PENAFSIRAN TEKS Ki Puji Karyanto
Penafsiran Penafsiran atau interpretasi karya sastra berarti penjelasan makna karya sastra. Menafsirkan karya sastra berarti menangkap makna karya sastra, tidak hanya menurut apa adanya, tetapi menerangkan juga apa yang tersirat dengan mengemukakan pendapat sendiri Penafsiran dibedakan dari penerimaan. Setiap reaksi dari pihak pembaca, baik langsung maupun tidak langsung disebut penerimaan. Penafsiran merupakan bentuk khusus dari penerimaan karena mensyaratkan adanya susunan laporan secara sistematik dan argumentasi yang memadai dalam usahanya untuk mengartikan teks.
Tahap-tahap Dalam Penafsiran Penafsiran filologik (jika menyangkut teks lama) Menentukan arti langsung yang primer Bila perlu menjelaskan arti-arti implisit Menentukan tema Bila perlu menjelaskan arti-arti simbolik dalam teks
Jenis-Jenis Penafsiran Penafsiran yang bertolak dari pendapat bahwa teks itu sendiri sudah jelas. Menurut pandangan ini isyarat dan susunan teks membuka kesempatan bagi seorang pembaca yang kompeten untuk menemukan arti yang tepat. Penafsiran yang berusaha untuk menyusun kembali arti historik. Dalam pendekatan ini si juru tafsir dapat berpedoman pada maksud si pengarang seperti nampak dari teks sendiri atau data di luar teks. Penafsiran hermeneutik baru (Gadamer) yang berusaha memadukan masa silam dan masa kini. Juru tafsir sadar bahwa ia berdiri di tengah-tengah suatu arus sejarah (cara ia mengartikan sebuah teks dipengaruhi oleh tradisi, individualitas, dan masyarakatnya) Tafsiran-tafsiran yang dengan sadar disusun dengan bertolak pada pandangannya sendiri mengenai sastra (Marxis, Feminis, dsb) Tafsiran-tafsiran yang bertitik tolak dari problematik tertentu (permasalahan psikologis, sosiologis, antropologis, dsb) Tafsiran-tafsiran yang tidak langsung berusaha agar secara memadai teks ditafsirkan, melainkan hanya menunjukkan kemungkinan-kemungkinan yang tercantum dalam teks.
Dalil-Dalil Sastra Menurut J Dalil-Dalil Sastra Menurut J. Elema dalam Poetica dan Hubungannya dengan Nilai Sastra Karya sastra mempunyai nilai seni apabila pengalaman jiwa yang menjadi dasarnya dapat dijelmakan ke dalam kata secara “lengkap” Pengalaman jiwa itu makin tinggi nilainya bila pengalaman itu makin banyak meliputi keutuhan jiwa Pengalaman jiwa itu makin tinggi nilainya bila pengalaman itu makin kuat Pengalaman itu makin tinggi nilainya bila isi pengalaman itu makin banyak (makin luas dan makin jelas perinciannya)
Niveaux (Lima Tingkatan Jiwa Manusia) Dalam Sastra Niveau Anorganis, tingkatan jiwa yang terendah, yang sifatnya seperti benda mati -> dalam sastra berupa bentuk formal Niveau Vegetatif, tingkatan seperti tumbuh-tumbuhan, seperti pohon mengeluarkan bunga, daunnya yang muda, gugur, dan seterusnya -> dalam sastra berupa rangkaian kata-kata yang menyenangkan Niveau Animal, tingkatan seperti yang dicapai oleh binatang, yaitu sudah ada nafsu-nafsu jasmaniah -> dalam sastra berupa presentasi nafsu-nafsu naluriah Niveau Human, tingkatan jiwa yang dicapai oleh manusia berupa perasaan belas kasih, baik-buruk, gotong royong, dsb -> dalam sastra berupa renungan-renungan batin, konflik kejiwaan, rasa simpati, dsb Niveau Religius/Filosofis, tingkatan kejiwaan yang tertinggi, tidak dialami oleh manusia dalam kehidupannya setiap saat, persoalan hakikat segala sesuatu. -> berupa kata-kata renungan batin, pengalaman mistik, filosofis, dsb
Adakah yang lebih indah Dari bibir padat merekah Adakah yang lebih manis Dari gelap di bayang alis? Di keningnya pelukis ragu: Mencium atau menyelimuti bahu? Tapi rambutnya menuntun tangan hingga pantatnya, penuh saran Lalu paha, pualam pahatan Mendukung lengkung perut. Berkisar ke pusat, lalu surut Agak ke bawah, ke pusar segala hitam pekat, siap menerima dugaan indah Ah, dada yang lembut menekan hati Terimalah Kematangan mimpi lelaki
Kau dewiku, penghibur malam hampa Segala perbuatan siang yang sia-sia Kebosanan abadi jadilah lupa Dan badan hancurnikmat terasa Di matamu api ingin tak puas membakar tulang, hingga ke sumsum diperas. Kauserahkan pada binatang malam hari nafasmu, semakin buas menjadi Adakah candi pedupaan lebih mulia Dari kesucian pualam tubuhmu Adakah lebih pemurah dari pangkuanmu Dan panas rahmat dirangkul mulut dosa? Padamu seluruh setia dan sembah sajak penyair dan mimpi indah! Kelupaan sesaat, terlalu nikmat Pada siksa ingin semakin melumat
Bye, Bye..... CU Next Week