Persiapan preanestesi Dr. Emilzon Taslim, Sp.An
Persiapan praanastesia Langkah lanjut dari hasil evaluasi pra operatif khususnya anestesia dan reanimasi untuk mempersiapkan pasien, baik psikis maupun fisik pasien agar pasien siap dan optimal untuk menjalani prosedur anestesia dan diagnostik atau pembedahan yang akan direncanakan
Persiapan praanestesia dan reanimasi Dapat dilakukan di: Poliklinik dan di rumah pasien (pada pasien rawat jalan) Ruang perawatan Ruang persiapan IBS(Instalasi Bedah Sentral) Kamar operasi
Dipoliklinik dan dirumah Psikis Berikan penjelasan perihal rencana anastesi dan pembedahan yang direncanakan sehingga pasien dan keluarganya bisa tenang Fisik Berikan informasi agar pasien : menghentikan kebiasaan merokok,minuman keras dan obat-obatan “tertentu” minimal 2 minggu sebelum anastesi atau minimal dimulai sejak evaluasi pertama kali dipoliklinik .
Melepaskan segala macam protesis(gigi palsu) dan asesoris Tidak menggunakan cat kuku atau cat bibir Puasa dengan aturan sebagai berikut: Usia Makanan padat ,susu formula/ASI Cairan jernih tanpa partikel <6 bulan 4 jam 2 jam 6-36 bulan 6 jam 3 jam >36 bulan 8 jam
3. Diharuskan agar salah satu keluarga/orang tuanya/teman dekatnya untuk menunggu selama mengikuti rangkaian prosedur pembedahan untuk menjaga kemungkinan penyulit yang tidak diinginkan. 4. Membuat surat persetujuan tindakan medik dan ada saksi. Jika pasien dewasa bisa menandatangani sendiri lembar formulir. Pada pasien bayi,anak, orang tua, pasien tidak sadar yang menandatangani bisa salah satu keluarganya yang menanggung
5. Mengganti pakaian yang dipakai dari rumah dengan pakaian khusus kamar operasi.
Persiapan di ruang perawatan Psikis Berikan penjelasan perihal rencana anastesi dan pembedahan yang direncanakan sehingga pasien dan keluarganya bisa tenang Berikan obat sedatif pada pasien yang stres berlebihan /tidak kooperatif(pasien pediatrik) Oral, pada malam hari menjelang tidur dan pada pagi hari , 60-90 menit sebelum ke IBS Rektal (khusus pasien pediatrik) pada pagi hari sebelum ke IBS
Fisik pasien dimandikan pagi hari menjelang kekamar bedah, pakaian diganti dengan pakaian kusus kamar bedah. dilakukan koreksi terhadap kelainan sistemik yang dijumpai saat evaluasi prabedah, seperti: transfusi, dialisis, fisioterapi sesuai dengan prosedur tetap tatalaksana masing-masing penyakit yang diderita pasien. menghentikan kebiasaan merokok,minuman keras dan obat-obatan “tertentu” minimal 2 minggu sebelum anastesi atau minimal dimulai sejak evaluasi pertama kali dipoliklinik Melepaskan segala macam protesis(gigi palsu) dan asesoris Tidak menggunakan cat kuku atau cat bibir Puasa Membuat surat persetujuan tindakan medik dan ada saksi
Persiapan diruang persiapan Instalasi Bedah Sentral(IBS) Pasien diterima oleh petugas khusus kamar persiapan Evaluasi ulang status pasien dan catatan medik pasien serta perlengkapan lainnya Konsultasi ditempat apabila diperlukan Ganti pakaian khusus kamar operasi Memberi premedikasi Memasang infus
Premedikasi adalah tindakan pemberian obat-obatan pendahuluan dalam rangka pelaksanaan anastesia, dengan tujuan: Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien ( hilangkan rasa cemas, memberi ketenangan, membuat amnesia,bebas nyeri,cegah mual muntah) Memudahkan dan memperlancar induksi Mengurangi dosis obat anestesia Menekan reflek yang tidak diinginkan Menekan dan mengurangi sekresi kelenjar
