SISTEM SENSORIS II
fotoreseptor fotoreseptor terdiri atas 2 jenis sel yaitu : 1. koni (kerucut) 2. basili (batang). Sel basili (lebih banyak) →berfungsi : melihat dalam cahaya remang-remang, tidak untuk melihat warna.
Koni berfungsi untuk melihat cahaya terang dan warna. Lateral terhadap bintik buta terdapat makula lutea, dengan cekungan kecil dipusatnya yang disebut fovea sentralis. Fovea sentralis hanya mengandung sel koni; makula mengandung kebanyakan sel koni, yang makin berkurang ke arah perifer
Retina perifer hanya mengandung basili. Agar melihat jelas, berkas cahaya harus jatuh tepat pada fovea sentralis, yang besarnya hanya seujung jarum pentul. Semua bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina disebut media refraksi
Media refraksi yaitu : 1. Kornea 2. Lensa 3. Korpus vitreus. Mata normal akan membiaskan cahaya yang memasuki mata sedemikian rupa sehingga bayangannya jatuh tepat di retina, di fovea sentralis.
SENSORI PENDENGARAN Telinga dibagi dalam 3 bagian : 1. Telinga luar 2. Telinga tengah 3. Telinga dalam.
I.Telinga luar Telinga luar terdiri atas : 1. Aurikula (daun telinga) 2. Meatus akustikus eksterna (liang telinga luar) Meatus akustikus eksterna (MAE) terdapat diantara daun telinga dan membran timpani.
Telinga luar seluruhnya dilapisi kulit, dengan rambut, kelenjar sebasea, kelenjar apokrin yang telah dimodifikasi disebut kelenjar seruminosa. Kelenjar ini mensekresi serumen dan tahi telinga. Normalnya harus basah, sesuai fungsinya untuk menangkap benda asing dan mencegah serangga masuk.
Telinga luar dipisahkan dari telinga tengah oleh membran timpani.
II. Telinga tengah Telinga tengah merupakan sebuah rongga, dinding lateralnya adalah membran timpani dan dinding medialnya adalah permukaan luar telinga dalam. Rongga ini dilalui oleh 3 buah tulang kecil (tulang pendeengran), yaitu malleus, inkus dan stapes
3 buah tulang kecil (tulang pendengaran), yaitu malleus, inkus dan stapes ini membentang dari membrana timpani ketelinga dalam (foramen ovale). Rongga ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius.
III. Telinga dalam Telinga dalam disebut juga labirin terdiri atas sebuah sistim saluran yang tidak beraturan (labirin membranosa) yang dibatasi oleh tulang (labirin tulang).
Labirin tulang dapat dibagi dalam 3 bagian yang secara struktural dan fungsional berbeda, yaitu vestibulum, koklea dan kanalis semisirkularis. Labirin tulang ini berisikan perilimf. Labirin membranosa yang dikelilingi dan berenang dalam perilimf, berisikan endolimf.
Vestibulum. Di dalam vestibulum terdapat 2 kantung labirin bermembran, yaitu sakulus dan utrikulus. Sakulus (lebih kecil) berhubungan dengan duktus koklearis melalui saluran kecil Utrikulus berhubungan dengan kanalis semisirkularis
Pada sakulus dan utrikulus terdapat reseptor keseimbangan yang disebut makula, untuk memantau perubahan posisi kepala.
Kanalis semisirkularis Kanalis semisirkularis. Terdapat 3 kanalis semisirkularis, yang tersusun dalam 3 bidang yang berbeda (anterior, posterior dan lateral). Di dalam kanalis semisirkularis tulang terdapat 3 duktus semisirkularis. Masing-masing duktus memiliki satu ujung yang melebar disebut ampula.
Ampula berisikan reseptor keseimbangan disebut krista ampularis. Reseptor ini berespons terhadap gerak anguler (rotasi) dari kepala.
Koklea. Merupakan ’saluran’ tulang berpilin konis (rumah siput). Ia meluas dari bagian anterior vestibulum dan berpilin 2 ½ kali mengelilingi tulang yang disebut modiolus. Di dalamnya terdapat duktus koklearis, yang berakhir buntu di apeks koklea.
Di dalam duktus koklearis terdapat organ Corti, reseptor pendengaran. Duktus koklearis bersama lamina spiralis membagi rongga koklea menjadi 3 bagian (skala) terpisah, yaitu : 1. skala vestibuli (atas) 2. skala media (tengah) 3. skala timpani (bawah)
SELAMAT BELAJAR Organ Corti terdapat di dalam skala media. Gangguan pendengaran dapat meliputi tuli (konduktif dan sensoris), tinitus atau sindrom meniere. SELAMAT BELAJAR