Presentasi Musik (Sulawesi Utara) Dibuat oleh : Christine Vanessa Konny / 8.3 / 07 Lisna Giacinta / 8.3 / 18
Macam Macam Alat Musik Di Sulawesi Utara Garpu tala , Suling bambu (bansi), Gendang satu kulit (tegongong) dan Salude. Kolintang
Salude Salude, yaitu semacam siter dengan dua dawai dan arababu (semacam rebab). Back
Garpu Tala Garputala atau Druridana adalah alat yang berbentuk seperti garpu bergigi dua (atau berbentuk huruf y) dan beresonansi pada frekuensi tertentu bila dihentakkan pada suatu benda. Garpu tala ini terbuat dari bambu. Back
Suling Bambu (Bansi) Bansi adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik. Back
Gendang satu kulit (tegongong) Alat musik ini biasanya dipakai untuk mengiringi tarian Mesalai yang iramanya dibagi menjadi 5, yaitu : Tengkelu bawine (irama untuk wanita); Tengkelu sonda (irama untuk pria); Tengkelu sahola (irama lincah); Tengkelu balang (irama mendayung); dan Tengkelu duruhang (irama menyusur pantai). Irama musik tegonggong ini dipadukan dengan sasambo atau lagu pujaan yang berisi ajaran tentang baik dan buruk, hubungan antarmanusia, manusia dengan Sang Pencipta, dan manusia dengan alam lingkungannya. Back
Kolintang Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar). Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain. Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya. Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama ± 100th. End
Terima Kasih !!!!!!!!!!!!!!!!