2. STADIA PERKEMBANGAN PERTANIAN DAN PENGGUNAAN TANAHNYA
POLA PENGGUNAAN TANAH F G H I SKEMA F G H I A B C D E A DAERAH MASIH TERTTUTUP HUTAN B MANUSIA DATANG, SDH MENGENAL CARA BERTANI C SEBAG LADANG DIJADIKAN PERSAWAHAN D SAWAH TADAH HUJAN JADI DIAIRI E WIL HUTAN MULAI DIGARAP F = E BEDANYA LADANG BERKURANG G PERTANIAN MULAI MENETAP H MULAI MERAMBAH HUTAN DAN PANTAI I HUTAN SDH MULAI TERBATAS Skema A-I Perkembangan pola penggunaan tanah
PROFIL KETINGGIAN 3
Basis Data Lahan & Tanah Basis Data Laboratorium SURVEI LAPANGAN Data Sosek Data Iklim Basis Data Sosek Basis Data Iklim Drainase Bahan Kasar Curah Hujan Temperatur Kelembaban Lereng Batuan Permukaan Singkapan Batuan Bahaya Banjir & Erosi Analisis Laboratorium pH, C-Organik, KTK liat, KB, Tekstur Contoh Tanah Data Lahan Morfologi Tanah Basis Data Lahan & Tanah Basis Data Laboratorium
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN TANAH SKEMA A manusia blm ada di daerah yg bersangkutan, seluruh daerah masih tertutup hutan, daerah di bawah ketinggian 10 m masih tertutup rawa, dan hutan rawa SKEMA B Manusia pertama datang, yg sdh mengenal cara bertani. Kehidupan dan peralatan msh sederhana, mulai berladang di ketinggian 25 m SKEMA C Sebag luas ladang dijadikan persawahan, tempat tinggal menetap membentuk kampung, SKEMA D Sawah tadah hujan mulai bisa diairi, sebag ladang berubah menjadi kebun campuran, perluasan daerah pertanian mulai ke atas 5
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN TANAH SKEMA E wil hutan di dataran rendah mulai digarap menjadi persawahan, persawahan lebih luas, dan perkampungan makin banyak, kebutuhan hidup mulai menekan SKEMA F hampir = E, bedanya ladang berkurang, dan berubah menjadi kebun campuran yg ditanami buah2an dan rempah2 SKEMA G Tekanan kebutuhan memaksa membuat tanah kebun di daerah atas, dan pengeringan rawa SKEMA H Tekanan jlh manusia, merambah hutan dan daerah pantai menjadi sawah shg mulai timbul masalah SKEMA I kerusakan tanah mulai terjadi di atas, dan di pantai akibat over use 6
WILAYAH TANAH USAHA terbatas RAWA-TAMBAK IKAN-SAWAH 0 - 3 0 - 7 NO WILAYAH TANAH USAHA LERENG (%) TINGGI (M) terbatas RAWA-TAMBAK IKAN-SAWAH 0 - 3 0 - 7 Utama 1 SAWAH 1x SETAHUN –SAWAH 2x SETAHUN 3 – 8 7 - 25 SAWAH-PERKEBUNAN-PERTANIAN TNH KERING 8 – 15 25 – 100 15 – 25 100 – 500 Utama 2 SAWAH-TANAMAN IKLIM SEDANG 25 – 40 500 – 1000 HUTAN LINDUNG > 40 1000
Sifat2 wilayah sehubungan dg tempat kegiatan masyarakat (wilayah tanah usaha) Dua hal yg paling menentukan bagi tanah atau wilayah sbg tempat kegiatan masy./tanah usaha ketinggian & lereng Ketinggian daerah beriklim panas seperti Indonesia, perubahan iklim yg memberi pengaruh atas pertumbuhan tanaman tdk terletak pd waktu, tetapi pada perbedaan tinggi letak suatu tempat di atas permukaan laut
Berkaitan dengan penggunaan tanah ketinggian pokok memp arti penting bagi penggunaan tanah di Indonesia Ketinggian 0 – 10 m, dan 10-25 m daerah2 yg terpadat penduduknya di Indonesia umumnya, khususnya di Jawa Ketinggian 25-500 m daerah pertanian yg baik, tetapi jumlah tnh yg datar dan dpt diairi relatif berkurang, pada ketinggian >100 m topografinya biasanya sedikit lebih kasar. Perkampungan sedikit menyebar dan memencil, sbg akibat sulitnya topografi untuk pembuatan jalan
