DUA PERSPEKTIF UTAMA DALAM SOSIOLOGI Nama Kelompok : 1. Nina Sulistiani (124674007) 2. Corry Vicoresita (124674013) 3. Arin Yulitasari (124674027) 4. Vriezka Mutiara Arini (124674205) 5. Silvi Farikhatul Jannah (124674208) 6. Antriya Eka Suwinta (124674216) UNESA
DUA PERSPEKTIF UTAMA DALAM SOSIOLOGI Persepsi Tentang: Teori Fungsionalis Teori Konflik Masyarakat Suatu sistem yang stabil dari kelompok-kelompok yang bekerja sama Suatu sistem yang tidak stabil dari kelompok-kelompok dan kelas-kelas yang saling bertentangan Kelas sosial Suatu tingkat status dari orang-orang yang memperoleh pendapatan dan memiliki gaya hidup yang serupa. Berkembang dari isi perasaan orang dan kelompok yang berbeda Sekelompok orang yang memiliki kepentingan ekonomi dan kebutuhan kekuasaan yang serupa. Berkembang dari keberhasilan sebagian orang dalam mengeksploitasi orang lain Perbedaan sosial Tidak dapat dihindarkan dalam susunan masyarakat yang kompleks. Terutama disebabkan perbedaan kontribusi dari kelompok-kelompok yang berbeda Tidak perlu dan tidak adil. Terutama disebabkan perbedaan dalam kekuasaan. Dapat dihindarkan dengan jalan penyusunan kembali masyarakat secara sosialistis Perubahan sosial Timbul dari perubahan kebutuhan fungsional masyarakat yang terus berubah Dipaksakan oleh suatu kelas terhadap kelas lainnya untuk kepentingan pemaksa Tata Tertib Sosial Hasil usaha tidak sadar dari orang-orang untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan mereka secara produktif Dihasilkan dam dipertahankan oleh pemaksa yang terorganisasi oleh kelas yang dominan Nilai-nilai Konsensus atas nilai-nilai yang mempersatukan masyarakat Kepentingan yang bertentangan akan memecah belah masyarakat. Khayalan (ilusi) konsensus nilai-nilai dipertahankan oleh kelas-kelas yang dominan Lembaga-lembaga sosial Menanamkan nilai-nilai umum dan kesetiaan yang mempersatukan masyarakat Menanamkan nilai-nilai dan kesetiaan yang melindungi golongan yang mendapat hak-hak istimewa Hukum dan Pemerintahan Menjalankan peraturan yang mencerminkan konsensus nilai-nilai masyarakat Menjalankan peraturan yang dipaksakan oleh kelas yang dominan untuk melindungi hak-hak istimewa
Analisis : Teori Fungsionalis Teori ini memandang sebagai suatu sistem yang saling berhubungan dimana masing-masing kelompok memainkan peranan dan setiap dan setiap pelaksanaan membantu bekerjanya sistem tersebut. Pandangan bahwa masyarakat adalah suatu jaringan kerjasama kelompok-kelompok yang terorganisasiyang cenderung kearah konsensus dan stabilitas. Teori ini juga menekankan keharmonisan yang mengarah pada keteraturan sosial dan mengesampingkan konflik. Teori ini juga menganut keseragaman dan homogenitas dalam berbagai hal. Menganut sistem yang sma rata sama rasa hingga mencapai titik ekuilibrium.
Teori Konflik Teori ini memandang kesinambungan ketegangan dan perjuangan kelompok sebagai kondidsi normal suatu masyarakat dimana stabilitas dan konsensus nilai merupakan ilusi yang disusun dengan hati-hati untuk melindungi kelompok yang mendapat hak-hak istimewa. Menurut teori ini dapat disimpulkan bahwa adanya konflik adalah suatu hal yang lumrah dan justru konlfik adalah jal yang sengaja dimunculkan untuk meredam atau menyelesaiakan konflik sebelumnya. Teori ini bertolak belakang dengan teori fungsionalisme, karena teori ini menekankan pada paham heterogenitas dan saling memangsa antara sesama komponen yang ada yang menerapkan teori ini.
Dari wacana kedua teori tersebut maka jelas bahwasannya teori fungsionalisme dan teori konflik menarik persepsi yang berbeda dalam persepsi-persepsi di atas bahkan bertolak belakang. Urainnya adalah sebagai berikut : A. Persepsi tentang masyarakat Teori fungsionalis sebagai teori yang memandang sebuah keteraturan sosial dan keharmonisan akan mempresepsikan masyarakat sebagai suatu sistem yang stabil dari kelompok-kelompok yang bekerja sama sedangakan teori konflik yang cenderung menekankan ketegangan-ketegangan mempresepsikan masyarakat sebagai suatu sistem yang tidak stabil dari kelompok-kelompok dan kelas-kelas yang saling bertentangan.
