Triarko Nurlambang Departemen Geografi FMIPA UI Maret 2006.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Presenter: Lana Winayanti
Advertisements

Perkumpulan Sawit Watch Desember 2013
IndII dan Infrastruktur Transportasi Kota
IndII dan Infrastruktur Transportasi Kota
MODA OF TRANSPORTASI YENI WIPARTINI SE MT.
& Payback Period Benefit Cost Ratio Ismu Kusumanto.
Menuju Pembiayaan Sektor Pertanian yang Berkelanjutan Dr. Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur Seminar Nasional Feed The World : Munuju Swasembada yang Kompetitif.
BAB IV RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN (Risk & Return)
Bubbe diagram.DOC Pertemuan
ANALISIS BIAYA MANFAAT PROYEK INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Iwan Kustiwan KK-PPK SAPPK ITB
Operations Management
Operations Management
FORUM SKPD Dinas Pendidikan 2015.
KEMISKINAN, KEBIJAKAN PUBLIK dan KONFLIK
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI TKW 303
PUBLIC EXPENDITURE MANAGEMENT
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Akuntansi manajemen Analisis Titik Impas Ajang Mulyadi.
OPSI-OPSI STRATEGI.
FGD Perumusan Rencana Pembangunan dan Peningkatan Bidang Transportasi
INDONESIA INFRASTRUCTURE INITIATIVE IndII T Integrated Urban Road Safety Program (IURSP) Workshop 2 - Harris Hotel, Denpasar January, 2015.
Jayapura, 13 Agustus SEJAHTERA DEMOKRATIS BERKEADILAN Memperkuat triple tracks strategy serta pembangunan inklusif dan berkeadilan Memantapkan.
Information Systems, Organizations, and Strategy
KOTA SEHAT BERAWAL DARI LINGKUNGAN YANG SEHAT
PENGUATAN DIMENSI SOSIAL- KEMANUSIAAN DALAM ARN Disampaikan dalam Rapat Penyusunan ARN Disampaikan dalam Rapat Penyusunan ARN
DEFINISI & KARAKTERISTIK PRASARANA KOTA
Oleh : Saripudin,MT.  After studying this chapter, you will be able to:  Recognize the difficulties in managing information resources.  Understand.
PERSIAPAN PENDANAAN RKP TAHUN 2013
PENGENALAN TRAFFIC MANAGENET Pertemuan 12
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERTEMUAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN RKP 2013 Oleh: Menteri Negara PPN/Kepala.
Sistem Aman Pendukung Pengguna Jalan Rentan
Mode Split TS4435 Transportation Planning. The Conventional “Four Step” Modelling Process Hutchinson, 1973 Shall I travel somewhere? –The Trip Generation.
Pengukuhan Kawasan Hutan Sebagai Prioritas Nasional
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010
IndII T Integrated Urban Road Safety Program (IURSP)
ANALISIS DALAM GIS OVERLAY DISTRIBUSI JARINGAN BUFFER KECENDERUNGAN
KEBIJAKAN FISKAL.
Pendekatan Perencanaan Transportasi
EKONOMI SUMBERDAYA AIR Topik 1: Permasalahan SDA
GREEN BUILDING (Bangunan Ramah Lingkungan)
TATA GUNA LAHAN & Transportasi
STRUKTUR KOTA DAN SISTEM KOTA
PENDEKATAN PEMBANGUNAN PERIKANAN GREEN ECONOMY DAN BLUE ECONOMY
PROJECT PREPARATION REPORTS
DINAMIKA SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PESISIR (PERUBAHAN SOSIAL)
RASIONAL PERANAN P.T. DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN
EKONOMI PEMBANGUNAN.
SKOPE EKONOMI POLITIK DAN PEMBANGUNAN
Disusun Oleh : Fitria Diah Sari Intan Beauti Leoni Yopin Parlin
EKONOMI PEMBANGUNAN.
TRANSPORTASI MAKRO.
TRANSPORTASI PERKOTAAN
DASAR-DASAR REKAYASA TRANSPORTASI KIS_237
WAJAH TRANSPORTASI KOTA
PEMBANGUNAN AGROPOLITAN BERBASIS AGRIBISNIS PETERNAKAN: SUATU KONSEP
DASAR-DASAR REKAYASA TRANSPORTASI KIS_237
KONSEP PEMODELAN Untuk menyederhanakan suatu realita secara terukur
BLUE ECONOMY Bambang Semedi.
Transit Oriented Development (TOD)
Pengaturan Penggunaan Sepeda Motor di Jabodetabek
Dr. Erdi, M.Si. University Network for Government Innovation (UNfGI)
PPT 8.2: Urban Sprawl. Sprawl: the spreading outwards of a city to its outskirts. Urban Sprawl is poorly planned development that spreads a city’s population.
PERMASALAHAN PANGAN DUNIA DR.IR. Dewayany Sutrisno.
Konteks perancangan kota
INFRASTRUKTUR DAN RISIKO FISKAL
Sistem Pendukung Keputusan Roni Andarsyah, ST., M.Kom Lecture Series.
Extension in the context of rural development
Manajemen Lalulintas untuk Angkutan Umum
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Transcript presentasi:

