HUBUNGAN INDUSTRIAL Sesi 8 Oleh: Mohammad Mustaqim, MM, AAAIJ, QIP

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERJANJIAN KERJA.
Advertisements

SOP PPID DAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK
PERJANJIAN KERJA Oleh: TOGAR SILALAHI,SH
HUKUM KETENAGAKERJAAN
Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
Dr. H. WIDHI HANDOKO, SH., Sp.N.
PASAL 7 UU KUP SURAT TAGIHAN PAJAK
Pajak Penghasilan Final
PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI’AH
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN
UU 21/2000 (SP/SB) Penjelasan Umum Ayat (1)
BIRO PEMBIAYAAN DAN PENJAMINAN BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI ANGGOTA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ABUL YATAMA ACEH
JAMSOSTEK.
Penghapusan Piutang Negara
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (2)
MSDM – Handout 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial
HUBUNGAN INDUSTRIAL Sesi 6 Oleh: Mohammad Mustaqim, MM, AAAIJ, QIP
copyright by Elok Hikmawati
SELAMAT BERJUMPA SELAMAT BERJUMPA.
Pajak Pertambahan Nilai
PERJANJIAN KERJA BERSAMA DAN PERATURAN PERUSAHAAN
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
Aspek Kerahasiaan dalam kegiatan Perusahaan
Teori tentang Rahasia Bank
P3PHK (Kuliah XII) PHK Bag. 2.
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XII) PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati.
PERTEMUAN 10 SURAT PEMBERITAHUAN 8 MEI 2011 Surat Pemberitahuan.
PKB Dalam Hukum Indonesia
ASPEK-ASPEK KETENAGAKERJAAN
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Bank dan Lembaga keuangan 1 PTA 2015/2016
KONTRAK, TKA, DAN PHK SRI RAZZIATY ISCHAYA DPN APINDO, 9-10 MEI 2007.
Dr. La Ode Hasiara, Drs.,S.E.,M.M.,M.Pd.,Ph.D., Ak., CA.
WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
INDUSTRIAL RELATIONS MANAGEMENT
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XI) MOGOK KERJA DAN LOCK OUT
DASAR PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA BAMBANG PRIYANTO, SH.
LEMBAGA KEUANGAN NON BANK Badan Usaha Asuransi
HUKUM KETENAGAKERJAAN
legal aspek produk teknik informatika & komunikasi -PATEN ( 2) -
PERJANJIAN KERJA BERSAMA DAN PERATURAN PERUSAHAAN
ASPEK-ASPEK KETENAGAKERJAAN
Hukum Ketenagakerjaan, Hubungan Industrial dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Eko Sakapurnama.
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
PPh Pasal 21 Perpajakan 2 15/11/2016.
Pertemuan 10 Perseroan terbatas (1) PT bentuk Badan Hukum sempurna, Macamnya, Pendirian, Pendaftaran & PenGumuman, Anggaran Dasar, dan Nama PT.
BAB VIII PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING
PERTEMUAN 10 SURAT PEMBERITAHUAN 8 MEI 2011 Surat Pemberitahuan.
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
Pajak Penghasilan Final
HUBUNGAN KERJA.
HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA
MEMAHAMI BERBAGAI KONTRAK KERJA
Hukum Ketenagakerjaan, Hubungan Industrial dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Eko Sakapurnama.
Oleh: Dr. Danang Wahyu Muhammad, S.H., M.Hum.
CAL DI INDONESIA _________________
copyright by Elok Hikmawati
Oleh: Dr. Danang Wahyu Muhammad, S.H., M.Hum.
PERJANJIAN KERJA BERSAMA DAN PERATURAN PERUSAHAAN
DESAIN INDUSTRI, RAHASIA DAGANG dan DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (HAK PEKERJA YANG DI PHK)
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)
PRESENTASI PENGANTAR HUKUM BISNIS Kelas MB.4 / IV Kelompok 3 (tiga)
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (JENIS-JENIS PHK)
MOGOK KERJA DAN LOCK OUT PRODI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
MSDM – Handout 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial.
Pendirian Bisnis di Bidang Teknologi Informasi
Legal Aspek Tenaga Kesehatan
Transcript presentasi:

HUBUNGAN INDUSTRIAL Sesi 8 Oleh: Mohammad Mustaqim, MM, AAAIJ, QIP “Status Hubungan Kerja & Ketentuan TKA”

Status Hubungan Kerja Substansi Utama Turunan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) Perjanjian Kerja HARIAN atau LEPAS Turunan Perjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing) Magang / Internship

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu Sebutan: Karyawan Kontrak, Temporer, Anorganik Ketentuan Lain: Perjanjiannya harus tertulis latin dalam bahasa Indonesia Tidak ada masa percobaan

Jenis Pekerjaan PKWT pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; pekerjaan yang bersifat musiman; atau pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. “Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap”

Jangka Waktu PKWT Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui, tergantung jenis pekerjaan PKWT-nya PKWT yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja yang bersangkutan. Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun

