SEKILAS KISAH ‘ C A L O N A R A N G’ Menurut “Arca Tothok Kerot” di Desa Gayam serta Petilasan Calonarang, Sukorejo, Kecamatan Gurah sebagai bukti bahwa kisah itu nyata! Pada peninggalan kerajaan itu, jaman pemerintahan “Raja Erlannga”, saat terjadinya kisah Calonarang tersebut. Diceritakan, kisah Calonarang terjadi di “Desa Girah” yang kini sudah menjadi Desa Gurah. Di sisi timur kerajaan ‘Kediri’ hidup seorang rondo (janda) setengah baya, dukun penguasa ilmu hitam dan penganut aliran ‘Durga’ yang sangat sakti dan jahat Adapun tokoh, dalam cerita Calonarang seorang tokoh mistik ilmu hitam, oleh masyarakat di sana dijuluki “Rondo Naten Girah” (janda, yang tinggal di Girah). Karena sangat jahat, ada yang menamainya “ Calonarang ”, yang merupakan lambang kepahlawanan bagi masyarakat ‘Desa Girah’ tetapi menjadi lambang kejahatan masyarakat di Kerajaan Kediri (Raja Airlangga).
Calonarang, sebagai guru dari padepokan ilmu hitam miliknya dan memiliki puluhan murid yang kesemuanya perempuan. Di antara sisyanya, empat paling senior yang ilmunya sangat tinggi, yakni; Nyi Larung, Nyi Lenda, Nyi Lendi, dan Nyi Sedaksa, serta mempunyai putri yang sangat cantik bernama ‘Diah Ratnamanngali’ Pemicu permusuhan ‘Raja Erlangga dengan Calonarang’. Bahwa ‘Ratnamanggali’ mengusai ilmu hitam seperti ibunya, semakin tersebar luas dipergunjingkan di masyarakat. Calonarang marah, merasa terhina dan naik pitam serta membalas dendam kepada masyarakat.
Calonarang memuja ‘Batari Durga, agar diizinkan menyebarkan penyakit untuk membunuh masyarakat sebanyak banyaknya. Keinginannya direstui, Calonarang mengutus ‘Nyi Larung’ dan mengumpulkan semua muridnya, ditugaskan menyebarkan penyakit di masyarakat. Tak lama kemudian, korban mulai berjatuhan, masyarakat Desa Girah dan sekitarnya dilanda wabah dan warga mati sambung-menyambung, warga ketakutan dan memilih mengungsi. “Raja Erlangga” murka, mendapat laporan dari perangkat desa, bahwa warganya menjadi ilmu hitam Calonarang. Raja mengutus prajurit-prajurit terbaiknya untuk menumpas Calonarang dan murid-muridnya. Namun usaha itu gagal, karena kesaktian Calonarang jauh lebih tinggi, sehingga semua prajurit termasuk “Ki Patih Madri” yang memimpin pasukan itu tewas.
Kemudian Raja memanggil penasehatnya, agar mengutus “Empu Baradah” untuk menumpas selain menggunakan kesaktian juga harus pakai taktik (siasat). Mpu Baradah meminta putranya ‘Empu Bahula’ agar memperistri ‘Diah Ratnamanggali’ dengan tujuan agar bisa mencuri kitab yang menjadi ‘rahasia’ kesaktian Calonarang. “Taktik Empu Baradah sukses dan kitab rahasia Calonarang berhasil dicuri, sehingga kelemahan ilmu Calonarang bisa diketahui. Akhirnya Empu Baradah mendatangi padepokan Calonarang untuk meminta pertanggungjawaban atas perbuatan kejinya. Setelah semua kesalahannya dibeberkan, Empu Baradah bertarung dengan Calonarang dan dimenangkan ‘Empu Baradah’. Kisah Calonarang di Kediri tak jauh berbeda dengan cerita yang berkembang di Bali. Hanya nama tempat kejadiannya yang sudah mengalami sedikit perubahan. Seperti; ‘Daha’ yang kini menjadi ‘Doho’, ‘Girah’ berubah menjadi ‘Gurah’ dan ‘Jenggala’ menjadi Jenggolo.