Triarko Nurlambang Departemen Geografi FMIPA UI Maret 2006

National Transportation Infrastructures Transportation and Communication Infrastructures enable economic, population and information mobility. Problems arise when transportation corridors are undeveloped (e.g. Columbian oil fields controlled by rebels and drug dealers.) Economic growth in profoundly enabled by transportation. India is working on this. Africa is characterized by ‘Tap Routes’ which benefit foreign exploitation more than pan-African development

GreeneryMixingDistance to existingPublic transport Compactness Density open waterof functionurban areasavailabity Soil pollution # # # # # # Water pollution * # # # # # Air pollution # * * * * * Energy use # * * * * * Potential for use of # # # # # # Renewable sources Efficient use of space * # # # * * # perkiraan adanya hubungan langsung * Perkiraan adanya hubungan tidak langsung

1.Tempat transit yang pasti; diutamakan dengan mode transport kereta (di atas maupun di bawah permukaan). Jalan koridor dilayani subway sedangkan jalan kolektor dilayani oleh mode trnsportasi bis atau trams 2.Mixed-use, mixed-income neighborhoods 3.Bangunan yng berbeda umur, kondisi dan ukuran 4. Tempat tinggal dimana-mana khususnya di dekat pusat kota 5.Besar dan kecil taman kota (ruang publik) pada setiap persimpangan 6.Banyak masyarakat datang dan pergi ke kota (kota tidak saja sebagai tempat kumpul manusia tetapi juga dijadikan sebagai ‘inkubator ide’) 7.Pepohonan sepanjang jalan yang rimbun 8.Terkoneksi oleh kereta cepat dan ringan (Light rail/rapid train) 9.Ruang/tanah pertanian di dekat/pinggir kota 10.Toko yang didepannya ruang pejalan kaki bukan tempat parkir (antara toko dan jalan raya). Tempat parkir ada di bawah permukaan atau disampaing

Prinsip 1 Membangun untuk semua Prinsip 2 Skala Kegiatan untuk masyarakat Prinsip 3 Ciptakan hubungan yg luas Prinsip 4 Jalan memelihara/ mempunyai berbagai kebutuhan/ pemakaian Prinsip 5 Pejalan harus merasa nyaman; mudah menyeberang jalan Prinsip 6 Mempertahankan Lalu lintas terpisah dan berkecepatan rendah (road diets, Land-width reductiona, bricked streets) Prinsip 7 Mempertahankan Lalu lintas tetap (jangan terlalu banyak berhenti) Prinsip 8 Bangun Jalan yang hijau Prinsip 9 Bangun jalan untuk sepeda Prinsip 11 Bangun persimapangan yang ‘kompak’ (untuk semua kendaraan dan pejalan kaki) Prinsip 10 Bangun akses orang cacat Prinsip 12 Bangun ruang publik sebanyaknya Prinsip 13 Bangun segala sesuatunya sesuai dengan skala dan ukurannya Prinsip 13 Bangun manfaat multiguna dan multipendapatan

