Filsafat Logika dalhar Shodiq

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Logika Bahasa Ilmiah - 6 -
Advertisements

DASAR-DASAR LOGIKA PEMIKIRAN KRITIS
Membangun Penalaran sebagai Basis Penulisan Ilmiah
Metode Berpikir Ilmiah
PERTEMUAN 3 PENALARAN.
BAHASA DAN KAIDAH BERPIKIR
Oleh: Dedy Djamaluddin Malik (Kuliah ke-3)
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
Pertemuan VIII – SILOGISME KATEGORIS
Merupakan unsur kedua logika.
[SAP 8] SILOGISME KATEGORIS
Deduksi Ati Harmoni
[SAP 9] SILOGISME HIPOTETIS
[SAP 6] KEPUTUSAN, PROPOSISI DAN KALIMAT
SECARA ETIMOLOGIS  BHS. LATIN  BHS YUNANI LOGOS: PERKATAAN, AKAL
PENALARAN Hartanto, S.I.P, M.A..
PENALARAN Pengertian Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan dat atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Topik VI: TERM DAN KATA DALAM KALIMAT
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
Topik XIII: PENALARAN TIDAK LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF (SILOGISME)
Topik XII : PENALARAN / PENYIMPULAN
BAB XI KEPUTUSAN Pertemuan 11
LOGIKA.
DASAR_DASAR LOGIKA / herwanparwiyanto
DASAR_DASAR LOGIKA / herwanparwiyanto
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom., MM.
BAHAN 5 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I
Pengantar Kuliah Bahasa Indonesia
Pengantar Kuliah Bahasa Indonesia
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
PEMBAGIAN & PENGGOLONGAN LOGIKA
Topik IX : PROPOSISI 1. Pengertian
LOGIKA ILMU MENALAR LOGIKA: ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat BERPIKIR: kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang telah diterima melalui.
Dasar Penalaran & Logika Berpikir
Silogisme Kategoris Dasar-Dasar Logika
II. Logika dan Bahasa Zainul Maarif, Lc., M.Hum..
DEDUKTIF Metode berpikir deduktif adalah metode penarikan kesimpulan dari masalah umum ke masalah khusus. Hukum deduktif bahwa segala yang dipandang benar.
V. Penalaran Langsung Zainul Maarif, Lc., M.Hum..
KONSEP (PENGERTIAN DAN PERKATAAN)
Semua artis adalah seksi. Jupe adalah seksi.
LOGIKA.
Pengertian Klasifikasi
Pengertian Klasifikasi
Materi 11 Induksi.
SALAH NALAR.
PEMBAGIAN & PENGGOLONGAN LOGIKA
Silogisme Silogisme Kategorik
Filsafat, pengetahuan dan ilmu pengetahuan
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
DEFINISI Bhs. Latin  definitio = pembatasan
Penalaran Tujuan bab ini adalah agar para maha-siswa dapat bernalar dengan baik dalam penyusunan karya ilmiah yang ditulis. Penalaran yaitu proses berpikir.
DASAR-DASAR LOGIKA Drs. Muhammad YGG Seran, M.Si
PEMBAGIAN (PENGGOLONGAN) DAN DEFINISI
PENYIMPULAN Penyimpulan adalah kegiatan manusia, yang dari pengetahuan yang telah dimiliki dan berdasarkan pengetahuan itu bergerak ke pengetahuan.
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom.
MATERI KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
DASAR-DASAR LOGIKA PEMIKIRAN KRITIS
SILOGISME Disusun Oleh : Ririn Purwatiningsih
BAHAN 5 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I
Sillogisme Hipotetis Bab VIII Fakultas Psikologi
ILMU DAN LOGIKA.
Penalaran Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi.
II. Logika dan Bahasa Zainul Maarif, Lc., M.Hum..
PENYIMPULAN Kegiatan manusia yang bertitik tolak dari pengetahuan yang telah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru. Pengetahuan yang telah dimiliki = titik.
SALAH NALAR Karina Jayanti.
DASAR_DASAR LOGIKA / herwanparwiyanto
ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
CORAK/BENTUK SILOGISME
Transcript presentasi:

