Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Kerajaan Kutai 4/9/2017
Perbedaan Hindu-Budha 4/9/2017
India-Indonesia-China Pola Perdagangan Geografis India-Indonesia-China Jalur perdagangan 4/9/2017
Jalur Perdagangan Dunia 4/9/2017
Wilayah Kutai 4/9/2017
Ditinjau dari sejarah Indonesia kuno, Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya 7 buah prasasti yang ditulis diatas yupa (tugu batu) yang ditulis dalam bahasa Sansekerta dengan menggunakan huruf Pallawa. Berdasarkan paleografinya (Yunani παλαιός palaiós, "kuno" dan γράφειν graphein, "menulis") adalah ilmu yang meneliti perkembangan bentuk tulisan atau tulisan kuno, tulisan tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi. 4/9/2017
Prasati Yupa 4/9/2017
Dari prasasti tersebut dapat diketahui adanya sebuah kerajaan dibawah kepemimpinan Sang Raja Mulawarman, putera dari Raja Aswawarman, cucu dari Maharaja Kudungga. Kerajaan yang diperintah oleh Mulawarman ini bernama Kerajaan Kutai Martadipura, dan berlokasi di seberang kota Muara Kaman. 4/9/2017
Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik masyarakat Kutai mulai menggalami perubahan terlebih setelah kemunculan dan berkembangnya pengaruh Hindu (India). Pemerintahan Kepala Suku Pemerintahan Kerajaan 4/9/2017
Kehidupan Sosial Perubahan pola kerajaan dari pola suku. Menjadi pola kerajaan yang relatif teratur. Masyarakat Indonesia berkembang dan menerima unsur-unsur yang datang dari luar (india). 4/9/2017
Kehidupan Budaya Yupa Budaya Megalithikum Vaprakecvara Lapangan luas tempat pemujaan (Agama Siwa). Peranan Kaum Brahmana (Agama Siwa) dalam upacara pengorbanan. Upacara pelepasan kuda Perluasan wilayah (raja Aswawarman). 4/9/2017
Kehidupan Ekonomi Aktivitas pelayaran dan perdagangan antara Timur dan Barat (China-India-Romawi). Letak kutai yang berada di daerah pedalaman membuat daerah Kutai berkembang (perdagangan). 4/9/2017
Peninggalan budaya 4/9/2017
Ketopong Sultan Kutai Kartanegara Ketopong atau Mahkota Sultan Kutai Kartanegara terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu-batu permata. Bentuk mahkota brunjungan dan bagian muka berbentuk meru bertingkat, dihiasi dengan motif ikal atau spiral yang dikombinasikan dengan motif sulur. Hiasan belakang berupa garuda mungkur berhiaskan ukiran motif bunga, kijang dan burung. Ketopong dari emas ini telah mulai digunakan semenjak Sultan Aji Muhammad Sulaiman bertahta ( 1845 - 1899 ). Diperkirakan mahkota ini dibuat pada pertengahan abad ke-19 oleh pandai emas dari kerajaan Kutai sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Carl Bock dalam bukunya The Head-Hunters of Borneo (1881) bahwa Sultan Sulaiman memiliki 6 hingga 8 pandai emas yang dipekerjakan khusus untuk membuat barang-barang emas dan perak bagi Sultan. 4/9/2017