PEREMPUAN DALAM KITAB SUCI: SUATU REFLEKSI
PENGANTAR Perlunya diadakan sosialisasi jender Apa yang terjadi, permasalahan-permasalahan yang muncul Bagaimana Kitab Suci berbicara Refleksi kita Apa yang dapat dilakukan oleh Gereja?
I. Latar Belakang dan Pemetaan Situasi Perempuan tidak sama dengan laki-laki Salah kaprah perbedaan fungsi bilogis dan jender=peran sosial yang diberikan masyarakat. Perbedaan fungsi seksual: - Jelas berbeda dan bersifat biologis dan kodrati. Kita hanya bisa menerima. Perempuan memiliki vagina, sel telur, payu dara, yang tidak dimiliki laki-laki.
Maka, hanya wanita yang mungkin bisa mengandung dan melahirkan. Laki-laki mempunyai testes, penis dan sperma, yang kesemuanya juga tidak dimiliki perempuan. Tanpa campur tangan laki-laki, perempuan tak mungkin mengandung. Perbedaan tak bisa dipungkiri sebab sudah merupakan pemberian abadi sang Pencipta. perbedaan untuk saling melengkapi satu sama lain
Pembagian peran dalam masyarakat Pada masyarakat nomaden, Kebutuhan manusia terbatas pada mencari nafkah dan melahirkan/membesarkan anak Tugas dalam rumah dan sekitarnya, urusan perempuan, nafkah dan urusan luar= suami/ laki-laki Pengakuan kepada martabat masing-masing sekaligus perlindungan bagi perempuan.
Pergeseran fungsi dan Peran Berdasarkan fungsi itu laki-laki lebih sering berada di luar rumah, “hubungan ke luar” hanya diketahui oleh laki-laki Segala sesuatu yang berbau “publik” ditentukan oleh laki-laki. Suatu tatanan masyarakat yang bersifat hirarkis. Kedudukan laki-laki diuntungkan Akses perempuan diputus untuk hidup publik sehingga mereka terbatas pada urusan melahirkan dan memelihara anak serta urusan rumah tangga yang lain.
Terjadilah ketimpangan jender di mana perempuan dipandang lebih rendah dan bahkan tergantung dari laki-laki Pembedaan lepas dari fungsi seksual biologis melainkan hanya berdasar pada peran sosial dalam masyarakat, namun diwariskan begitu saja turun-temurun tanpa banyak diskusi diterima turun –temurun Bahkan ada yang mencari pendasarannya pada Kitab Suci.
II. Perempuan dalam Kitab Suci a. Pandangan yang negatif Beberapa teks Alkitab telah menempatkan perempuan sebagai lebih rendah dari laki-laki. Seperti itu sulit diterangkan bahwa Allah adalah juga pemberi hidup dan pembebas perempuan. Kej 19:1-29, Hak 21, 1Kor 14:34-40, 1Tim 2:8-15, Teks PL=Perempuan dianggap sama saja dengan barang, yang dapat diberikan kepada orang begitu saja sebagai barang dagangan, pembayar atau korban pemuas nafsu.
Kutipan-kutipan tersebut telah menempatkan perempuan di bawah martabat laki-laki. Bahkan ketika Alkitab berbicara tentang keunggulan perempuan, perspektifnya adalah laki-laki, Ams 31:10-31 Perempuan adalah kaum lemah yang berada di bawah kuasa dan karena itu harus dilindungi oleh laki-laki!
b. Pandangan yang lebih Netral perikop-perikop yang mengisahkan pribadi-pribadi unggul perempuan, yang bahkan terkadang melebihi prestasi laki-laki. perempuan tidaklah harus selalu ditempatkan di bawah laki-laki Rahab Debora Rut * Galatia 3: 8 Kemerdekaan manusia dalam Kristus. “ Dalam hal ini tidak ada orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus”.
c. Perempuan dalam pewartaan Yesus Yesus sangat hormat kepada perempuan sebagaimana Ia amat hormat kepada setiap hidup manusia. perempuan, yang secara eksplisit Yesus sebut sebagai “keturunan Abraham” juga (bdk Lk. 13:16) Beberapa teks: Yoh 4:1-42 “Percakapan dengan wanita Samaria” Yoh 8: 1-11 “perempuan yang kedapatan berzinah”
Luk 13: 15-16 “Hai orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?”
“Perempuan itu adalah keturunan Abraham” perempuan diakui Yesus sebagai berhak mendapat segala sesuatu yang pantas bagi keturunan Abraham, laki-laki dan perempuan, perlakuan yang sama, punya kedudukan dan martabat yang sama. Kasus Perceraian: Mat 19: 4? Apakah seseorang boleh enceraikan isterinya, Yesus menjawab: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?” perempuan setara dan semartabat dengan laki-laki Kisah Penciptaan versi para Imam
Membaca Alkitab dari perspektif perempuan Pemahaman bias jender yang didominasi kaum laki-laki itu mewarnai penulisan dan penafsiran Kitab Suci Kisah Penciptaan: Versi para Imam, yakni Kej 1:1-2:4a Versi Jahwis, yang diyakini para ahli sebagai teks yang lebih tua, yakni Kej 2:4b-25 Alkitab dibaca secara baru dengan membuang prasangka yang merendahkan perempuan.
Tiga Langkah Membaca Secara Baru merenungkan dan membuat diri makin biasa bergaul dengan perikop-perikop Alkitab yang mengakui kesamaan martabat perempuan dan laki-laki. biasakanlah membaca, merenungkan dan dengan demikian menjadi akrab dengan cerita-cerita sekitar keunggulan perempuan-perempuan sepanjang perjalanan umat Allah
c.mencari secara cermat sitz im leben teks-teks yang nyata-nyata menyudutkan perempuan sehingga kita dapat mengerti mengapa ungkapan-ungkapan ekstrim seperti itu bisa terdapat dalam Alkitab.
IV. Refleksi Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu” (Mk 3:31-35). keanggotaan kita dalam Kerajaan Allah, dalam Gereja sebagai Keluarga Allah, ditentukan oleh karena “melakukan kehendak Allah” membaca seluruh Alkitab dalam semangat pengakuan martabat perempuan sebagai sama dengan laki-laki.
Allah sendiri telah menggambarkan diri-Nya bagaikan seorang perempuan yang tak mungkin melupakan bayinya (Yes 49:15). Karena itulah kita berseru: “Allah yang maharahim!” Aspek feminin tak mungkin dilepaskan dari Allah.
V. Apa yang Bisa Diperbuat oleh Gereja Gereja mempromosikan tanpa henti tentang perjuangan kesetaraan gender secara benar Perubahan dapat dimulai dari tingkat yang paling kecil “Keluarga” nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam kuperper, rekoleksi keluarga menyangkut bukan hanya relasi suami isteri tetapi pendidikan anak, pola relasi anatar anak dan anak dengan orang tua (contoh) Melalui kelompok2 kategorial, kelompok basis yang hampir di semua daerah ada Kalau yang dimaksud gender adalah pemahaman kesetaraan dan hakekat manusia sebagai ciptaan Tuhan maka sosialisasi gender harus diberikan kepada semua tanpa kecuali, termasuk kaum berjubah