Filsafat Logika dalhar Shodiq

TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengetahui asas-asas berpikir Mahasiswa mampu menerapkan asas-asas berpikir dalam kegiatan berpikir Mahasiswa dapat berpikir logis dan kritis

MATERI KULIAH Pengertian Filsafat Pengertian logika Asas-Asas berpikir Pengertian (concept) Klasifikasi Definisi Putusan (Statement) Penyimpulan Kesesatan berpikir

METODE Ceramah Tanya jawab Latihan / Praktek

BUKU BACAAN Alex Lanur, 1983, Logika Selayang Pandang, Yogyakarta: Kanisius 2. Poespoprodjo dan Gilarso, 1985, Logika Ilmu Menalar, Bandung: Remaja Karya

PENGERTIAN FILSAFAT Filsafat →philosophia philos →cinta sophia → kebijaksanaan

PENGERTIAN FILSAFAT Kumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan yang diterima secara tidak kritis Suatu proses kritik (pemikiran) terhadap kepercayaan dan sikapyang dijunjung tinggi Usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Sebagai analisa logis dan bahasa serta penjelasan arti kata dan konsep Kumpulan problema yang mendapat perhatian dari manusia dan dijawab oleh ahli filsafat

BAGIAN-BAGIAN FILSAFAT Metafisika Epistemologi Etika Estetika Logika

PENGERTIAN LOGIKA Logika→ logos (Yunani) ▼ Ucapan, Kata, Pengertian, Pikiran, Ilmu Logika→ Ilmu dan kecakapan berpikir dengan tepat

Obyek material→berpikir (penalaran) Obyek formal→ketepatan berpikir

PENALARAN ialah proses akal budi manusia yang berusaha sampai pada suatu keterangan baru (kesimpulan) dengan bertolak dari satu atau beberapa keterangan yang sudah diketahui (premis), dan keterangan baru itu mestilah merupakan urutan kelanjutan dari sesuatu atau beberapa keterangan semula

ASAS-ASAS BERPIKIR (1) Asas-Asas Primer Principium identitatis = tiap-tiap hal itu sama dengan dirinya sendiri B. Principium contradictionis = Tiap-tiap hal itu tidak dapat positif dan negatif dalam waktu bersamaan.

ASAS-ASAS BERPIKIR (2) Asas-Asas Primer C. Tertii exclusi = tiap-tiap hal itu haruslah positif atau negatif D. Principium Rationis Sufficientis = Tiap-tiap hal yang ada itu mempunyai alasan yang cukup untuk adanya.

ASAS-ASAS BERPIKIR (3) Asas-Asas Sekunder Principium Convenientiae Principium Inconvenientiae Principium Dictum De Omni Principium Dictum De Nullo

UNSUR-UNSUR PENALARAN 1. Mengerti kenyataan (menangkap obyek) mis: mobil, membeli, mahal, baru 2. Menyatakan adanya atau tidak adanya hubungan harga mobil ↔ keadaan keuangan ↕ harga mobil mahal 3. Menyimpulkan “ aku tidak jadi beli mobil baru karena mahal”

UNSUR-UNSUR PENALARAN Pengertian / Concept / Idea 2. Putusan / Penyataan / Statement / Judgement / Proposition 3. Penyimpulan / Penalaran / Reasoning

PENGERTIAN / KONSEP / IDE Mengerti berarti menangkap inti (gambaran yang ideal) tentang sesuatu. Pengertian = makna yang dikandung suatu obyek 3. Concept → concipere (Latin) → conceptus = tangkapan 4. Ide → eidos (Yunani) → representasi (wakil) benda yang terdapat dalam intelek 5. Ide bersifat umum dan abstrak

PENGERTIAN KATA TERM

PEMBAGIAN KATA /TERM Menurut jumlah kata Term tunggal, mis. manusia Term majemuk, mis. ruang belajar 2. Menurut arti kata Term univok, mis. manusia Term ekuivok, mis. bulan Term analog, mis. sehat

3. Menurut luas term Term singular, mis. Amri, buku itu Term partikular, mis. beberapa buruh Term universal, mis. setiap korban

LATIHAN-LATIHAN Sebutkan contoh-contoh term ekuivok dan analog Buatlah 2 kalimat dalam arti yang berbeda, kemudian sebutkan apakah perbedaan tersebut dalam arti ekuivok atau analog.

