PEREKONOMIAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Perkeretaapian Khusus Tahap III Tahapan Menuju Perubahan Regulasi Jakarta 21 Juni 2011.
Advertisements

SISTEM PEREKONOMIAN FENARO Rai.E - Mak.
TEORI PEMBANGUNAN KLASIK
1 Achmad Rozi El EROY. 2 Pendahuluan Perusahaan sebagai bagian dari lingkungan ekonomi perlu mencermati situasi dan kondisi ekonomi. Optimaslisasi kekuatan.
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
KELOMPOK V / KELAS 2A NAMA: PEMBAHASAN: AYU ROSITA SARI ( )
Skenario dan Strategi Konsep Agro Mina Politan Cluster
Kebijakan pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia.
Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat P, DEA
Ekonomi Perkotaan dan Globalisasi
Pemilihan Letak Bisnis dan lingkungan bisnis
Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat P, DEA
PADA RAPAT EVALUASI PENYERAPAN ANGGARAN APBD
B. Kombaitan dan Ridwan Sutriadi
FGD #7 24 Oktober 2014 Bappeda Jabar
FGD #4 13 Oktober 2014 Bappeda Jabar
MENUJU METROPOLITAN CIREBON RAYA: PERSPEKTIF EKONOMI PEMBANGUNAN
KINERJA SAMPAI DENGAN BULAN AGUSTUS 2013
Pengantar Ilmu Ekonomi
FGD #5 22 Oktober 2014 Bappeda Jabar
PENGEMBANGAN ROTAN INDONESIA MELALUI POLA SENTRA HHBK
KEBIJAKAN PUBLIK.
PAPARAN KEPALA BAPPEDA KOTA BEKASI
22 September 2014 Bappeda Jabar
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar
Motif dan Fungsi Suatu Bisnis
PELUANG USAHA YANG SUKSES
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Masalah Ekonomi
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
Konsep Pengembangan Wilayah
Diseminasi Hasil Listing SENSUS EKONOMI 2016
PELUANG BISNIS BERBASIS POTENSI LOKAL JAWA BARAT UNTUK PASAR GLOBAL
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH JAWA BARAT
Pembangunan Infrastruktur dan Sinergi Pusat-Daerah
SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH & KOTA
Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah.
Garapan Drs. Puji Suharjoko
PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MNC)
PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DALAM RANGKA MENDUKUNG PARIWISATA DAERAH
PERKEBUNAN DAN MASALAHNYA
03. INDUSTRI & TRANSPORTASI
MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN
PROSPEK DAN POTENSI UKM.
Teori Lokasi Industri.
Perencanaan lokasi Desi Harsanti Pinuji.
Definisi dan Arti Penting Agroindustri
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
PENGEMBANGAN INDUSTRI & STRATEGI INDUSTRIALISASI
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
METROPOLITAN CIREBON Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka Di susun oleh : aditiYA RAMDANI – BALEBAT.
MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN
PEMBANGUNAN AGROPOLITAN BERBASIS AGRIBISNIS PETERNAKAN: SUATU KONSEP
MANAJEMEN DAN BISNIS Lingkungan Bisnis Pertemuan 10 1.
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
STRATEGI LOKASI & MANUSIA-SISTEM KERJA
WILAYAH PERWILAYAHAN. Wittlesey mengemukakan unit-unit sebuah region dapat dibentuk oleh hal-hal berikut ini. 1.Ketampakan iklim saja, tanah saja sehingga.
BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI KEBIJAKAN PRIORITAS KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
Bab I Pengertian & Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial.
Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Prospek Ekonomi Sektoral
ANALISIS SHIFT - SHARE UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI SUATU DAERAH DIBANDINGKAN DENGAN WILAYAH YANG BERADA DI ATASNYA. PADA HAKEKATNYA ANALISIS.
PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MNC)
Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah.
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI. 1. Pendahuluan Untuk melestarikan lingkungan perkotaan yang layak huni, keseimbangan antara fungsi- fungsi tersebut.
POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN GRESIK, KARENA: POSISI YANG STRATEGIS POTENSI EKONOMI KETERSEDIAAN LAHAN DAN POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN INFRASTRUKTUR.
Teori Lokasi Gabrielle Filia Lianto XII IPS. 1. Teori Lokasi Pertanian  Teori ini merupakan teori lokasi yang muncul dalam konteks struktur ruang yang.
Bab I Pengertian & Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial.
Transcript presentasi:

PEREKONOMIAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA Acuviarta Kartabi Dosen / Peneliti / Pengamat Ekonomi