Obat-obatanyang dapat digunakan untuk premedikasi: Jenis obat Dosis dewasa Sedatif diazepam midazolam difenhidramin promethazin 5-10 mg 0,1-0,2 mg/kgbb 1 mg/kgbb Analgetik opiat petidin fentanil morfin Analgetik non opiat 1-2 mg/kgbb 1-2 µg/kgbb disesuaikan Antikholinergik sulfas atropin 0,1 mg/kgbb Jenis obat Dosis dewasa Antiemetik ondansentron metoklopramid 4-8 mg(iv) 10 mg (iv) Profilaksis aspirasi ranitidin cimetidin antasid Dosis disesuaikan
Pemberian premedikasi: im: diberikan 30-45 menit sebelum induksi anastesi iv: diberikan 5-10 menit sebelum induksi anastesi Komposisi, dosis obat cara pemberiannya ditentukan Dokter Spesialis Anastesiologi yang disesuaikan dengan masalah yang dijumpai pada pasien.
Pemasangan infus Tujuan: Mengganti defisit cairan selama puasa Koreksi defisit cairan (puasa prabedah, selama operasi) Memasukkan obat-obatan selama operasi Fasilitas transfusi darah
Jenis –jenis cairan infus Neonatus: dekstrose 5% dalam NaCl 0,225 <12 th: dekstrose 5% dalam NaCl 0,45% >12 th: RL atau dekstrose 5% dalam RL DM: maltose 5% dalam RL
Tatalaksana koreksi cairan praanastesia Tentukan defisit cairan sesuai dengan lamanya puasa Koreksi pada jam I diberikan 50% dari defisit yang terhitung, ditambah kebutuhan cairan perjam saat itu Koreksi pada jam ke II diberikan 25% dari defisit yang terhitung ditambah kebutuhan cairan perjam pada saat itu dan adanya sekuesterisasi cairan luka operasi(apabila operasi sudah berlangsung). Koreksi pada jam ke III diberikan 25% dari defisit yang terhitung ditambah kebutuhan cairan perjam pada saat itu dan adanya sekuesterisasi cairan luka operasi serta perdarahan selama operasi. Dan seterusnya, koreksi disesuaikan dengan kebutuhan cairan perjam dan koreksi yang lain.
Persiapan dikamar operasi Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan Mesin anastesi dengan sistem aliran gasnya Alat-alat resusitai, antara lain: alat bantu nafas, laringoskop,pipa jalan nafas, alat isap, defibrilator dan lain-lain. Obat-obat anastesi yang diperlukan Obat-obat resusitasi (adrenalin, atropin, aminofilin, natrium bikarbonat) Tiang infus, plester dan lain-lainnya Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh dan EKG dipasang, pulse oxymeter. Kartu catatan medik anestesia Selimut penghangat khusus untuk bayi dan orang tua
Monitoring selama dan pasca operasi
Monitoring Intra operatif Tujuan: untuk meningkatkan kualitas penatalaksanaan pasien. Pada keadaan gawat darurat, bantuan kehidupan lebih diutamakan
Standar Pemantauan Dasar Intra Operatif Standar I Tenaga anestesia yang berkualitas harus berada didalam kamar bedah selama pemberian anastesia/analgesia utuk memantau pasien dan memberikan antisipasi segera terhadap perubahan abnormal yang terjadi.
Standar II Selama pemberian anestesia/analgesia, jalan napas, oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi pasien harus dievaluasi secara teratur dan sering bahkan pada kasus-kasus tertentu dilakukan secara kontinyu
Jalan nafas Tujuan: untuk mempertahankan keutuhan jalan napas Cara: jalan nafas selama anastesi baik dengan teknik sungkup maupun intubasi trakea dipantau secara ketat dan kontinyu.