ISI DAN LUAS PENGERTIAN Isi / Komprehensi / Konotasi semua unsur yang termuat dalam pengertian. MAHASISWA → manusia → yang belajar → di perguruan tinggi → memiliki KTM

Luas / Ekstensi / Denotasi Lingkungan realitas yang dapat dinyatakan oleh pengertian tertentu MAHASISWA → mahasiswa Unsoed → mahasiswa UMP

HUBUNGAN ISI DAN LUAS PENGERTIAN Semakin banyak isinya, semakin kecil luasnya (daerah lingkupnya) Semakin sedikit isinya, semakin besar luasnya (daerah lingkupnya)

Ma kin sempit kin luas Isi Term Luas Hewan berakal Manusia Buruh, petani, guru dll, dokter, pengacara Hewan+berakal+ terdidik Manusia terdidik Guru SD, Guru SMP, Dosen, dokter, pengacara terdidik+mengajar Guru Guru SD, Guru SMP, Dosen, terdidik+mengajar+di SD Guru SD

KLASIFIKASI Klasifikasi=kegiatan akal menguraikan, membagi, menggolongkan dan menyusun pengertian dan barang menurut kesamaan dan perbedaannya Klasifikasi penting karena untuk mengupas suatu persoalan kita harus mampu menangkap bagian-bagianya dan menguraikan unsur-unsurnya

ATURAN KLASIFIKASI Lengkap Sungguh-sungguh memisahkan Menggunakan dasar yang sama Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

DEFINISI definisi→definitio (Latin) →pembatasan →suatu kata yang tepat, jelas dan singkat untuk menentukan batas pengertian yang tertentu 2 unsur dalam definisi Definiendum (yang didefinisikan) Definiens (yang mendefinisikan)

MACAM-MACAM DEFINISI Definisi nominal = definisi menurut katanya Menguraikan asal-usuk kata (etimologi) Melihat arti kata dalam kamus. Menggunakan sinonim

MACAM-MACAM DEFINISI B. Definisi real = definisi yang memperlihatkan hal yang dibatasi dengan menyajikan unsur-unsur / ciri-ciri yang menyusunnya Definisi esensial terdiri dari genus terdekat dan diferensia spesifik, manusia adalah binatang yang berpikir ↓ ↓ genus terdekat diferensia spesifik

MACAM-MACAM DEFINISI Definisi deskriptif = definisi yang dibuat dengan menggunakan ciri-ciri khas yang didefinisikan Burung gagak adalah burung yang berbulu hitam Definisi final = definisi yang menunjukkan tujuan baju adalah barang yng dibuat untuk menutup aurat 4. Definisi kausal = definisi yang dibuat dengan menunjukkan sebab musabab sesuatu stroke adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh dara yang ke otak

ATURAN DEFINISI Definiendum harus dapat dibolakbalikan dengan definiens dengan luas keduanya haruslah sama Definiens tidak boleh negatif kalau dapat dirumuskan secara positif Definiendum tidak boleh masuk dalam definiens (circulus in definiendo) Definiens tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur, kiasan, atau medua arti (ignotum per ignotius)

PUTUSAN Mengakui atau memungkiri kesatuan atau hubungan antara dua hal, misalnya: buruh adalah manusia Putusan dinyatakan dalam kalimat berita Putusan dapat dinyatakan benar atau salah

UNSUR-UNSUR PUTUSAN Subyek = sesuatu yang diberi keterangan 2. Predikat = sesuatu yang menerangkan tentang subyek Copula (kata penghubung) = pernyataan yang mengakui atau memungkiri hubungan antara subyek dan predikat

