Isu-Isu Perencanaan Kontemporer Kelompok 4 Ernandez Dhian P. 2010-22-003 Muhamad Sayuti 2010-22-017 Tb. Moch. Bertha K. 2010-22-026 Fikri Firdaus 2010-22-008 Sandy Priyatna 2010-22-19 Desky Satrio 2010-22-029 Ana Suryana 2012-22-075
DATA Sejarah Banjir besar pertama kali dirasakan oleh Pemerintahan Kolonial pada 1621, diikuti tahun 1654 dan 1876. Tahun 1918 Pemerintah Belanda mulai membangun beberapa Daerah Aliran Sungai. Lalu Pemerintahan Kolonial membangun Banjir Kanal Barat (BKB) pada 1922, namun tidak cukup membantu. Pada Januari 1932 banjir besar melumpuhkan Kota Jakarta. Ratusan rumah di kawasan Jalan Sabang dan Thamrin digenangi air. Saat pemerintahan beralih ke Republik Indonesia masalah banjir di Jakarta belum bisa diselesaikan. Tercatat sejak kemerdekaan beberapa banjir besar terjadi di Jakarta, seperti pada tahun 1976, 1984, 1994, 1996, 1997, 1999, 2002, 2007 dan 2008
DATA Topografi Wilayah DKI Jakarta dikatagorikan sebagai daerah datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m sampai 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m.
DATA Lingkungan Bencana banjir sangat dipengaruhi oleh faktor alam. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat, pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir, pembuatan tanggul yang kurang baik, pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat, dan sebagainya. Untuk mengurangi dampak banjir tersebut maka tindakan yang harus dilakukan adalah: Menata Daerah Aliran Sungai sesuai fungsi lahan Tidak membuang sampah ke dalam sungai Pemasangan pompa untuk daerah yang rendah dari permukaan laut Pembangunan sistem pemantauan dan penanggulangan banjir Memperluas daerah hijau dan daerah resapan air Mengurangi aktifitas dibagian sungai rawan banjir
PEMBAHASAN Analisa Lingkungan Pemerintah mungkin harusnya lebih memperhatikan drainase yang ada, serta kemiringan dari drainase dan tujuan akhir dari air larian tersebut . Pemeliharaan infrastruktur drainase dan normalisasi sungai-sungai. Kesadaran Masyarakat pun di utamakan dalam aktivitasnya, untuk tidak membuang sampah sembarangan dan menimbulkan banjir. Pemerintah Pusat lebih terkoordinasi dengan kota penyangga seperti Bogor untuk mengantisipasi banjir kiriman dengan mengalihkan sebagian aliran sungai.
ISU-ISU Permasalahan Rusaknya penghijauan di daerah-daerah hilir seperti puncak, cianjur dan bogor pun kondisinya memprihatinkan. Sekarang ini jika daerah hilir hujan deras, pasti terjadi banjir di jakarta. Air bah kiriman datang tiba-tiba hingga menggenangi bantaran sungai di jakarta. Hilangnya lahan pertanian di sekitaran bantaran sungai yang berfungsi sebagai daerah penyerapan air dan dijadikan kawasan pemukiman atau pembangunan lainnya yang mengakibatkan hilangnya daerah resapan air dan secara tidak langsung terjadi pengerasan tanah di bantaran sungai akibat pembangunan kawasan pemukiman tersebut. Terjadinya penyalahgunaan lahan fungsi utama situ/daerah resapan air yang ada di jakarta telah dijadikan perumahan maupun gedung-gedung bertingkat, yang berfungsi sebagai penampung air hujan juga untuk mengendalikan air hujan dan air rob agar tidak banjir.