MATERI EKONOMI MONETER PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN NILAI TUKAR MATERI EKONOMI MONETER PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN
PENDEKATAN DALAM TEORI NILAI TUKAR (KURS) Dalam pembahasan teori-teori kurs dibagi menjadi 2 pendekatan yaitu: Pendekatan Teori Kurs Tradisional Didasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli untuk mengetahui pergerakan nilai tukar dalam jangka panjang. Pendekatan ini disebut juga pendekatan elastisitas dalam pembentukan kurs Pendekatan Teori Kurs Modern Menjelaskan perubahan nilai kurs pada pasar modal dan arus modal internasional serta menganalisis perubahan nilai kurs dalam jangka pendek yang sifatnya tak terduga untuk mencapai keseimbangan jangka panjang
PENDEKATAN TRADISIONAL Pendekatan ini mendasarkan pertukaran barang dan jasa antar negara, artinya: Nilai perdagangan menentukan kurs sehingga disebut pendekatan perdagangan (trade approach)/pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs Kondisi Perekonomian Full employment: Neraca perdagangan mengalami defisit kebijakan depresiasi penggunaan SDA untuk memproduksi barang-barang ekspor atau substitusi impor Kondisi Perekonomian jauh dari Full employment: Neraca perdagangan mengalami defisit kebijakan domestik untuk mengurangi belanja domestik dan SDA untuk barang-barang ekspor atau substitusi impor
Pendekatan perdagangan ini menekankan pada pentingnya peran perdagangan atau arus pertukaran barang dan jasa dalam pembentukan kurs, dan tidak semua fenomena perubahan kurs yang terjadi dapat dijelaskan dengan pendekatan teori ini. Tetapi paling tidak sudah bisa memberikan gambaran mengenai faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi kurs.
PENDEKATAN MONETER Pendekatan moneter ini berasumsi tidak mengenal kekakuan pasar yang menghambat kecepatan penyesuaian kurs dan harga lainnya, untuk mencapai keseimbangan jangka panjang (mempertahankan full employment). Formulasinya dibentuk mula-mula dari: Eab = Pa/Pb Dimana: Eab = kurs antara mata uang negara A dan mata uang negara B Pa = tingkat harga umum yang berlaku di negara A Pb = tingkat harga umum yang berlaku di negara B
Permintaan & penawaran uang di negara A Pa = Msa /L (Ra, Ya) Permintaan & penawaran uang di negara B Pb = Msb /L (Rb, Yb) Dimana: Msa = Penawaran uang negara A Msb = Penawaran uang negara B L (R, Y) = Permintaan uang riil agregate suatu negara yang merupakan fungsi menurun terhadap tingkat bunga (R) dan meningkat terhadap output riil (Y). Ketiga persamaan di atas digabung menjadi: Eab = Pa/Pb = Msa /L (Ra, Ya) Msb /L (Rb, Yb)
Atau menjadi persamaan/formula: Eab = Pa/Pb = (Msa/ Msb) x [L(Rb, Yb)/(Ra, Ya)] Persamaan ini menyatakan bahwa harga relatif mata uang A dan B dalam jangka panjang sepenuhnya tergantung pada penawaran-penawaran relatif kedua mata uang serta permintaan-permintaan riil relatifnya. Berbagai perubahan suku bunga dan tingkat output hanya dapat mempengaruhi kurs melalui pengaruhnya terhadap permintaan uang.
Perbedaan Pendekatan moneter dengan pendekatan tradisional/pendekatan perdagangan yaitu: Pendekatan perdagangan menekankan pada intensitas perdagangan barang dan jasa antara dua barang dalam menjelaskan mengenai perubahan kurs antara 2 mata uang dari 2 negara Pendekatan moneter menjelaskan bahwa kurs mata uang tercipta dari proses penyamaan atau penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang masing-masing negara, dimana penawaran mata uang di suatu negara diasumsikan ditentukan oleh otoritas moneternya, sedangkan permintaan uang ditentukan oleh tingkat pendapatan riil, tingkat harga dan tingkat suku bunga. Pendapatan dan tingkat harga permintaan uang , tingkat bunga permintaan uang
TEORI PARITAS DAYA BELI (PURCHASING POWER PARITY) Teori Paritas Daya Beli dibedakan menjadi 2 yaitu: Secara Absolut Merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang adalah rasio dari tingkat harga umum dari dua negara yang bersangkutan. Formulasinya: Eab = Pa/Pb dimana: Eab = kurs antara mata uang negara A dan mata uang negara B Pa = tingkat harga umum yang berlaku di negara A Pb = tingkat harga umum yang berlaku di negara B
Asumsi implisit dari rumusan teori PPP absolut ini adalah: Dalam konteks perdagangan dan hubungan keuangan internasional tidak ada biaya transportasi, tariff atau kendala lain yang dapat menghalangi laju perdagangan barang dan uang secara bebas. Semua jenis komoditas dapat dapat diperdagangkan secara bebas dan tidak terjadi gangguan struktural (misalnya adanya boikot) Karena adanya asumsi-asumsi pada teori PPP absolut yang tidak realistis inilah menyebabkan adanya teori PPP relatif
Secara Relatif Teori Paritas Daya Beli (PPP) relatif menyatakan fluktuasi kurs dalam jangka waktu tertentu akan bersifat proporsional atau sebanding besarannya terhadap perubahan tingkat harga yang berlaku di kedua negara selama periode yang sama. Formulasinya sebagai berikut: (Pa1/Pa0) Eab1 = Eab0 (Pb1/Pb0) Dimana : Eab1 = Kurs pada periode satu Eab0 = Kurs pada periode dasar
TEORI NILAI TUKAR LAINNYA Teori lain dikemukakan oleh Jagdhis Baghwati dan Irving Kravis dari Universitas Pennsylvania dan Robert Lipsey yang menjelaskan mengenai lebih rendahnya tingkat harga di negara-negara miskin dibandingkan negara maju. Pandangan mereka lebih menitik beratkan pada perbedaan faktor endowments yang berupa faktor produksi modal dan tenaga kerja bukan perbedaan tingkat produktivitas di antara negara-negara. Negara kaya rasio modal dengan tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan negara berkembang karena negara maju lebih banyak modal dibandingkan tenaga kerja, dan sebaliknya negara berkembang lebih banyak tenaga kerja daripada modal. Sehingga negara maju produktivitasnya relatif lebih besar dibanding dengan negara berkembang.