Transport Geography Transportasi dan Ruang

Model Kajian Geografi Transportasi Jarak Aksesibilitas Interaksi Spatial /jalur Transportasi / model penggunaan tanah Kompleksitas Data yg dibutuhkan

Aksesibilitas

Hubungan antara Jarak dan Peluang/ Kesempatan (Aksesibilitas) Jarak Peluang Low density Medium density High density

ab dc fg e Aksesibilitas dalam Sistem Nodal dan Ruang Most Least

Aksesibilitas dan Struktur Spasial Distance # of centers A B C

Connectivity Matrix A B D C E ABCDE A01110 B10100 C11011 D10100 E00100 Network Connectivity Matrix

Connectivity Matrix - 2 ABCDEFG A B C D E F G Network Connectivity Matrix A B D C G E F

Total Accessibility Matrix (T-Matrix) T ABCDE  A B C D E  ABCDE A01110 B10100 C11011 D10100 E00100 ABCDE A01110 B10100 C11011 D10100 E00100 = C1 X C2 ABCDE A31211 B12121 C21410 D12121 E11011 ABCDE A01110 B10100 C11011 D10100 E00100 C1 + = C2 ABCDE A31211 B12121 C21410 D12121 E11011

Aksesibilitas Geografis A B C E D ABCDE A B C D E L ABCDE  /n A B C D E  /n A(G)

GIS Generated Distance Grid From Center B

Aksesibilitas Potensial A B C E D ABCDE A B C D E L i\jABCDE∑i A B C D E ∑j P(G) A1200 B900 C1500 D600 E800 P

GIS Generated Potential Accessibility Grid

Proses Pemilihan Rute

The Traveling Salesperson Problem km 10 km 8 km 15 km 9 km 5 km Total = 62 km 8 km 9 km 5 km 10 km 8 km Total = 48 km

Cost Minimization and Efficiency Maximization Low High Costs Efficiency Low High Compromise

Sea Land a b p1 a b p4 12 a b p2 3 R {C(sea) = C(land)} R1 {C(sea) > C(land)} R2 {C(sea) < C(land)} Effect of Transport Costs on Route Selection p2 p3 p4 R (sea) R (land) R (sea) R (land) R2 (sea) R1 (sea) R1 (land) R2 (land) R {  C(land) >  C(sea)}

1 3 a b Effect of Topography on Route Selection Low elevation Medium elevation High elevation 2 c

Geographic Information Systems untuk Transportasi (GIS-T)

Geographic Information Systems and Transportation Encoding Representation model (space and data) ManagementSpatial – Thematic - Temporal AnalysisQuery – Operations - Modeling ReportingVisualization and Cartography Real World User Transportation Network Flows Land Use Layers