DEFINISI Metropolitan: sebuah pusat populasi besar yang terdiri atas satu metropolis besar dan daerah sekitarnya, atau beberapa kota sentral yang saling bertetangga dan daerah sekitarnya. (wikipedia.org) Metropolitan: kota besar yg menguasai daerah sekelilingnya dng adanya kota satelit dan kota pinggiran. (kamusbahasaindonesia.org) Metropolitan: wilayah cepat tumbuh penuh persaingan yang mempunyai peran penting dalam membangun ekonomi wilayah, mensejahterakan masyarakat, modernisasi, dan keberlanjutan pembangunan sehingga perlu dikelola dengan baik dan dikembangkan sebagai penggerak percepatan pembangunan di seluruh wilayah di Jawa Barat (Raperda) Metropolitan: melihat ukuran dimana daerah-daerah administratif yang bersebelahan dan telah berciri kota akan membentuk konurbasi (suatu kawasan tempat bergabungnya beberapa kota) dan menjadi suatu kota yang sangat besar. (Mc Gee, dan Robison 1995, Jones, 2002; Montgomery, dkk, 2003; Doxiadis, 1969)

JUMLAH PENDUDUK (JIWA) PDRB KAB/KOTA (JUTA RP) INDIKATOR EKONOMI (1) KAB/KOTA JUMLAH PENDUDUK (JIWA) PDRB KAB/KOTA (JUTA RP) PMA DAN PMDN (JUTA RP) PMA DAN PMDN (JUTA RP) JAN-JUNI 2014 KOTA BANDUNG 2.394.873 37.558.320 (2012) 5.977.939 (2013) 1.127.467 KOTA CIMAHI 541.177 7.231.284 (2012) - 15.750 KAB. BANDUNG 3.178.543 24.443.222 (2012) 1.620.104 (2013) 646.150 KAB. BANDUNG BARAT 1.510.284 8.329.988 (2011) 308.451 (2013) 383.106 KAB. SUMEDANG 1.093.602 5.879.092 (2011) 623.369 (2013) 376.089

INDIKATOR MAKRO INDUSTRI: PDRB/PDB 2011-2013 INDONESIA 2011 2012 2013 Industri Manufaktur (Triliun Rupiah) 633,8 670,2 707,5 PDB (Triliun Rupiah) 2.464,6 2.618,9 2.770,3 Share Sektor Industri Terhadap PDB (%) 25,72 25,59 25,54 JAWA BARAT 144,01 149,68 157,64 PDRB (Triliun Rupiah) 343,19 364,75 386,84 Share Sektor Industri Terhadap PDRB (%) 41,96 41,04 40,75 Kontribusi sektor industri menurun dalam 3 tahun terakhir (2011-2013), baik di Jawa Barat maupun Indonesia Peran sektor industri dalam Perekonomian Jawa Barat lebih besar dibandingkan indikator yang sama secara nasional Kontribusi sektor industri di Jawa Barat terhadap Sektor Industri Nasional juga turun dalam 3 tahun terakhir (2011-2013): Masing-masing 22,72% (2011), 22,33% (2012) dan 22,28% (2013)

INDIKATOR MAKRO (KREDIT DAN INVESTASI) Saat ini kita dihadapkan pada kondisi 42,15% dari total outstanding penyaluran kredit di Jabar ada di Kota Bandung. Tentu bukan tanpa alasan mengapa investasi hanya terpusat pada 3-4 wilayah saja, data BKPPMD Jabar : 36% investasi PMA dan PMDN ada di Kabupaten Karawang, 33% di Kabupaten Bekasi, 13% di Kota Bekasi. Bagaimana investasi Kabupaten/Kota lainnya? KOTA BANDUNG? Untuk menyerap satu orang tenaga kerja di dibutuhkan investasi antara Rp.191 Juta hingga Rp.273 Juta, BISA KITA BAYANGKAN BERAPA JUMLAH TENAGA KERJA YANG MAMPU KITA SERAP DENGAN INVESTASI YANG ADA?