MACAM-MACAM PUTUSAN

PUTUSAN BERDASARKAN MATERINYA Putusan analitis = P menyebutkan sifat hakiki yang pasti terdapat pada S. Ayah adalah laki-laki 2. Putusan sintetis = P menyebutkan hal yang tidak hakiki, tetapi dapat dihubungkan dengan S karena pengalaman. Ayah adalah guru

PUTUSAN BERDASARKAN KUALITAS (COPULA) Putusan afirmatif = putusan yang menyatakan pengakuan adanya hubungan antara S dan P. Penduduk desa rajin bekerja Putusan negatif = putusan yang memungkiri adanya hubungan antara S dan P. Ada mahasiswa yang tidak lulus Tidak benar mahasiswa lulus ujian

PUTUSAN BERDASARKAN LUAS SUBYEK Putusan universal = P menerangkan seluruh luas S. Setiap perusahaan membayar pajak 2. Putusan partikular = P menerangkan sebagian dari luas S. Ada mahasiswa nakal 3. Putusan singular = P menerangkan satu barang yang ditunjuk dengan tegas Muhammad adalah pengusaha yang sukses

PUTUSAN BERDASARKAN BENTUK DAN LUASNYA Putusan afirmatif universal (A) Setiap perusahaan membayar pajak 2. Putusan afirmatif partikular (I) Ada mahasiswa nakal 3. Putusan negatif universal (E) Semua tindak kejahatan tidak baik Putusan negatif partikular (O) Ada manusia yang bukan dokter

LUAS PREDIKAT Dalam putusan afirmatif (A dan I), predikat partikular (tidak distributif) masing-masing pemenang dapat hadiah sebagian petani gagal panen Dalam putusan negatif (E dan O), predikat universal semua mahasiswa tidak lulus mayoritas buruh tidak sejahtera

Jenis Proposisi Subyek Predikat A E I O Distributif Tidak Distributif

PENYIMPULAN Penyimpulan adalah kegiatan manusia, yang dari pengetahuan yang telah dimiliki dan berdasarkan pengetahuan itu bergerak ke pengetahuan yang baru. Titik pangkal→pengetahuan tentang fakta, suatu asas umum, suatu anggapan (hiptesis)

CONTOH Semua yang melanggar hukum harus diadili. Koruptor harus diadili. Rumah A terbuat dari bambu, berlantai tanah, dia tidak sekolah, B pengemis tidak sekolah, C anak petani gurem tidak sekolah juga. Orang-orang miskin tidak sekolah

Premis/antecedent=hal dari mana disimpulkan sesuatu Kesimpulan (consequens)=pengetahuan baru yang diperoleh berdasarkan premis Konsekuensia=hubungan antara premis dan kesimpulan serta merupakan dasar untuk kesimpulan Kesimpulan yang sah adalah kesimpulan yang sungguh-sungguh dapat dan harus diambil dari premis-premis Sah atau tidak sahnya kesimpulan tergantung ada-tidaknya hubungan atau lurus tidaknya jalan pikiran

2 MACAM PENYIMPULAN Penyimpulan langsung yakni langsung menyatakan S=P atau S#P, atau tanpa pembuktian Penyimpulan tidak langsung yakni penyimpulan dengan menggunakan term antara (M).

PENYIMPULAN LANGSUNG Konversi Oposisi Obversi Kontraposisi

KONVERSI Konversi dilakukan dengan mengganti S dan P, sehingga yang dulunya P menjadi S, dan yang dulunya S menjadi P tanpa mengurangi kebenaran putusan. Setiap mahasiswa bayar SPP (convertend) Yang bayar SPP itu mahasiswa (convers) A dikonversi menjadi I E dikonversi menjadi E atau O I dikonversi menjadi I O tidak dapat dikonversi