Info tambahan

Kebijakan Makro (kondisi kualitatif) 1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat harus ditunjang peningkatan infrastruktur 2. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi s/d 6,6% /tahun utk 5 thn yad diperlukan investasi infrastruktur baru sebesar Rp 689,4 triliun (reff. Menkoekuin/Deputi Infrastruktur) 3. Tiga inisiatif Kebijakan untuk partisipasi kalangan swasta (reff. Bappenas) a. General Policy Environment b. Entry Policies : reduce regulatory obstacle and facilitate fair competition c. Pricing Policy : reliable procedrue and institutional set up 4. Policy direction for management and mitigation of non-commercial risk (reff: Bappenas) a. Political Risk : In order to establish a "safe place to invest" b. Economic Risk : To establish a stable macro-economic environment c. Project Risk : Risk sharing (gov. and private sector) d. Legal Risk : Reforming the judiciary system and implementing respect for rules and law e. Other Risks : Addressing corruption problems 5. Tujuh prioritas pembangunan (Reff. Menkoekuin) : a. Penanggulangan kemiskinan dan pengurangn kesenjangan b. Peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor c. Revitalisasi pertanian dan kesehatan d. Peningkatan aksesibilitas dan kuantitas pendidikan dan kesehatan e. Penegakan hukum, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi f. Penguatan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan, ketertiban serta penyelesaian konflik g. Rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias 6. Target reformasi bidang mikro ekonomi bersandar pada dua pilar utama: (reff. Menkoekuin) a. perbaikan iklim investasi dan berusaha; namun kenyataannya iklim investasi belum membaik krn kondisi moneter dan mikro melemah b. Percepatan pembangunan infrastruktur diseluruh pelosok Indonesia; namun kenyataannya realisasi msh dibawah target (<50% dr target) 7. Dampak dan reaksi terhadap kenaikan BBM (reff. Gapensi, LPJKN, AKI dan MenPU) a. Kontraktor minta peran pemerintah untuk mengendalikan/menyesuaikan kenaikan komponen/ material pembangunan infrastruktur b. Diperlukan eskalasi realisasi proyek yang sedang berjalan c. Revisi target penyelesaian pembangunan infrastruktur jika tidak tersedia dana. Menunggu kebijkan MenPU, Bappenas dan Menkeu d. Besar kenaikan rata2 biaya pembangunan infrastruktur diperkirakan mencapai 17-27% dari nilai kontrak e. MenPU: "pelaksana jasa konstruksi diminta utk segera melaksanakan stock opname sbg dasar perhitunagan besarnya nilai pek.yg boleh dinaikkan" f. Pemerintah /MenPU: dimungkinkan untuk mengurangi penacapaian target penyelesaian pek. s/d 80% (setelah dikaji terlebih dahulu proyek ybs) g. Nilai proy. DPU s/d Sept. 05 tercatat Rp 13,1 triliun, sdgkan dlm anggaran perubahan mentargetkan Rp 17,3 triliun dan baru terealisir Rp 6,1 triliun h. Pengurangan subsidi BBM memberi harapan kemampuan pendanaan pembangunan meningkat = a.l.menciptakan eskalasi realisasi proy infrastruktur Teruskan ke hal berikunya………….

8. Beberapa Catatan Perkiraan/harapan kondisi tahun 2006 a. MenPU: lebih banyak investor asing masuk Indonesia untuk membangun infrastruktur; sayangnya hasil Infrastructure Summit I ternyata hanya terealisasi 10% dari target kebutuhan (daftar) proyek infrastruktur dalam negeri sebesar Rp1.300 triliun b. Indonesia Infrastructure Summit II akan dilaksanakan bulan Pebruari 2006 c. Berdasarkan pengalaman thn , kontraktor asing melaksanakan sekitar 29% dari total nilai proyek infrastruktur d. Kemampuan /kapasitas kontraktor asing dalam melaksanakan proyek infrastruktur diperkirakan rata2 Rp 45,72 trilliun/ thn pd thn e. Perkiraan kebutuhan dana sektor infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi 6,6% = Rp 689 triliun dalam 5 tahun; diperkirakan rata2 Rp 137 triliun/thn f. Peran/kontribusi pemerintah dibandingkan non-pemerintah = 40:60 (?) g. Berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa siklus bisnis properti adalah 10 tahunan yaitu 86, 96 dan diperkirakan 2006 juga mengalami "puncak" namun kehati-hatian dalam pengambilan keputusan untuk investasi sangat diperlukan mengingat faktor eksternal sgt berpengaruh, selain terbatasnya ketersediaan lahan (reff. Ciputra) 9. Catatan perspektif BUMN a. 3 kunci (yang menjadi satu kesatuan) acuan merubah BUMN: restrukturisasi, profitisasi dan privatisasi = REFORMASI BUMN b. 3 faktor pengubah utama: konsumen, kompetisi dan teknologi c. Restrukturisasi: upaya peningkatan posisi kompetitif melalui penajaman fokus bisnis, perbaikan skala dan penciptaan core competence d. Profitisasi: upaya meningkatkan secara agresif efisiensi perusahaan sehingga mencapai profitabilitas dan nilai perusahaan yg optimal e. Privatisasi: upaya peningkatan kegiatan penyebaran kepemilikan perusahaan kpd masy. Umum, swasta (nasional / asing) shg memudah- kan utk memperoleh akses kpd pendanaan, teknologi, manajemen modern, dan pasar internasional f. Reformasi BUMN tahap lanjutan adalah menciptakan Daya Saing dan Daya Cipta tinggi agar unggul di pasar global/internasional g. Percepatan proses Reformasi BUMN dpt dilakukan dengan merger/pengelompokkan kedalam bentuk Holding h. Bentuk Holding juga memungkinkan untuk memperoleh peningkatan corporate leverage shg posisi tawar membaik dan memungkinkan terciptanya market value creation yg lebih baik i. Inti kelemahan (rasional) BUMN: profitabilitas rendah (rata2,5%), budaya birokrasi, inward looking, produktifitas dan utilitas asset rendah, pemasaran dan pengembangan produk tdk sejalan, masih terfokus pd industri primer, mengandalkan keunggulan komparatif pada SDA & tenaga kerja yg murah j. Berdasarkan kelompok usaha BUMN, ternyata BUMN konstruksi tercatat kedua tertinggi untuk kemampuan kompetisi. Catatan; Infrastruktur terdiri dari bidang transportasi (laut, udara dan darat), energi (listrik dan minyak/gas), sumber daya air dan sanitasi, telekomunikasi, dan perumahan Lanjutan ……