B. Persepsi tentang kelas sosial Teori fungsionalisme yang cenderung menekankan keharmonisan dan juga menganut paham sama rata sama rasa maka teori ini memandang persepsi kelas sosial sebagai suatu tingkat status dari orang-orang yang memperoleh pendapatan dan memiliki gaya hidup yang serupa. Berkembang dari isi perasaan orang dan kelompok yang berbeda. Sedangan teori konflik sebagai teori yang menekankan adanya suatu ketegangan-ketegangan yang memicu sebuah persaingan memandang persepsi kelas sosial sebagai suatu sekelompok orang yang memiliki kepentingan ekonomi dan kebutuhan kekuasaan yang serupa. Berkembang dari keberhasilan sebagian orang dalam mengeksploitasi orang lain. Dari hal ini maka jelas bahwa teori konflik sanagnt mengedepankan ketegangan-ketegangan dan juga persaingan antara individu satu dan individu lain.
C. Persepsi tentang Perbedaan Sosial Teori ini mempresepsikan perbedaan sosial sebagai suatu tidak dapat dihindarkan dalam susunan masyarakat yang kompleks. Terutama disebabkan perbedaan kontribusi dari kelompok-kelompok yang berbeda. Hal ini disebabkan karena teori ini memandang keselarasan sosial yang mengakui adanya perbedaan sosial. Berbeda dengan teori konflik yang cenderung individualistis yang berupaya bahwa seorang individu mampu dengan keakuannya sendiri maka teori ini memnadang perbedaan sosial sebagai suatu tidak perlu dan tidak adil. Terutama disebabkan perbedaan dalam kekuasaan. Dapat dihindarkan dengan jalan penyusunan kembali masyarakat secara sosialistis. f
D. Persepsi tentang perubahan sosial Karena teori fugsionalime ini mengemban adanya hubungan satu sama lain dan mengakui adanya hubungan timbale balik dan adanya rasa laing membutuhkan sehingga muncul suatu fungsi-fungsi dalam suatu masyarakat, oleh karena itu teori ini mepresepsikan perubahan sosial sebagai suatu yang timbul dari perubahan kebutuhan fungsional masyarakat yang terus berubah. Sedangkan pada teori konflik cenderung menganut pada individualistik dan etnosentrisme, dimana yang lebih berkuasa lebih mendominasi dan memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.
E. Persepsi Tata Tertib Sosial Teori fungsionalisme ini cenderung mengedepankan kerja sama dalam melakukan berbagai system yang ada. Oleh karena itu, teori ini mempresepsikan tata tertib sosial sebagai suatu hasil usaha tidak sadar dari orang-orang untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan mereka secara produktif. Sedangkan pada teori konflik dalam system yang ada lebih didominasi oleh kelompok yang berkuasa. Sehingga tata tertib sosial pada teori konflik bukan merupakan suatu kesepakan bersama, melainkan dihasilkan dan dipertahankan oleh pemaksa yang terorganisasi oleh kelas yang dominan.
F. Persepsi tentang nilai-nilai Karena teori fungsionalisme yang cenderung mengedepankan keselarasan dan nilai-nilainya hadir dari semua lapisan masyarakat tanpa adanya kelompok-kelompok tertentu yang mendominasi system tersebut, maka teori ini mempresepsikan nilai-nilai sebagai suatu konsensus atas nilai-nilai yang mempersatukan masyarakat. Sedangkan pada teori konflik perbedaan kepentingan dari kelompok yang dominan sehingga nilai-nilai yang ada itu muncul dari kelompok yang dominan itu saja bukan merupakan suatu konsensus bersama. Sehingga nilai-nilai yang ada dalam system yang menerapkan teori bukan justru menjadi pemersatu melainkan memicu perpecahan. v
G. Presepsi tentang lembaga-lembaga sosial Pada masyarakat yang menganut teori fungsional mereka telah sepakat mendirikan lembaga-lembaga sosial untuk menanamkan nilai-nilai umum dan kesetiaan yang mempersatukan masyarakat. Sedangkan pada masyarakat yang menganut teori konflik suatu lembaga-lembaga sosial hanya terbentuk untuk menanamkan nilai-nilai dan kesetiaan yang melindungi golongan yang mendapat hak-hak istimewa.
H. Presepsi tentang hukum dan pemerintahan Teori fungsionalisme sebagai suatu teori yang menekankan pada keteraturan mempresepsikan hukum dan pemerintahan sebagai suatu yang menjalankan peraturan yang mencerminkan konsensus nilai-nilai masyarakat. Bertolak belakang dengan teori konflik, peraturan hukum dan pemerintahan dibuat dan dijalankan oleh kelas yang dominan bahkan terkesan dipaksa dalam menjalankan peraturan tersebut. Peraturan yang dibuat oleh kelompok dominan teersebut tentu mengistimewakan dan cenderung melindungi hak-hak kelompoknya.
Kesimpulan: Masyarakat yang menganut teori fungsional lebih mengedepankan keharmonisan kelompok dan persepsi yang dibangun oleh masyarakat. Masyarakat terintegrasi di atas dasar kata sepakat pada anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat dan mencapai keteraturan dan keselarasan sosial. Masyarakat yang menganut teori konflik lebih individual dan di kuasai oleh kelompok-kelompok yang dominan sehingga sering terjadi konflik.
Terima kasih