OPOSISI A.Semua mhs lulus E. Semua Mhs tidak lulus s s u u b b Kontraris A.Semua mhs lulus E. Semua Mhs tidak lulus s s u u b b a kontradiktoris a l l t t e e r r n n I. Sebagian mhs lulus O. Sebagian mhs tidak lulus Subkontaris

OPOSISI Kontradiktoris = oposisi karena perbedaan kualitas dan kuantitas putusan (A↔O: E↔I) Kontraris = oposisi karena perbedaan kualitas putusan, tetapi universal (A↔E) Subkontraris = oposisi karena perbedaan kualitas putusan, tetapi partikular (I↔O) Subaltern = oposisi karena perbedaan kuantitas putusan, (A↔I: E↔O)

HUKUM KONTRADIKSI A – O : E - I Jika yang satu benar, yang lain tentu salah. Jika yang satu salah, yang lain tentu benar. Tidak ada kemungkinan yang ketiga .

HUKUM KONTRARIS A - E Jika yang satu benar , yang lain tentu salah. Jika yang satu salah, yang lain dapat benar, tetapi juga dapat salah Ada kemungkinan yang ketiga, keduanya sama-sama salah .

HUKUM SUBKONTRARIS I - O Jika yang satu salah, yang lain tentu benar. Jika yang satu benar, yang lain dapat salah, tetapi dapat juga benar. Ada kemungkinan yang ketiga, tidak dapat keduanya sama-sama salah, keduanya dapat sama-sama benar.

HUKUM SUBALTERN A – I : E - O Jika yang universal benar, yang partikular juga benar. Jika yang universal salah, yang partikular dapat benar, tetapi juga dapat salah. Jika yang partikular benar, yang universal dapat salah, tetapi juga dapat benar. Jika yang partikular salah, yang universal juga salah.

TABEL KEBENARAN Premis Konklusi A benar E salah I benar O salah A salah I salah O benar A b / s O b / s I b / s E b / s

OBVERSI Kualitas proposisi diganti, (afirmatif menjadi negatif atau sebaliknya), kemudian term predikat diganti dengan komplemennya Jujur itu baik (obverten) Jujur itu bukan tidak-baik (obvers) obverten obvers A E I O

KONTRAPOSISI Term S dan P diganti dengan komplemennya masing-masing Term yang sudah berubah, kemudian dikonversikan Hanya proposisi A dan O yang memiliki kontraposisinya Semua anggota DPR adalah WNI Semua yang bukan WNI bukan anggota DPR

SILOGISME KATEGORIS TUNGGAL Setiap orang ingin dihormati M = P Tukang becak itu juga orang S = M Tukang becak itu ingin dihormati S = P Premis yang terdapat P kesimpulan disebut mayor Premis yang terdapat S kesimpulan disebut minor Term yang terdapat dalam kedua premis disebut Term Antara (M), tidak boleh masuk dalam kesimpulan

CARA MENJABARKAN KE DALAM BENTUK SILOGISME STANDAR Tentukan dahulu kesimpulan yang ditarik Mencari alasan yang diberikan (M) Susunlah silogisme berdasarkan S = P (kesimpulan) serta M Kamu sih pasti lulus ujian, ndak usah takut, karena kamu mahasiswa yang pandai.

HUKUM SILOGISME (1) Silogisme tidak boleh mengandung lebih atau kurang dari 3 term Semua warganegara wajib membayar pajak, Gelandangan juga warganegara. Berarti ia wajib membayar pajak. Term antara (M) tidak boleh terdapat dalam kesimpulan

HUKUM SILOGISME (2) 3. Term S dan P dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada term S dan P dalam premis Kambing adalah makhluk hidup Manusia itu bukan kambing. Manusia bukan makhluk hidup 4. Term antara (M) harus sekurang-kurangnya satu kali universal Manusia juga makhluk hidup Manusia itu kambing 5. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif.

HUKUM SILOGISME (3) 6. Kedua premis tidak boleh negatif Batu bukan binatang Kambing bukan batu Kambing bukan binatang 7. Kedua premis tidak boleh partikular Ada orang kaya yang tidak pandai Banyak orang miskin yang pandai Banyak orang miskin bukan orang kaya Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah.

