Fisiologi LAKTASI
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki - laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu ( ASI ) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan - bulan pertama kehidupan.
1. Kalang Payudara ( Areola Mammae ) Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen padakulitnya. perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli Semula. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
2. Putting Susu Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang - lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung - ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat - serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat - serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15 - 25 lobus. Masing - masing lobulus terdiri dari 20 - 40 lobulus. Selanjutnya masing - masing lobulus terdiri dari 10 – 100 alveoli dan masing - masing dihubungkan dengan saluran air susu ( sistem duktus ) sehingga merupakan suatu pohon.
3. Fisiologi Pengeluaran ASI Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : a. Pembentukan kelenjar payudara. b. Pembentukan air susu. c. Pemeliharaan pengeluaran air susu.
a. Pembentukan kelenjar payudara. 1. Masa Kehamilan Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari - duktus yang baru, percabangan - percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon - hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon - hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid, hormon pertumbuhan. 2. Pada 3 bulan Kehamilan Prolaktin dari adenohipofise / hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrom. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan. 3. Pada Trimester Kedua Kehamilan Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon - hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemontrasikan kebenaranya bahwa seorang Ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum.
b. Pembentukan Air Susu Pada seorang Ibu yang menyusui dikenai 2 reflek yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu: 1. Refleks Prolaktin. Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesterone sari-at berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung - ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor - faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor - faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor - faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang sel - sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 - 3. pada ibu yang menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti : Stress atau pengaruh psikis Anastesi Operasi Rangsangan puting susu 2. Reflek Letdown Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofise posterior ( neurohipofise ) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus dan selanjutnya menbalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor - faktor yang meningkatkan let down adalah : - Melihat bayi - Mendengarkan suara bayi - Mencium bayi - Memikirkan untuk menyusui bayi Faktor - faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti : - Keadaan bingung / pikiran kacau - Takut - Cemas
c. Pemeliharaan Pengeluaran Air Susu Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormone - hormone ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.
4. Mekanisme Menyusui a. Reflek mencari ( Rooting Reflex ) Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting susu ditarik masuk ke dalam mulut. b. Reflek menghisap ( Sucking Reflex ) Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, putting susu ditarik lebih jauh dan rahang rnenekan kalang payudara dibelakang putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit - langit keras. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting susu pada langit - langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi, tidak akan menimbulkan cedera pada putting susu. Kebanyakan bayi - bayi yang masih baru lahir belajar menyusu pada ibunya, kemudian dicoba pada susu botol yang bergantian, maka bayi tersebut akan menjadi bingung puting. Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, cara menyusu seperti menghisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu, jika bayi terpaksa tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir, atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung puting.