Pada pola napas spontan, pemantauan dilakukan melalui gejala/tanda berikut: terdengar suara nafas patologis, gerakan kantong reservoir terhenti/menurun, tampak gerakan dada paradoksal. Pada nafas kendali: tekanan inflasi terasa berat, tekanan positif inspirasi meningkat, dan lai-lain
Oksigenasi Tujuan : untuk memastikan kadar zat asam didalam udara / gas inspirasi dan didalam darah. Hal ini dilakukan terutama pada anestesia inhalasi. Caranya: Memeriksa kadar oksigenasi gas inspirasi, dilakukan dengan mempergunakan alat “pulse oxymeter” yang mempunyai alarm batas minimum dan maksimum
Oksigenasi darah, diperiksa secara klinis dengan melihat warna darah luka operasi dan permukaan mukosa, secar kualitatif dengan alat oksimeter dan pemeriksaan gas darah
Vetilasi Tujuan: untuk memantau keadekuatan ventilasi Caranya: Diagnostik fisik, dilakukan secara kualitatif dengan mengawasi gerak naik turunnya dada, gerak kembang kempisnya kantong reservoar atau auskultasi suara nafas.
Memantau “end tidal CO2” terutama pada operasi lama (kraniotomi) Sistem alarm, jika ventilasi dilakukan dengan alat bantu nefas mekanik, dianjurkan dilengkapi alat pengaman(sistem alarm) yang mampu mengeluarkan sinyal/tanda yang terdengar jika nilai ambang tekanan dilampaui Analisis gas darah, untuk meilai tekanan parsial CO2. Pemantauan ini dilakukan terutama pada kasus-kasus bedah saraf, bedah torak-kardiovaskular dan kasus-kasus/pasien lain yang beresiko tinggi.
Sirkulasi Tujuan: untuk memastikan fungsi sirkulasi pasien adekuat Caranya: Menghitung denyut nadi secara teratur dan sering dengan stetoskop prekordial(pada bayi dan anak) atau secara manual pada orang dewasa
Mengukur tekanan darah secara non invasif mempergunakan tensimeter air raksa, diukur secara teratur dan sering Mengukur tekanan darah secara invasif, EKG dan disertai dengan oximeter denyut. Pemantauan ini dilakukan pada pasien resiko tinggi anestesia atau bedah ekstensif dan dilakukan secara kontinyu selama tindakan berlangsung Produksi urin, ditampung dan diukur volumenya setiap jam terutama pada operasi besar dan lama Mengukur tekanan vena sental dengan kanulasi vena sentral untuk menilai airan darah balik kejantung, hal ini dikerjakan pada kasus resiko tinggi.
Suhu tubuh Tujuan: untuk mempertahankan suhu tubuh Caranya: apabila dicurigai atau diperkirakan akan atau ada, maka suhu tubuh harus diukur secara kontinyu pada daerahsentral tubuh melalu esofagus atau rektum dengan termometer khusus yang dihibungkan dengan alat pantau yang mampu menayangkan secara kontinyu.
Pasca operasi Pasca anestesia merupakan periode kritis, yang segera dimulai setelah pembedahan dan anestesia diakhiri sampai pasien pulih dari pengaruh anestesia
Resiko pasca anestesia berdasarkan masalah yang akan dihadapi ,pasien pasca anestesia dikelompokkan menjadi 3, yaitu: Kelompok I Pasien yang mempunyai resiko tinggi gagal nafas dan goncangan kardiovaskular pasca anestesia/bedah, sehingga perlu nafas kendali pasca anestesia/bedah. Pasien ini langsung dirawat di Unit Terapi Intensif pasca anestesia/bedah tanpa menunggu pemulihan diruang pulih
Kelompok II Kelompok III Sebagian besar pasien pasca anestesia/bedah termasuk kelompok ini. Tujuan perawatan pasca anestesia/bedah adalah menjamin agar pasien secepatnya mampu menjaga keadekuatan respirasinya Kelompok III Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat jalan. Pasien pada kelompok ini bukan hanya fungsi respirasinya adekuat tetapi harus bebas dari rasa ngantuk, ataksia, nyeri dan kelemahan otot, sehingga pasien bisa kembali pulang.