KONSUMEN BANDUNG RAYA Sekarang tinggal bagaimana kita, KONSUMEN SUDAH MENUNGGU, MARKET SIZE KITA BESAR. PT.Jasa Marga menginformasikan, ada 55.991 ribu kendaraan yang melewati 11 pintu tol masuk ke wilayah di Jabar (bayangkan ada 55 juta 991 ribu kendaraan roda 4). Tidak kalah fantastis, ada 698.238 orang yang masuk ke Jawa Barat (Bandung) melalui Bandara Husein Sastra Negara. 299.754 orang dari total 698.238 orang, masuk ke Bandung melalui Husein Sastra Negara melalui Jalur Penerbangan Internasional. Dari 299.754, sekitar 74,1% berasal dari Malaysia dan 14,2% dari Singapura Dengan 74,1% adalah wisatawan Malaysia dari total 299.754 orang yang masuk melalui jalur penerbangan internasional adalah sebanyak 222.117 orang dan 42.565 orang Singapura ( 14,2% dikali 229.754) kemudian saya kalikan dengan rata-rata pengeluaran wisatawan Malaysia (685 USD) dan Singapura (603 USD) per kunjungan ke Indonesia, maka total pengeluaran wisatawan Malaysia dan Singapura mencapai 177,8 Juta USD. Kalau saya kalikan dengan kurs (katakanlah Rp.10.000/USD), maka nilai Rupiah pengeluaran mereka (asumsi) selama di Jawa Barat lebih Rp.1,7Triliun

INDIKATOR MAKRO INDUSTRI: INVESTASI 2013 PERINGKAT 10 BESAR INVESTASI LANGSUNG (PMA/PMDN) KAB/KOTA JAWA BARAT 2013 Jumlah LKPM Jumlah Investasi (Rp.) Rasio (%) Kab Karawang 2.410 41.073.102.357.000 43,92 Kab Bekasi 4.198 22.198.437.840.526 23,74 Kab Purwakarta 611 6.739.909.597.821 7,21 Kota Bandung 6.671 5.977.939.300.460 6,39 Kab Bogor 211 2.660.937.683.500 2,85 Kota Bekasi 474 2.392.114.424.298 2,56 Kota Depok 1.191 1.698.926.145.654 1,82 Kab Bandung 1.894 1.620.104.992.904 1,73 Kab Subang 900 1.548.712.304.000 1,66 Kab Sukabumi 704 1.282.953.083.867 1,37

INDIKATOR MAKRO INDUSTRI

TINGKAT PERSAINGAN TINGGI PERDA (2) METROPOLITAN: WILAYAH CEPAT TUMBUH TINGKAT PERSAINGAN TINGGI BERPERAN PENTING DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH / KESEJAHTERAAN / MODERNISASI / KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN

TANDA METROPOLITAN DI JAWA BARAT: AGLOMERASI KEGIATAN EKONOMI PERDA (3) TANDA METROPOLITAN DI JAWA BARAT: AGLOMERASI KEGIATAN EKONOMI AGLOMERASI KEGAITAN PENDUDUK PENINGKATAN INTENSITAS LAHAN TERBANGUN AKTIVITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT MENINGKAT DALAM KURUN WAKTU YANG RELATIF SINGKAT

MEGAPOLITAN BANDUNG RAYA MASALAH KOTA BANDUNG TERKAIT DENGAN MASALAH DENGAN KAB/KOTA SEKITARNYA MASALAH KOTA BANDUNG ADALAH MASALAH PENGGUNAAN/KETERBATASAN LAHAN PERUBAHAN KOTA BESAR MENJADI METROPOLITAN HARUS DIIKUTI DENGAN PERUBAHAN STRUKTUR (TITIK KRITISNYA DI PENATAAN RUANG SEPERTI PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI/PERDAGANGAN/JASA/SISTEM TRANSPORTASI/FASILITAS UMUM/PERUMAHAN DAN SEBAGAINYA

METROPOLITAN BANDUNG RAYA Kota Bandung, Kota Cimahi, Sebagian Wilayah Kab Bandung, Sebagian Wilayah Kab Bandung Barat, Sebagian Wilayah Kab Sumedang) PASAL 23 PERDA tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat DISEBUTKAN: BANDUNG RAYA BERBASIS WISATA PERKOTAAN, INDUSTRI KREATIF, DAN IPTEK + SENI

METROPOLITAN BANDUNG: PERSPEKTIF EKONOMI Mobilitas Penduduk Antar DaerahTinggi Bottlenecking Tinggi Koordinasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Sinergi Hulu (Produksi) dan Hilir (Pemasaran) Distribusi Tingginya Mobilitas Penduduk Sinergi Kebijakan Ekonomi Sinergi Pembiayaan Pembangunan Strategi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi (Backward Linkage and Forward Linkage Effect) Mengatasi Masalah-Masalah Kebencanaan

