sharpe measure Jika Si > Sm, aset portfolio memperoleh return lebih tinggi dari risk premium pada CML, menunjukkan kinerja portfolio yang lebih baik dari Pasar. Jika Si < Sm, aset portfolio memperoleh return lebih rendah dari risk premium pada CML, menunjukkan kinerja portfolio yang lebih buruk dari Pasar.
Pengukuran Kinerja Portfolio Treynor vs. Sharpe Untuk portfolio aset yang terdiversifikasi secara lengkap, Sharpe dan Treynor akan menunjukkan kesimpulan yang sama. Treynor mengukur kinerja relatif terhadap systematic risk Sharpe mengukur kinerja relatif terhadap total risk Portfolio yang tidak terdiversifikasi dengan baik dapat memiliki nilai Treynor yang tinggi Sharpe memberikan indikasi seberapa baik manajer portofolio mendiversifikasi unsystematic risk
Pengukuran Kinerja Portfolio Jensen’s Alpha Sama seperti Treynor, mengukur seberapa baik manajer portfolio mengelola systematic risk Untuk menghitung Jensen’s alpha dilakukan estimasi menggunakan model regresi sbb:
Pengukuran Kinerja Portfolio Jensen’s Alpha mengukur derajat return yang diperoleh manajer portfolio setelah memperhitungkan market risk (beta). Jika manajer portfolio memperoleh return kurang lebih sama dengan pasar, maka sama dengan nol. (+) menunjukkan kinerja yang baik (-) menunjukkan kinerja yang buruk Jensen’s alpha memberikan kemungkinan untuk menguji secara statistik apakah manajer portfolio memperoleh return lebih baik atau lebih buruk dari yang diharapkan CAPM