permasalahan TANAH sekitar PANTAI
Anggota kelompok Galang Toto Sejati (6226) Galit Gatut P. (6212) Sayekti Purwoko (6218) Hardian W. (6234) Khalista Nurul S. (6080) Dyah Kartika A. (6120) Jimmy Edwar P. (6222) Mahadi Dwi N. (6078) Agung Hadisiswanto P. (6072) Andhika Silva Y. (6076)
LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis flora dan fauna dengan tipe-tipe hutan yang bervariasi di dunia, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara ”mega biodiversity” kedua setelah Brazil. Keanekaragaman yang tinggi ini didukung oleh wilayah yang luas dengan banyak kepulauan dan berada di daerah tropis yang memiliki pedoagroklimat yang sesuai. Indonesia memiliki sekitar 17.508 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri.
Di antara formasi hutan yang memiliki produktivitas dan biodiversitas tinggi, baik jenis flora dan fauna serta mempunyai keunikan tersendiri di Indonesia adalah hutan pantai dan hutan mangrove. Hutan pantai dan mangrove juga merupakan bagian dari ekosistem pesisir dan laut yang menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata serta penemuan produk biochemical. Namun, seiring dengan laju pertambahan penduduk dan dinamika pembangunan regional yang tidak taat asas kelestraian lingkungan hidup, kedua tipe hutan tersebut akhir-akhir ini mulai mengalami kerusakan yang berarti.
JENIS PANTAI DI INDONESIA Pantai Berpasir Pantai Berlumpur Pantai Berawa Pantai Berbatu
Pantai Berpasir Pantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu atau putih. Selain itu terdapat lembah-lembah diantara beting pasir. Pantai berpasir tidak menyediakan subatrat tetap untuk melekat bagi organisme, karena aksi gelombang secara terus menerus menggerakan partikel substrat. Dua kelompok ukuran organisme yang mampu beradaptasi pada kondisi substrat pasir : organisme infauna makro (berukuran 1-10 cm) yang mampu menggali liang di dalam pasir dan organisme meiofauna mikro (berukuran 0,1-1 mm) yang hidup di antara butiran pasir
Permasalahan pada tanah pantai yang berpasir yaitu:
SULIT MENYERAP (MENAHAN) AIR 1. Tekstur tanah Teksturnya BERPASIR Luas Permukaannya kecil SULIT MENYERAP (MENAHAN) AIR Tanah di kawasan pantai didominasi fraksi pasir yang mencapai 95 persen.
3. Kandungan lempung, debu, dan zat hara sangat minim 2. Bahan organik BAHAN ORGANIK SEDIKIT 3. Kandungan lempung, debu, dan zat hara sangat minim
4. Aerasi/drainase Aerasi/drainase = Baik Tanah pantai yang berpasir kemampuan meloloskan airnya terlalu baik sehingga cenderung cepat kering. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 sentimeter per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3 persen dari total air yang tersedia.
5. Suhu -Pada suhu tinggi, air akan cepat menguap sehingga suhu tanah pun akan sangat tinggi. -Pada suhu rendah,suhu tanah akan sangat rendah. 6. Kecepatan Angin Angin dengan kecepatan tinggi mudah mencerabut akar dan merobohkan tanaman. penelitian mencatat kecepatan angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 kilometer per jam.
7. Adanya udara panas yang dibawa angin laut. 8. Adanya udara yang mengandung garam yang terbawa oleh angin laut.
Dari permasalahan diatas mengakibatkan sulitnya tanaman untuk tumbuh pada tanah pantai yang berpasir terutama tanaman pertanian. Oleh karena itu masyarakat disekitar pesisir pantai tidak dapat memanfaatkan lahan pantai untuk kegiatan pertanian karena di nilai tidak layak sebagai media tanam.
Tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap tanah pantai Cemara udang Spinifex (rumput lari-lari) Canavalia Euphorbia atato Vigna waru laut (Hibiscus tiliaceus) kelapa (Cocos nucifera) Glereside Jambu mete
Spinifex (rumput lari-lari) Gliresideae
Cemara udang Dengan pemberian tanah lempung dan pupuk kandang. Solusi Cemara udang Dengan pemberian tanah lempung dan pupuk kandang.
1. Cemara Udang Cemara udang mempunyai batang yang kokoh dan bercabang banyak sehingga tanaman ini kuat menahan gelombang dan angin. Dalam usia 5- 6 tahun, tanaman ini sudah kuat menahan gelombang tsunami. Ketinggian cemara udang sendiri bisa mencapai lebih dari 15 meter. Daya hidup tanaman ini tergolong baik karena meskipun hanya mendapat pasokan air yang minim, tetap bisa hidup.
Cemara udang juga menahan garam yang hendak masuk ke daratan, sehingga tanah dan pasir yang ada di belakang cemara udang ini layak untuk dikembangkan sebagai pertanian lahan berpasir. Lahan Cemara udang dapat diperluas di tepi laut karena tanaman ini akan menahan hempasan gelombang yang hendak mencapai daratan dan terpaan pasir yang bergulung di sepanjang pantai selatan, sehingga sangat baik digunakan sebagai `windbarier` di kawasan pantai yang rentan terhadap bahaya angin kencang atau badai selatan dan tsunami.
Cemara udang
2. Pemberian tanah lempung dan pupuk kandang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan nilai indeks kualitas tanah, Perlakuan penambahan tanah lempung dan pupuk kandang dapat memperbaiki kualitas tanah. Perbaikan kualitas tanah tersebut ditunjukkan oleh Indeks Kualitas Tanah yang semakin tinggi.
Terima Kasih