KONSEP DASAR METROPOLITAN BANDUNG RAYA Ide/Konsep METROPOLITAN BANDUNG RAYA perlu dianalisis dan dipersiapkan secara matang. Perkembangan ekonomi KOTA BANDUNG sebagai suatu economic region, telah melampaui batas wilayah administrasinya (political region), sehingga dibutuhkan pengaturan dan perencanaan yang lebih terintegrasi untuk kebutuhan masa depan untuk kepentingan bersama. Konsep METROPOLITAN BANDUNG RAYA merupakan suatu sudut pandang alternatif solusi yang bersifat alamiah. Ide dasarnya bagaimana Kota Bandung dan sekitarnya dapat menjadi kawasan yang memiliki competitiveness yang tinggi SELANJUTNYA BISA MENARIK INVESTASI Seandainya KOTA BANDUNG gagal menjadi lokasi tujuan investasi, maka dampak negatif ini tidak hanya dirasakan oleh daerah sekitarnya dan bahkan dirasakan secara nasional

KONSEP DASAR METROPOLITAN BANDUNG RAYA METROPOLITAN BANDUNG RAYA harus bisa memadukan fungsi ekonomi dan sosial melalui: suatu jaringan fisik (seperti transportasi dan komunikasi), jaringan ekonomi (keterhubungan produksi, pola interaksi pasar, aliran kapital, barang, dan jasa), jaringan administrasi.

KONSEP DASAR METROPOLITAN BANDUNG RAYA DARI SUDUT PANDANG SPASIAL: Dari sudut pandang ekonomi spasial, Megapolitan Bandung Raya Merupakan Pusat Produksi dan Arus Distribusi (Perdagangan) Dari Jabar Bagian Barat ke Jabar Bagian Selatan Kota Bandung sebagai pusat destinasi ekonomi yang kemudian terdistribusi ke wilayah sekitarnya Masalah bersama Kota Bandung dan Kab/Kota Sekitarnya: banjir, transportasi, sampah, penataan ruang, dan urbanisasi.

KONSEP DASAR METROPOLITAN BANDUNG RAYA Metropolitan Bandung Raya Dapat Dilihat Sebagai Aglomerasi Ekonomi Dalam Skala Besar (Melewati Batas Wilayah) karena pertimbangan: Minimalisasi biaya transport, biaya produksi, kekuatan ekonomi aglomeratif, permintaan pasar, maksimisasi laba, dll (Teori Tempat Sentral) Industri yang mengalami ekspansi yang berlokasi di suatu daerah perkotan, mendorong berkembangnya kegiatan industri lain keseluruh daerah dalam lingkup yang luas (Teori Kutub Pertumbuhan)

DAYA SAING PEREKONOMIAN

DAYA SAING PEREKONOMIAN (WCR 2013-2014)

DAYA SAING PEREKONOMIAN (MP3EI)

Daya Tarik Investasi Faktor Pertimbangan Bisnis Kedekatan Dengan Pasar Ketersedian Bahan Mentah Kedekatan Dengan Konsumen Kesiapan Lokasi Pendukung Dukungan Perbankan Dukungan Pemerintah Dukungan Bahasa dan Karakteristik Lokal Tingkat Pajak Perusahan (Insentif) Tenaga Kerja Ketersedian Buruh Keterampilan Buruh Karakteristik Perburuhan Biaya Harga dan Sewa Tanah Upah Buruh Infrastruktur Kualitas Infratruktur Transportasi Kedekatan Dengan Pelabuhan dan Bandar Udara

Dukungan Yang Dibutuhkan Dukungan Perkembangan Ekonomi Wilayah Sekitar Adanya Sosialisasi Kepada Calon Investor Dan Semua Stakeholders Linkage Pengembangan Investasi Dengan Investasi di Daerah Sekitarnya Penyedian Jasa Pendukung Yang Menunjang Adanya Insentif Pemerintah Kota Komitmen Semua Stakeholders Menyelesaikan Hambatan Struktural: Keterbatasan Infrastruktur Karena Keterbatasan Anggaran Rendahnya Profesionalisme Tenaga Kerja Areal Investasi Terbatas Sehingga harga Tanah dan Sewa Tanah Tinggi Birokrasi Yang Berbelit-Belit

Parameter Daya Saing Investasi Institusi Infrastruktur Stabilitas Makro Ekonomi Pasar Yang Baik dan Efisien Pasar Tenaga Kerja Yang Efisien Pasar Keuangan Yang Memuaskan Kesiapan Teknologi Ukuran Pasar Kepuasan Bisnis Inovasi

Kriteria Penentuan Lokasi Investasi (Survei UNCTAD 2012) Market-Related Factor (Size of local Market, Growth of local market, Access of Regional market) Resources-Related Factor (Skilled labour, Access to Natural resources, Access to capital market) Efficiency Seeking (Cheap labour) Quality of Business Environment (Government Effectiveness incentives, Stable investment environment) Others Motivations (Follow the leader, others)

TERIMA KASIH