Pemindahan pasien dari kamar operasi Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh anestesia, posisi kepala diatur sedemikian rupa agar kelapangan jalan nafas tetap adekuat sehingga ventilasi terjamin Pasien yang belum bernafas spontan ,diberikan nafas buatan gerakan pada saat memindahkan pasien dapat menimbulkan atau menambah rasa nyeri akibat tindakan pembedahan dan bisa terjadi dislokasi sendi
Pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau hipotensi Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi penderita dibuat sedemikian rupa agar aliran darah dari tungkai keproksimal lancar Pastikan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter urin tetap berfungsi dengan baik atau tidak lepas
Serah terima pasien diruang pulih Hal-hal yang perlu disampaikan : Hal-hal yang perlu mendapat pengawasan khusus sesuai dengan permasalahan yang terjadi selama anestesi/operasi Apakah perlu mendapatkan penanganan khusus diruang terapi intensif Penyulit selama anestesia/pembedahan, pengobatan dan reaksi alergi yang mungkin terjadi Tindakan pembedahan yang dikerjakan , penyulitsaat pembedahan, jumlah perdarahan Posisi pasien ditempat tidur
Ruang pulih Ruangan khusus pasca anestesi/bedah yang berada dikompleks kamar operasi yang dilengkapi dengan tempat tidur khusus, alat pantau, alat/resusitasi dan gawat darurat serta disupervisi oleh Dokter Spesialis Anestesiologi dan Spesialis Bedah
Syarat-syarat ruang pulih: Berada dalam kompleks kamar operasi/ satu atap dengan kamar operasi dan satu koridor Ruangan cukup memadai untuk 4-6 tempat tidur Jarak tempuh dari masing-masing kamar operasi keruang pulih kurang lebih lima menit Dilengkapi tempat tidur khusus, penerangan yang cukup dan tempat cuci Dilengkapi dengan alat pantau, alat dan obat resusitasi Personilnya terampil dalam bidang resusitasi, dengan jumlah minimal satu orang untuk dua tempat tidur
Tujuan perawatan pasca anestesia/bedah diruang pulih: Memantau secara kontinyu dan mengobati secara cepat dan tepat masalah respirasi dan sirkulasi Mempertahankan kestabilan sistem respirasi dan sirkulasi Memantau perdarahan luka operasi Mengatasi/mengobati masalah nyeri pasca bedah
Pemantauan dan penanggulan kedaruratan medik Kesadaran Respirasi Sirkulasi Fungsi ginjal dan saluran kencing Fungsi saluran cerna Aktivitas motorik Suhu tubuh Masalah nyeri Posisi Pemantauan pasca anestesia dan kriteria pengeluaran
Kesadaran Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah pemanjangan pemulihan kesadaran, diusahakan memantau tanda vital yang lain dan mempertahankan fungsinya agar tetap adekuat Pasien yang belum sadar tidak merasakan adanya tekanan , jepitan rangsangan pada anggota gerak , mata atau pada kulitnya sehingga mudah mengalami cedera, oleh karena itu posisi pasien diatur sedemikian rupa , mata ditutup dengan plester atau kasa yang basah sehingga terhindar dari cedera sekunder
Penyebab gaduh gelisah pasca bedah: Pemakaian ketamin sebagai obat anestesia Nyeri hebat Hipoksia Buli-buli yang penuh Stress yang berlebihan pasca bedah Pasien anak-anak Penanggulangannya, disesuaikan dengan penyebabnya.
