PRANATA PENDIDIKAN SEBAGAI LANDASAN KAJIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN Sosiologi Pendidikan (SOS 23) Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
TARGET PEMBELAJARAN: KOMPETENSI MAHASISWA Mahasiswa diharapkan mampu: menjelaskan ranah pendidikan dalam kehidupan masyarakat Membedakan pengertian, arti dan pendidikan dan (per)sekolah(an) menjelaskan peran/fungsi sekolah pada masa kini fungsi manifest & latent Menjelaskan kajian sosiologi pendidikan dikaitkan dengan paradigma/perspektif pemikiran dalam sosiologi (makro, meso, mikro)
POKOK BAHASAN DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN Kajian-kajian dalam sosiologi pendidikan dapat ditelusuri di dalam ranah: pendidikan formal: sekolah (pra SD hingga PT) pendidikan non-formal: (kursus, pelatihan, dll) pendidikan informal: (community based education: pendidikan yang berlangsung di lingkungan rumah, ketetanggaan, teman sepermainan, media massa,dll)
Perbedaan antara Pendidikan (Education) dan Persekolahan (Schooling) pranata/institusi sosial di mana masyarakat mengajarkan kepada para anggotanya tentang berbagai pengetahuan penting, termasuk fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, keterampilan-keterampilan kerja, norma-norma serta nilai-nilai budaya. Persekolahan (schooling): Instruksi atau arahan formal di bawah kendali orang-orang yang memiliki kompetensi (guru-guru) Berbagai aktivitas dan program pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah.
ARTI PENDIDIKAN (secara umum) Bahasa Yunani: PEDAGOGI Paedea: anak; agogos: penuntun Bahasa Romawi: EDUCARE diserap dalam bahasa Inggris: EDUCATION: Educare: upaya untuk menuntun atau membangun Upaya untuk merealisasikan potensi anak atau membangun kekuatan potensial yang dimiliki anak.
DEFINISI PENDIDIKAN (pendapat beberapa ahli) Ki Hajar Dewantara: Upaya untuk menuntun kehidupan dan tumbuh kembang anak; Upaya menuntun segala kekuatan kodrati yang ada pada anak untuk menjadikan dirinya sebagai manusia dewasa dan anggota masyarakat yang berdaya guna menjadi manusia yang selamat dan bahagia; Upaya untuk mengembangkan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak.
Ki Hajar Dewantoro (lanjutan) Prinsip-prinsip mendidik adalah: ING NGARSO SUNG TULADA: Di depan memberi teladan ING MADYO MANGUN KARSO: Di tengah memberi inspirasi, membangkitkan motivasi untuk berkarya; TUT WURI HANDAYANI: Mengikuti dari belakang dengan memberi dorongan dan arahan
Arti pendidikan (lanjutan) Kamus Dictionary of Education : Proses sosial di mana orang-orang tunduk pada suatu pengaruh dari suatu lingkungan yang terpilih dan terkontrol dengan tujuan untuk memperoleh kemampuan (kompetensi) dan perkembangan sosial. KESIMPULAN : Pendidikan mengandung unsur :upaya “membentuk” manusia upaya itu berupa pemberian tuntunan, bimbingan, dan membangun karakter; tujuannya adalah menjadikannya sebagai manusia dewasa, manusia sosial yang bersusila, berperilaku sesuai standar sosial serta mampu mengembangkan lingkungan sosialnya.
Arti Pendidikan (lanjutan) M.J. Langeveld : Upaya memberi pertolongan secara sadar dan sengaja pada seorang anak menuju ke arah kedewasaannya (dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang dipilihnya) John Dewey : Upaya untuk membentuk dan mengkondisi tumbuh kembang anak dan suatu aktivitas membentuk karakter standar dari aktivitas sosial.
SCHOOLING (PERSEKOLAHAN) Kata school: berasal dari bahasa Yunani yang berarti “leisure” (waktu luang). Pada masa Yunani kuno, guru-guru terkenal seperti: Socrates, Plato, dan Aristotle, mengajar orang-orang yang berasal dari kelompok aristokrat & kelas menengah-atas, yang memiliki banyak waktu luang.
Persekolahaan pada Masa Kini Perluasan makna persekolahan di berbagai negara berkaitan erat dengan tingkat pembangunan ekonomi di negara tersebut. Di negara yang penduduknya mayoritas berpenghasilan menengah ke bawah (low and middle income countries) : sekolah bukan sarana untuk memperbesar kemakmuran/kekayaan, karena yang lebih berperan dalam mendidik anak-anak adalah keluarga dan komunitasmengajarkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat bertahan hidup. Sekolah formal dianggap tidak secara langsung berkaitan dengan upaya untuk bertahan hidup (survival) karena sekolah disediakan utamanya bagi orang-orang kaya yang tidak lagi membutuhkan kerja (mencari uang) Di beberapa negara yang berpenghasilan menengah-bawah, sekolah juga mencerminkan budaya nasionalnya. Seperti di Iran, kegiatan persekolahan secara dekat dihubungkan dengan Islam, begitu juga persekolahan di Bangladesh, Zimbabwe dan Nikaragua, sekolah dibentuk oleh tradisi budaya yang berbeda di masing-masing negara.