4 MACAM SUSUNAN M M = P S = M S = P subyek-predikat P = M predikat-predikat M = S subyek-subyek predikat-subyek

Susunan Silogisme Yang Lurus M = P S = M S = P babara celarent darii ferio

barbara Setiap demonstran memakai atribut Semua mahasiswa ikut demo Semua mahasiswa memakai atribut celarent Setiap demonstran tidak boleh merusak Semua mahasiswa tidak boleh merusak

darii Setiap peserta demo mematuhi aturan Sebagian mahasiswa adalah peserta demo Sebagian mahasiswa mematuhi aturan ferio Setiap peserta demo tidak boleh anarkhis Sebagian mahasiswa peserta demo Sebagian mahasiswa tidak boleh anarkhis

Susunan Silogisme Yang Lurus II. P = M S = M S = P camestres cesare baroco festino

camestres Semua manusia memiliki hak asasi Semua binatang tidak memiliki hak asasi Semua binatang bukan manusia cesare Seluruh koruptor tidak disenangi rakyat Setiap pemimpin yang jujur disenangi rakyat Setiap pemimpin yang jujur bukan koruptor

baroco Semua reformis disenangi rakyat Sebagian pemimpin tidak disenangi rakyat Sebagian pemimpin bukan reformis festino Seluruh diktator tidak disenangi rakyat Ada mahasiswa yang disenangi rakyat Ada mahasiswa yang bukan diktator

Susunan Silogisme Yang Lurus III. M = P M = S S = P darapti felapton datisi fresison disamis bocardo

darapti Seluruh mahasiswa lulus ujian Seluruh mahasiswa calon pemimpin Sebagian calon pemimpin lulus ujian felapton Semua orang bukan binatang Semua orang makhluk bernyawa Sebagian makhluk bernyawa bukan binatang

datisi Setiap perbuatan baik mendapat ganjaran Perbuatan baik yaitu bertindak adil Yang bertindak adil mendapat ganjaran fresison Semua tindak kekerasan tidak disenangi orang Sebagian tindak kekerasan itu melanggar hukum Pelanggar hukum tidak disenangi orang

disamis Ada pejabat yang senang menyanyi Semua pejabat adalah pemimpin Ada pemimpin yang senang menyanyi bocardo Ada pejabat tidak mau korupsi Ada pemimpin tidak mau korupsi

Susunan Silogisme Yang Lurus IV. P = M M = S S = P bramantis camenes fesapo ferison dimaris

bramantis camentes Semua orang kaya senang plesir ke luar negeri Semua yang senang plesir ke luar negeri suka shopping Yang suka shopping adalah orang kaya camentes Setiap orang yang berprestasi adalah pekerja keras Setiap pekerja keras tidak menyerah terhadap tantangan Setiap orang yang menyerah terhadap tantangan bukan orang berprestasi

fesapo Semua pelanggaran HAM tidak diperbolehkan Semua yang diperbolehkan adalah perbuatan bermoral Perbuatan bermoral bukan pelanggaran HAM ferison Setiap aturan tidak boleh dilanggar Yang boleh dilanggar yang membelenggu kreativitas Yang membelenggu kreativitas bukan aturan

dimaris Beberapa konglomerat licik Semua yang licik adalah manusia Sebagian manusia adalah konglomerat

SILOGISME TERSUSUN Epicherema=silogisme yang salah satu premisnya atau keduanya disambung dengan pembuktiannya Setiap koruptor harus diadili karena tindak korupsi itu melanggar hukum. Ada pejabat orba yang korupsi Ada pejabat orba yang harus diadili

SILOGISME TERSUSUN 2. Enthymema=silogisme yang salah satu premisnya atau kesimpulannya dilampaui. Joni adalah mahasiswa Jadi dia harus bayar SPP