Respirasi Parameter respirasi yang harus dinilai pasca anestesia, adalah: parameter Normal Suara nafas paru Sama pada kedua paru Frekuensi nafas 10-35 x/menit Irama nafas Teratur Volume tidal Minimal 4-5 ml/kgbb Kapasitas vital 20-40 ml/kgbb Inspirasi paksa -40 cmH2O PaO2 pada FiO2 30 % 100 mmHg PaCO2 30-34 mmHg
Sumbatan jalan nafas pada pasien tidak sadar: akibat jatuhnya lidah ke hipofaring, timbunan air liur atau sekret, bekuan darah, gigi yang lepas, isi lambung akibat muntahan atau regurgitasi
Sumbatan bisa terjadi pada daerah: Supra laring: lidah jatuh ke hipofaring, air liur. Bekuan darah dan isi lambung akibat muntah atau regurgitasi Laring: benda asing, spasme, edema dan kelumpuhan pita suara Infra laring: trakeo-malasea, aspirasi benda asing dan spasme bronkus
Penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya: Atau kalau diperlukan bronkoskopi atau trakeostomi Tanpa alat Dengan alat Tiga langkah jalan nafas Pipa oro/nasofaring Posisi miring stabil Pipa orotrakea Sapuan pada rongga mulut Alat isap
Efek sisa pelumpuh otot Depresi nafas Depresi sentral Depresi perifer Efek sisa opiat Hipokapnea Hipotermia hipoperfusi Efek sisa pelumpuh otot Nyeri Distensi abdomen Rigiditas otot Usaha penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya
Sirkulasi Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan Denyut jantung Tekanan darah Normal: 55-120 x/menit, dengan irama teratur Takikardia pasca bedah:hipoksia,obat simpatomimetik, demam , nyeri Bradikardi: blok subarakhnoid, hipoksia(pada bayi), refleks vagal Disaritmia diketahui dari EKG: hipoksia Normal : 90/50-160/100 Hipertensi pasca bedah: nyeri,hipoksia,hiperkarbia, vasopresor, kelebihan cairan, hipertensi yang diderita pra bedah Hipotensi/syokpasca bedah: perdarahan, defisit cairan, depresi otot jantung,dilatasi pembuluh darah yang berlebihan
Penanggulangan disarimia dengan memperbaiki ventilasi dan oksigenasi, jika sangat menggangu dapat diberikan obat anti disritmia seperti lidokain
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam sirkulasi: Perdarahan dari luka operasi, jika ada perembesan darah dari luka operasi atau bertambahnya jumlah darah dalam botol penampung drainase luka operasi,perlu dipertimbangkan untuk tindakan eksplorasi kembali Bendungan disebelah distal dari tempat bebat luka operasi bisa menimbulkan udema dan nyeri didaerah tersebut, maka bebat dilonggarkan
Fungsi ginjal dan saluran kencing Produksi urin yang normal: mencapai >0,5 cc/kgbb Terutama pada pasien yang dicurigai resiko tinggi gagal ginjal akut pasca bedah/anestesia Bila terjadi oliguri atau anuri, segera cari penyebabnya, apakah pre renal, renal atau salurannya Penanggulangannya tergantung penyebabnya
Fungsi saluran cerna Kemungkinan terjadi regurgitasi atau muntah pada periode anestesia/bedah (terutama pada kasus bedah akut,pasien yang dirawat secara intensif) karena pasien akan mengalami gagal nafas akut
Aktivitas motorik Pada penggunaan obat pelumpuh otot, berhubungan erat dengan fungsi respirasi. Karena ditakutkan efek sisa pelumpuh otot menimbulkan hipoventilasi Petunjuk sederhana untuk menilai pemulihan otot yaitu dari kemampuan pasien membuka mata atau kemampuan menggerakkan anggota gerak terutama pada pasien menjelang sadar.