A. Potential Demand 1. Total Market Size Infrastruktur(Rp triliun) a. Kebutuhan asumsi:a) pertumbuhan ekonomi (asumsi terakhir pemerintah = 6,2%) linier dg kebutuhan infrastruktur ; b. Roll over b) iklim investasi membaik atau min. sama dengan awal tahun 2005 TOTAL153.2c) Pengurangan subsidi BBM akan memperbesar kemampuan anggaran utk infrastruktur d) Demand for fund = rata2 kebutuhan dana tahunan + roll over pekerjaan 2005 = Rp 153,2 triliun e) Peran pendanaan pemerintah melalui APBN hanya 10% dari total demand for fund untuk infrastruktur 2. Sumber Pembiayaanf) Ada 3500 perusahaan kontrakstor di Indonesia (BUMN, swasta Nasional dan Asing) a. APBN28.9 b. Non-APBN (Investor/loan)124.3 TOTAL Market share per Operator(triliun Rp) a. BUMN karya (5 corporate)58.72Sumber APBN b. Kontraktor Asing45.72 c. Swasta Nasional48.76 TOTAL153.2

Perbandingan Potensi Pasar Per Korporat dan per SBU 2006 B. Real Demand -2 (Rp triliun) WIKAHKAKWKPPTotal a. Bendung/irigasi b. Jalan dan jembatan c. Pelabuhan, bandara d. Bangunan gedung e. Jalan Tol f. Pembangkit g. Kereta api h. Tambang Batu Bara i. Kelautan0.000 j. Lain-lain T O T A L

B. Real Demand -2 (Rp triliun) WIKAHKAKWKPPTotal a. Bendung/irigasi1.22%2.29%1.61%1.26%1.10%7.48% b. Jalan dan jembatan3.37%15.49%8.17%2.12%1.73%30.87% c. Pelabuhan, bandara0.33%1.01%1.23%0.21%1.69%4.48% d. Bangunan gedung3.35%3.97%9.31%4.60%7.89%29.12% e. Jalan Tol4.28%4.63%4.16%2.69%2.22%17.98% f. Pembangkit1.21%0.99%1.38%0.76%1.04%5.39% g. Kereta api1.31%1.06%0.30%0.16%0.22%3.06% h. Tambang Batu Bara0.16%0.13%0.18%0.10%0.13%0.70% i. Kelautan0.00% j. Lain-lain0.21%0.17%0.24%0.13%0.18%0.93% T O T A L22.54%18.30%25.70%14.17%19.29% %