Perspektif Konflik 1. Pendahuluan : Asumsi dasar perspektif konflik : - Proses perubahan dalam masyarakat tidak pernah berhenti (melekat). - Setiap masyarakat mengandung konflik dalam dirinya atau konflik merupakan gejala yang melekat. - Setiap unsur dalam masyarakat potensial menyebabkan disintegrasi dalam masyarakat itu. - Setiap masyarakat terintegrasi atas dasar dominasi (penguasaan) satu atas yang lain.
2. Pendalaman asumsi dasar - Perubahan sosial atau norma perilaku dalam masyarakat tidak hanya melekat tetapi justru “bersumber” pada faktor internal dalam masyarakat itu. - Faktanya misalnya bahwa dalam setiap masyarakat mengenal adanya pembagian otoritas yang tidak sama (merata). - Fakta tersebut menimbulkan 2 kategori dalam masyarakat yaitu mereka yang memiliki otoritas dan yang tidak memiliki. - Kategori itulah yang akhirnya menimbulkan konflik- konflik sosial, mengapa ?
3. Mengapa kategori sosial menimbulkan konflik ? (ingat diskusi di Sosiologi : kategori sosial memilki banyak dimensi) - Kategori sosial dalam konteks ini mereka yang memiliki otoritas dan yang tidak memiliki otoritas, menimbulkan perbedaan dan kadang berlawanan kepentingan satu dengan lainnya. - Oleh karena itu pendekatan ini sebenarnya beranggapan bahwa * Dalam setiap masyarakat terdapat konflik antara mereka yang memiliki otoritas dengan berusaha untuk mempertahankan atau memeliharanya (status quo) dengan mereka yang tidak memiliki otoritas dan ingin merombak status quo itu. * Proses terjadinya konflik kepentingan ini sering tidak disadari terutama oleh mereka yang memiliki otoritas, sehingga disebut dengan kelompok semu/laten (quasi group). * Meskipun kelompok semu tetapi para anggotanya memiliki perilaku yang sama dan pola-pola hubungan kekuasaan sehingga akhirnya berubah menjadi kelompok yang sebenarnya yaitu kelompok kepentingan (interest group).
4. Bagaimana kelompok semu berubah menjadi kelompok kepentingan ? Menurut Dahrendorf ada 3 syarat yaitu : a. Kondisi Teknis suatu Organisasi (Technical condition of organization) : ada orang yang mampu merumuskan kepentingan laten. b. Kondisi Politik (political condition of organization) : ada tidaknya kebebasan berpolitik. c. Kondisi Sosial (social kondition of organization) : adanya sistem komunikasi (politik) yang memudahkan para anggota untuk berinteraksi dan berbagi informasi.
5. Apa yang dapat diperoleh dari pendekatan konflik ini ? - Konflik dalam masyarakat merupakan realita (melekat) sehingga tidak mungkin dihindari atau dihilangkan. - Menurut Nasikun (2003:22) yang lebih penting mengendalikan agar konflik tidak menjadi bentuk tindakan kekerasan (violence). 6. Bahan diskusi - Coba identifikasi berbagai bentuk perubahan sosial yang terjadi di sekitar Anda. - Hal-hal apa saja yang potensial (laten) menimbulkan konflik dalam perubahan itu ? - Bagaimana proses terjadinya kelompok laten menjadi kelompok kepentingan ?