Suhu tubuh Hipotermi, terutama pada pasien bayi/anak dan usia tua Penyebab hipotermi dikamar operasi: suhu kamar operasi yang dingin, penggunaan disinfektan, cairan infus dan transfusi darah, cairan pencuci rongga-rongga pada daerha operasi, kondisi pasien, penggunaan halotan sebagai obat anestesia
Usaha penanggulangan hipotermi: Bayi, segera masukkan dalam inkubator Pasang selimut penghangat Lakukan penyinaran dengan lampu
Hipertermi Hal yang bisa menimbulkan hipertermi: septikemia(infeksi prabedah), penggunaan obat-obatan(atropin, suksinil kholin,halotan Usaha penanggulangannya: dinginkan secara konduksi dengan es,infus dengan cairan infus dingin, oksigenasi kuat, antibiotik(bila diduga sepsis), rawat di Unit Terapi Intensif bila dianggap perlu.
Masalah nyeri Intensitas nyeri dinilai dengan“visual analog scale” (VAS) dengan rentang nilai dari 1-10 yang dibagi menjadi: Nyeri ringan ada pada skala 1-3 Nyeri sedang ada pada skala 4-7 Nyeri berat ada pada skala 8-10
Penanggulan nyeri pasca bedah mempergunakan konsep analgesia preemptif, melalui pendekatan trimodal dengan analgesia balans, yaitu: Menekan pada proses transduksi didaerah cederam dengan analgesia lokal/ analgetik non steroid/ anti prostaglandin, misalnya asam mefenamat, ketoprofen dan ketorolak. Menekan pada proses transmisi dengan analgesia regional, misalnya blok interkostal dan blok epidural Menekan pada proses modulasi dengan preparat narkotik secara sistemik , intermiten/tetes kontinyu atau secara regional melalui kateter epidural
Posisi Posisi pasien penting untuk mencegah kemungkinan : Sumbatan jalan nafas,pada pasien belum sadar Tertindihnya satu bagian anggota tubuh Terjadi dislokasi sendi-sendi anggota gerak Hipotensi, pada pasien dengan analgesia regional Gangguan kelancaran aliran infus Posisi pasien diatur sedemikian rupa: Posisi miring stabil pda pasien operasi tonsil Ekstensi kepalapada pasien yang belum sadar Posisi telentang dengan elevasi kedua tungkai dan bahu(kepala) pada pasien blok spinal dan bedah otak Posisi elevasi tungkai saja pada pasien syok
Pemantauan pasca anestesia dan kriteria pengeluaran Mempergunakan Skor Aldrete Pasca Anestesia di Ruang Pulih Obyek Kriteria Nilai Aktivitas Mampu menggerakkan ke 4 ekstremitas Mempu menggerkkan ke 2 ekstremitas Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 2 1 Respirasi Mampu nafas dalam dan batuk Sesak atau pernapasan terbatas Henti nafas Tekanan darah Berubah sampai 20% dari pra bedah Berubah sampai 20-50% Berubah >50% dari pra bedah Obyek Kriteria Nilai kesadaran Sadara baik dan orientasi baik Sadar setelah dipanggil Tak ada tanggapan terhadap rangsangan 2 1 Warna kulit Kemerahan Pucat agak suram sianosis Penilaian dilakukan pada: saat masuk, setiap 5 menit sampai tercapai nilai total 10. Nilai untuk pengiriman pasien adalah 10
Yang perlu kita perhatikan sebelum mengirim pasien keruangan: Observasi minimal 30 menit setelah pemberian narkotik atau obat penewarnya(nalokson) secara intravena Obaservasi minimla 60 menit setelah pemberian antibiotik, anti emetik atau narkotik secara intramuskular Observasi minimal 30 menit setelah oksigen dihentikan Observasi 60 menit setelah ekstubasi Tindakan lain akan ditentukan kemudian oleh Dokter Spesialis Anestesiologi dan Dokter Spesialis Bedah.