SILVIKULTUR HUTAN MANGROVE KULIAH SILVIKULTUR PERTEMUAN KE – 10 DOSEN : TRIO SANTOSO, S.HUT., M.SC
PENGERTIAN MANGROVE Kata mangrove dalam bahasa inggris digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Istilah umum untuk jenis – jenis tanaman yang hidup di habitat payau.
PENGERTIAN HUTAN MANGROVE : Ekosistem kompleks dari flora dan fauna pada daerah yang terkena pasang dan surut air laut. Hutan mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara 32° Lintang Utara dan 38° Lintang Selatan. Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah delta dan aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar.
Hutan mangrove ditemukan hampir di seluruh kepulauan di Indonesia di 33 provinsi yang ada. Tetapi sebagian besar terkonsentrasi di Papua, Kalimantan (Timur dan Selatan) Riau dan Sumatera Selatan. Wilayah blok mangrove yang terluas di dunia tidak terdapat di Indonesia, melainkan di hutan mangrove Sundarbans (660.000 ha) yang terletak di Teluk Bengal, Bangladesh.
Karakteristik vegetasi mangrove Jenis pohon yang relatif sedikit, Perakaran tidak beraturan Biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya. Banyak lentisel pada bagian kulit pohon. Tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik Tanahnya tergenang air laut secara berkala Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat. Daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
Beberapa Fungsi Hutan Mangrove a. Fungsi Fisik : Menjaga agar garis pantai tetap stabil Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi (shoreline stabilizer). Menahan badai/angin kencang dari laut Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru (island initiator). Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
Contoh kasus hutan mangrove dapat membentuk daratan baru Mangrove Awal Daratan baru hutan mangrove, > th. 2004
Beberapa Fungsi Hutan Mangrove b. Fungsi Biologis : Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain. Sumber plasma nutfah & sumber genetik. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
Beberapa Fungsi Hutan Mangrove c. Fungsi Ekonomis: Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery Tempat wisata, penelitian & pendidikan.
Jenis – jenis vegetasi mangrove Di dunia dikenal banyak jenis mangrove yang berbeda-beda. Tercatat telah dikenali sebanyak sampai dengan 24 famili (Tomlinson, 1986 dan Field, 1995). Ada yang menyatakan bahwa Asia merupakan daerah yang paling tinggikeanekaragaman dan jenis mangrovenya : Thailand sebanyak 27 jenis. Kamboja sebanyak 32 jenis. Filipina sebanyak 41 jenis. Benua Amerika hanya memiliki sekitar 12 jenis. Indonesia tidak kurang dari 89 jenis.
Vegetasi mangrove paling dominan Jenis mangrove yang paling banyak ditemukan antara lain : Nipah (Nypa sp.) jenis api-api (Avicennia sp.). bakau (Rhizophora sp.). tancang (Bruguiera sp.). Bogem atau pedada (Sonneratia sp.).
Silvikultur Hutan Mangrove Sistem silvikultur hutan tanaman kebanyakan menggunakan sistem Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) dan sebagian Tebang Habis Permudaan Alam (THPA).
Silvikultur Hutan Mangrove Pedoman Sistem Silvikultur Hutan Payau no. 60 tahun 1978 yang disempurnakan (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan Produksi) dan sampai saat ini masih dipakai sebagai pedoman, disimpulkan tahapan kegiatannya sebagai berikut : Penataan Areal Kerja (PAK) (Et – 2) Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan ( ITSP ) (Et – 1) Penebangan (Et0) Pengayaan Areal Bekas tebangan ( PABT ) (Et + 2) Pemeliharaan Tanaman (Et + 3,4) Penjarangan (Et≥15) Perlindungan dan Pengamanan(Et1-≥15) Et = Tahun Tebangan
Keterangan lain Persiapan Sebelum Penebangan jalur hijau ini boleh dibuka sepanjang untuk TPn/TPK seluas 0,1 ha setiap 10 ha tebangan ( 1 % dari luas tebangan ), Inventarisasi potensi Penataan hutan, peralatan dan siklus tebang, sistem penebangan dan usaha pencegahan kerusakan hutan Penyusunan Rencana Kerja Penunjukkan pohon induk. Penebangan Pohon dan Pengeluaran Kayu Pemeliharaan Bekas Tebangan Penjarangan (Et + 15, 20), Penentuan batas diameter (10 cm - up), Pembebasan dari tumbuhan pengganggu (Et + 15, 20), Jalur hijau ditetapkan 50 meter dari tepi hutan yang menghadap ke laut dan 10 meter Penanaman tambahan (Et + 2). Untuk kegiatan penjarangan pemanfaatan kayu hasil penjarangan tidak disebutkan tatacara pelaksanaannya. dari tepi hutan yang menghadap ke sungai (“ sungai pasang surut “ ).
Contoh : Volume pohon bakau (Rhizophora apiculata) di HPH PT Contoh : Volume pohon bakau (Rhizophora apiculata) di HPH PT. Bina Lestari, Riau (1983-1995).