FUNGSI PENDIDIKAN/PERSEKOLAHAN Manifest (nampak, tertulis, diharapkan): 1. Sarana sosialisasi: pada masyarakat yang perkembangan teknologinya masih sederhana, fungsi sekolah adalah mengajarkan keterampilan dan pengetahuan serta cara hidup (way of life) yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Pada masyarakat bertaraf teknologi yang lebih kompleks, sekolah tidak saja mengajarkan keterampilan dasar untuk anak-anak, tetapi juga melatih guru-guru untuk mampu mengembangkan pengetahuan yang terspesialisasi yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat yang lebih dewasa untuk masuk dalam dunia kerja.
Di jenjang SD (elementary): mempelajari bahasa standar yang digunakan secara nasional Penguasaan keterampilan dasar (calistung= membaca, menulis, berhitung) Di jenjang Sekolah Menengah (secondary): Mempelajari pengembangan dari keterampilan-keterampilan dasar keterampilan-keterampilan yang lebih terspesialisasi, termasuk juga nilai-nilai dan norma kultural.
2. Inovasi Budaya: Sistem pendidikan melestarikan dan mentransmisikan nilai-nilai budaya (reproduksi) Fakultas atau sekolah-sekolah di perguruan tinggi, mengajarkan ilmu pengetahuan dan sekaligus mengembangkannya (melalui penelitian-penelitian) untuk memperbaiki kualitas hidup manusia. Misalnya kedokteran: melalui riset-risetnya membantu meningkatkan harapan hidup manusia; Penelitian-penelitian yang dilakukan sosiolog maupun psikolog membantu memahami bagaimana menjalani kehidupan dengan lebih baik dan dapat berumur panjang
3. Integrasi Sosial 4. Penempatan Sosial Menyatukan perbedaan & melestarikan kehidupan bersama Sekolah merangkul warga masyarakat yang berbeda latar sosial, budaya, ekonomi, agama, dll. ke dalam suatu komunitas yang memiliki norma-norma dan nilai-nilai yang dapat dipahami bersama. 4. Penempatan Sosial Sekolah mengidentifikasi bakat dan memberikan instruksi sesuai dengan kemampuan murid-muridnya. Sekolah juga mendukung meritokrasi, dengan cara memberi penghargaan kepada para murid yang memiliki bakat dan mau bekerja keras, tak peduli mereka berasal dari latar belakang sosial apapun, dan menyediakan suatu jalan untuk menaiki tangga mobilitas sosial ke atas.
Fungsi Latent Fungsi latent (tidak tertulis, terkadang menjadi akibat dari berjalannya fungsi manifest yang tidak diharapkan): Lemahnya pengendalian orangtua kepada anak-anaknya yang masuk ke lembaga pendidikan (sekolah) Dengan masuk sekolahmasa remaja semakin panjang dan masa dewasa tertunda ketergantungan ekonomi pada orangtua semakin panjang, terlambat masuk dunia kerja Sekolah menjadi arena menyemaikan bibit-bibit pembangkangan atau pendobrakan nilai-nilai yang telah mapan/konservatif/dogmatis
Fungsi latent (lanjutan) Sekolah mempertahankan sistem stratifikasi/pembagian kelas Sarana untuk menerapkan hidden curriculum (kurikulum tersembunyi)pola/cara sosialisasi & pembelajaran yang tidak terstruktur & tidak direncanakan tetapi terjadi di sekolah, berfungsi untuk: Sosialisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai-nilai atau norma tertentu, tujuan-tujuan kelompok, dll.
LEVEL KAJIAN DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN Makro: mempelajari hubungan antara lembaga/institusi pendidikan dengan lembaga/institusi sosial lainnya: Pendidikan dan keluarga/kelompok/komunitas: pendidikan sebagai sarana pengalihan norma &nilai-nilai kultural, pengajaran peran dan keterampilan dari kelompok/keluarga kepada individu Pendidikan dan ekonomi: pendidikan adalah agen pencetak tenaga kerjauntuk kepentingan pemilik modal; Pendidikan dan politik: pendidikan melanggengkan ideologi politik pendidikan yang tersentralisasi lebih mudah dijadikan sebagai sarana untuk mengontrol masyarakat.
Meso: menggunakan prinsip atau konsep-konsep sosiologi untuk memahami persoalan yang terjadi di dalam organisasi/sistem pendidikan atau persekolahan: Sekolah sebagai agen birokrasi/kelompok dominan (penguasa) strukturalstruktur yang terbentuk merupakan relasi kekuasaan di antara para aktor di sekolah dan di luar sekolah (suprastruktur) Partisipasi masyarakat di dalam pendidikan desentralisasi
Mikro: mempelajari interaksi sosial yang berlangsung di dalam keseharian di sekolah: Interaksi di antara kepala sekolah-guru-murid dalam memproduksi/mereproduksi dan mengkonstruksikan iklim belajar/budaya sekolah Labeling (pemberian label): oleh guru kepada siswa berdasarkan ekspektasi/harapan guru terhadap siswa. Relasi dan pola pertemanan di antara murid-murid: untuk meningkatkan prestasi belajar, atau untuk melawan aturan/nilai-nilai yang menekan ‘kebebasan’ murid.
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/