Perpanjangan & Pembaharuan PKWT Perjanjian Kerja yang dapat diperpanjang adalah: PKWT terkait dengan produk baru (Jenis ke 4) PKWT atas pekerjaan sekali selesai / bersifat sementara (Jenis ke 1) PKWT atas pekerjaan yang diperkirakan selesai maksimal 3 tahun (Jenis ke 2) Perjanjian Kerja yang dapat diperbaharui adalah: Perjanjian Kerja yang TIDAK dapat diperpanjang atau diperbaharui adalah: PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman (Jenis ke 3)

PKWT berakhir sebelum waktunya Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja, kecuali disebabkan karena: pekerja meninggal dunia; berakhirnya/selesainya pekerjaan yang diperjanjikan (harus dinyatakan); adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTT Pasal 15 Kepmenakertrans No 100/MEN/VI/2004 (1) PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja. (2) Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam jenis pekerjaan yang dipersyaratkan, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja. (3) Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru menyimpang dari ketentuan jangka waktu perpanjangan, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak dilakukan penyimpangan. (4) Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT tersebut. (5) Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja dengan hubungan kerja PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), maka hak-hak pekerja dan prosedur penyelesaian dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan bagi PKWTT.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap Sebutan: Karyawan Tetap, Permanen, Organik Ketentuan Lain: Perjanjiannya dapat lisan atau tertulis Diperkenankan adanya masa percobaan Berakhir normal pada usia pensiun (umumnya s/d pekerja berusia 55 tahun)

Surat Pengangkatan Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang sekurang- kurangnya memuat keterangan: nama dan alamat pekerja; tanggal mulai bekerja; jenis pekerjaan; besarnya upah.

PERJANJIAN KERJA HARIAN/LEPAS Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian atau lepas. Perjanjian kerja harian lepas dilakukan dengan ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu)bulan. Dalam hal pekerja bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi PKWTT.

PERJANJIAN KERJA HARIAN/LEPAS Perjanjian kerja harian lepas yang memenuhi ketentuan dikecualikan dari ketentuan jangka waktu PKWT pada umumnya. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja pada pekerjaan dengan Perjanjian Kerja Harian wajib membuat perjanjian kerja harian/lepas secara tertulis dengan para pekerja. Perjanjian kerja harian/lepas dapat dibuat berupa daftar pekerja yang melakukan pekerjaan sebagaimana dimaksud dengan sekurang-kurangnya memuat : nama/alamat perusahaan atau pemberi kerja. nama/alamat pekerja. jenis pekerjaan yang dilakukan. besarnya upah dan/atau imbalan lainnya. Daftar pekerja sebagaimana dimaksud diatas disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak mempekerjakan pekerja.

Perjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing) Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja yang dibuat secara tertulis. Perusahaan lain sebagaimana dimaksud diatas harus berbentuk badan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud diatas sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Syarat Pemborongan Kerja (Outsourcing) dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan ; dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan; merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan alur kegiatan kerja perusahaan pemberi pekerjaan. tidak menghambat proses produksi secara langsung artinya kegiatan tersebut adalah merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana biasanya

Hubungan Kerja Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing) Hubungan kerja dalam pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Kerja diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja yang dipekerjakannya atas dasar PKWT atau PKWTT Dalam hal ketentuan syarat pemborongan kerja dan syarat perusahaan lain tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja dengan perusahaan pemberi pekerjaan.

Internship / Magang Program kerjasama dengan institusi pendidikan yang bersifat saling menguntungkan Instansi berwenang, khususnya Depnakertrans, biasanya tidak mempermasalahkan hal ini dan dianggap sebagai hal di luar area hubungan industrial Solusi yang relatif aman bagi para pengusaha

Ketentuan Tenaga Kerja Asing Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Perlunya pemberian izin penggunaan tenaga kerja warga negara asing dimaksudkan agar penggunaan tenaga kerja warga negara asing dilaksanakan secara selektif dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja Indonesia secara optimal. Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing. Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.

RPTKA & IKTA/IMTA Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk yang isinya memuat: alasan penggunaan tenaga kerja asing jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan Rencana penggunaan tenaga kerja warga negara asing merupakan persyaratan untuk mendapatkan izin kerja (IKTA).

Kewajiban Perusahaan Pengguna TKA menunjuk tenaga kerja lokal sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja lokal tersebut sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing. “Hal ini tidak berlaku bagi tenaga kerja asing yang menduduki jabatan direksi dan/atau komisaris”

Standar Kompetensi bagi TKA Standar Kompetensi adalah kualifikasi yang harus dimiliki oleh tenaga kerja warga negara asing Standar tersebut antara lain: pengetahuan, keahlian, keterampilan di bidang tertentu, pemahaman budaya Indonesia.

Sanksi Penggunaan TKA Tanpa Izin dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).

Sanksi Tidak Menunjuk TK Pendamping dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Ketentuan Lain Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu (Diatur lebih lanjut dalam Permenakertrans No.... Thn... Tentang Golongan & Jenis Jabatan TKA) Tenaga kerja asing harus memiliki proteksi Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Diatur lebih lanjut dalam Kepmenakertrans No 2 /XII/2004) Tata Cara Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing diatur lebih lanjut dalam Kepmenakertrans No 228 thn 2003 Tata Cara Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing diatur lebih lanjut dalam Kepmenakertrans No 20 thn 2004