500-1000 m daerah peralihan antara daerah beriklim panas/tropika dan daerah yg beriklim sedang di atas 1000 m. Tumbuhan pada ketinggian ini merupakan tumbuhan tropika, meski tumbuh hasilnya kurang baik. Mis kelapa dan karet tumbuh tetapi hasilnya tdk seberapa, karet tdk menghasilkan getah. Padi msh tumbuh dg baik, tdk sebaik <500 m. Hujan cukup banyak shg tutupan penumbuhan atau usaha lain yg dpt mencegah erosi sangat perlu. > 1000 m bukan lagi daerah tropika krn suhunya cukup rendah. Iklim sedang di daerah tropika mulai ketinggian 1200 m, tetapi perbedaan iklim ant ketinggian 1000 m dg 1200 m tdk jauh berbeda
- Pengusahaan tanaman tropika > 1000 m msh bisa tetapi tdk ekonomis - padi yg di bawah memerlukan 3-4 bln untuk matang, ketinggian >1000 m perlu waktu 2x lamanya untuk dituai - daerah2 berlereng terjal untuk tiap satuan luas jauh lebih banyak dari pada di bawah seyogyanya daerah ini dihutankan guna pengawetan tanah usaha di bawah
KEMIRINGAN LERENG BATAS TANAH USAHA SEBAIKNYA KEMIRINGAN > 40 % TANAH2 DG KEMIRINGAN > 40% DISARANKAN TDK DIUSAHAKAN, TETAPI UNTUK HUTAN LINDUNG DAERAH INI TDK AKAN TERBATAS LETAKNYA PADA WIL TERTENTU, TETAPI BISA TERDAPAT DIMANA SAJA TANAH BERLERENG < 40% SEBAIKNYA DIUSAHAKAN DG MEMPERHATIKAN KELESTARIAN TANAH WIL TANAH USAHA DIATAS BISA DILIHAT PADA SKEMA A SAMPAI I, DAN GAMBAR
Kelas lereng (ITC, 1985) derajat % Karakteristik proses Aplikasi budidaya 0 - 2 Datar atau hampir datar. Denudasi tdk signifikan. Perjalanan mudah dlm kondisi kering Semua budi daya 2 - 4 2 - 7 Miring landai. Erosi mulai terjadi Jalan tol, jalan KA (s/d 3%), Perumahan umum 4 - 8 7 - 15 Miring. Erosi semakin intensif (pada tanah gundul); Perumahan umum, jalan umum 8 - 16 15 - 30 Terjal sedang. Gerakan tanah, rayapan. Erosi lembar dan rill. Susah untuk traktor dan truk Perumh terstruktur, Kawasan ‘buffer’ 16 - 35 30 - 70 Terjal. Denudasi intensif. Gerakan tanah intensif. Erosi tanah sangat berbahaya Kawasan lindung: hutan/tnm. keras 35 - 55 70 - 140 Sangat terjal. Singkapan batuan. Gerakan tanah/ gelinciran batuan. Kawasan lindung: hutan >55 >140 Terjal ekstrim. Singkapan batuan. Denudasi dinding. Jatuhan batu. Runtuhan batu / topple 16
Persen lereng tgα x 100% t/d x 100% t α d 17
Menghitung % lereng pada peta Beda tinggi Panjang x skala X 100% 18
28
29
PRAKTIKUM ACARA I TATAGUNA LAHAN YG ADA PADA SUATU LOKASI MENGAPA HAL TERSEBUT BISA TERJADI PERUBAHAN LAHAN PADA MASA MENDATANG ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
KONDISI KAWASAN PANTURA JAKARTA Slum Area Kemacetan Hutan bakau Kampung Nelayan Abrasi Pelabuhan ikan Endapan sampah
PRAKTIKUM ACARA II MEMBUAT PETA PENGGUNAAN LAHAN DARI PETA RUPA BUMI/PETA TOPOGRAFI 1. MENDELINEASI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PADA PETA TOPOGRAFI 2. PETA DIBUAT PADA KERTAS TRANSPARAN UKURAN FOLIO 3. PETA DIBUAT SESUAI KAIDAH2 KARTOGRAFI, YAITU DIBERI ARAH UTARA, SKALA, LEGENDA, SUMBER PETA DAN PEMBUAT PETA
BENTUK LAHAN BENTUKAN ASAL PROSES DENUDASIONAL Pegunungan denudasional Perbukitan denudasional Perbukitan terisolasi Perbukitan nyaris dataran Lereng kaki Aluvial plain (gabungan kipas aluvial) Dinding terjal Daerah dengan gerak masa Kerucut talus (kipas koluvial)
Geomorfologi Parametris Luas (kawasan, DAS, genangan reservoir) Panjang (jalan, sungai, sesar, lereng) Lebar (jalan,sungai, danau, zona sesar) Elevasi (objek-objek geografis) Persen lereng (karakteristik lereng, aplikasi terhadap lereng: jalan tol, KA, lapangan terbang, perkotaan, dll) 45