SILOGISME TERSUSUN 3. Polysilogisme=deretan silogisme, kesimpulan silogisme yang satu menjadi premis silogisme yang lain. Semua pelanggar hukum harus diadili Ada pemimpin yang melanggar hukum Ada pemimpin harus diadili Beberapa pejabat orba itu pemimpin Beberapa pejabat orba harus diadili Badu itu pejabat orba Badu harus diadili

SILOGISME TERSUSUN 4. Sorites Semua negara demokratis ditandai penegakan supremasi hukum Semua yang menegakan supremasi hukum menghargai HAM Semua yang menghargai HAM termasuk bangsa yang beradab Bangsa yang beradab menganut kebebasan berpendapat Semua negara demokratis menganut kebebasan berpendapat

SILOGISME KONDISIONAL Jika hujan deras, kota banjir. Hujan deras, Kota banjir A benar C benar A salah S dapat benar tetapi dapat salah A dapat salah tetapi dapat benar C salah

SILOGISME DISYUNGTIF Disyungtif dalam arti sempit hanya mengandung 2 kemungkinan, tidak mungkin keduanya benar, pasti yang satu salah a. Modus ponendo tollens Korban gempa meninggal atau hidup Korban meninggal Korban tidak meninggal Modus tollendo ponens Korban hidup

SILOGISME DISYUNGTIF Disyungtif dalam arti luas juga memiliki 2 kemungkinan, tetapi kedua kemungkinan itu dapat sama-sama benar. Yang pergi ke seminar dia atau saya Dia yang pergi (tidak dapat disimpulkan) saya tidak pergi

SILOGISME KONYUNGTIF 1. Afirmatif – negatif Tidak ada orang yang duduk dan berdiri pada waktu yang sama Sartono sedang duduk, Jadi dia tidak berdiri 2. Negatif - afirmatif Sartono tidak duduk, Jadi dia berdiri . 3. Hukum konjungtif tergantung jenis perlawanannnya

INDUKSI Kegiatan akal budi, dimana kita menyimpulkan bahwa apa yang kita ketahui benar untuk kasus atau kasus-kasus, juga akan benar untuk semua kasus yang serupa dengan yang tersebut tadi dalam hal-hal tertentu.

2 MACAM INDUKSI Generalisasi induktif Apel 1 keras, hijau manis rasanya Apel 2 keras, hijau manis rasanya Apel 3 keras, hijau manis rasanya Apel 4 keras, hijau manis rasanya Semus Apel yang keras, hijau manis rasanya

2. Analogi Indukti Apel 1 keras, hijau manis rasanya Apel 2 keras, hijau manis rasanya Apel 3 keras, hijau manis rasanya Jadi Apel 4 ini keras, hijau manis rasanya

Catatan: 1. Konklusi analogi induktif tidak selalu berupa proposisi universal, akan tetapi tergantung dari subyeknya yang diperbandingkan dalam analogi. 2. Analogi induktif dapat digunakan untuk mendeterminasikan apakah suatu obyek atau fakta itu, dan sifat-sifat apakah yang dapat diharapkan padanya, sedangkan generalisasi induktif digunakan untuk menemukan hukum, menyusun teori atau hipotesa

Ciri-ciri Induksi Premis induksi adalah proposisi empirik (basic statement) Konklusi penalaran induktif lebih luas daripada apa yang dinyatakan di dalam premisnya Konklusi induktif memiliki kredibilitas rasional, atau disebut probabilitas.

3 SYARAT GENERALISASI INDUKTIF Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik (jumlah tertentu) Generalisasi tidak harus terbatas secara spasio-temporal (berlaku dimana saja dan kapan saja) Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.

FAKTOR PROBABILITAS DALAM INDUKSI Semakin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, semakin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya. Semakin besar jumlah fakta analogi di dalam premis, semakin rendah probabilitas konklusinya, dan sebaliknya

3. Semakin besar jumlah fakta yang disanaloginya di dalam premis, semakin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya 4. Semakin luas konklusinya semakin rendah probabilitas, dan sebaliknya. .