Diasumsikan selisih kelimpahan antar negara maju dan negara berkembang cukup besar sehingga mekanisme penyamaan faktor-faktor produksi tidak mudah Untuk menjelaskan kurs keseimbangan terjadi, misal perekonomian hanya Amerika dengan mata uang dollar AS ($) dan Indonesia dengan mata uang rupiah (Rp). Nilai tukar mata uang dollar terhadap rupiah pada dasarnya konsep yang menjelaskan berapa jumlah yang diperlukan untuk membeli 1 dollar AS Maka rumus penentuan kursnya (R) yaitu: R = Rp/$
SISTEM NILAI TUKAR Pada perekonomian di dunia pada dasarnya ada 2 macam sistem kurs yaitu sistem kurs tetap (Fixed exhange rate system) dan sistem kurs mengambang (Floating exchange rate system) disebut juga dengan Freely exchange rate/Flexible exchange rate Yang banyak digunakan pada perekonomian di dunia adalah sistem kurs mengambang. Sistem kurs mengambang dibagi menjadi 2 variasi yaitu: Dirty float yaitu apabila pemerintah secara aktif melakukan usaha stabilisasi kurs valuta asing Clean float yaitu apabila pemerintah tidak melalukan stabilisasi kurs.
Sistem Nilai Tukar Mengambang (floating exchange rate) Pergerakan nilai tukar suatu mata uang dalam sistem nilai tukar mengambang ditentukan oleh pergerakan sisi permintaan dan penawaran Bila pertumbuhan permintaan lebih cepat dari pertumbuhan penawaran, maka mata uang tersebut akan semakin mahal (apresiasi) Bila nilai tukarnya melemah, atau mengalami depresiasi, maka artinya pertumbuhan permintaan lebih lambat dari pertumbuhan penawaran
Penetuan Niali Tukar dalam Sistem Kurs Mengambang Apresiasi Rupiah D2US$ D1US$ S2US$ S1US$ 1US$=Rp Q2 Q1 3000 4000 US$
Sistem Nilai Tukar Mengambang kondisi penguatan (apresiasi) nilai tukar rupiah, yang berarti pertumbuhan permintaan rupiah lebih tinggi dari penawarannya. Hanya saja, karena mata uang rupiah tidak digunakan secara luas dan transaksi internasional, maka nilai rupiah harus dinyatakan dalam nilai mata uang asing yang dipakai sangat luas. Dalam hal ini nilai rupiah dinyatakan dalam nilai mata uang Amerika Serikat. Misalnya, pada awalnya 1 US$ = Rp. 4.000,-. Nilai tukar yang terbentuk ini merupakan hasil interaksi antara permintaan US$ dengan penawaran US$. Menguatnya nilai rupiah dilihat dari sisi mata uang Amerika Serikat merupakan melemahnya (depresiasi) US$. Hal ini ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran US$ ke kanan yang jaraknya lebih jauh dari pergeseran kurva permintaan US$ ke kanan. Hal ini berarti bahwa permintaan rupiah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan penawarannya, ini akan memperkuat (apresiasi) nilai rupiah.
Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed exchange rate) Dalam sistem kurs tetap, kurs ditetapkan berdasarkan keputusan pemerintah. Kelebihan dari sistem ini adalah adanya kepastian nilai tukar yang dapat meningkatkan ekspektasi. Sedangkan kelemahannya adalah kurs yang berlaku tidak selalu menggambarkan tingkat kelangkaan yang sebenarnya. Bisa terjadi kurs yang ditetapkan pemerintah terlalu tinggi dibandingkan dengan kurs pasar (overvalued), atau sebaliknya.
Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed floating exchange rate) negara yang membiarkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan mekanisme pasar, tetapi jika pergerakan mata uangnya melampaui batas, pemerintah melakukan intervensi