Dr. JACKY MUNILSON, Sp. THT-KL Bagian THT-KL RS DR. M.Djamil Padang.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Neuron merupakan unit dasar dari sistem syaraf , terdiri atas :
Advertisements

ALAT INDRA MANUSIA BAB 2 IPA.
SYSTEMA NERVORUM SYSTEMA NERVORUM PERIFERUM SYSTEMA NERVORUM CENTRALE
Kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron)
Azhari Putri Cempaka Putri Kurniasih Ratna Susyanti Sharra Ati Kurnia Dewi Shopiati Merdika Nugraha.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
JAWABAN UJIAN ANATOMI SYARAF DR.MOH.BAHARUDIN.SPOG.MARS.
Faktor yang mempengaruhi persepsi
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Nama anggota : Ahmad Kamil
DEFISIENSI KOMPLEKS PYRUVAT DEHIDROGENASE dr. Ardani Galih Prakosa
Dr.Galuh Ramaningrum,Sp.A SMF Anak RS.Tugurejo
SISTEM SARAF IX / I Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Otak dan Saraf Kranial By : Dyan & Aulia.
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA
SISTEM SARAF.
Perkembangan hidung dan telinga.
PANCA INDRA PADA MANUSIA
KEGIATAN AWAL KEGIATAN AWAL PANCA INDERA.
GANGGUAN KESEIMBANGAN PERIFER
Kelompok 8 Idham Ilhami Gumilar Rani Sri Yulianti Regina Bilqis
Proses menelan makanan atau minuman pada manusia
PROYEKSI TERBALIK DARI BAYANG-BAYANG
Gangguan Pendengaran.
SARAF KRANIALIS.
LATIHAN FISIK PADA LANSIA
PENGKAJIAN NEUROLOGI Yani Sofiani.
Rangka manusia terbagi menjadi 3 kelompok yaitu : a
Saraf Kranial.
EPIDEMIOLOGI STROKE.
ANAMNESA dan PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI
Sistem Indera Fungsi Indera : menanggapi rangsang dari luar tubuh (cahaya, suhu, tekanan, suara, sentuhan)
BELL’S PALSY DAN PENATALAKSANAANNYA
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)
Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pengkajian Sistem Persarafan
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
KELAINAN KESEIMBANGAN
Tips dan Trik untuk Mengurangi Gangguan Kesehatan
TES PENDENGARAN.
Kelainan pada sistem saraf
Kompetensi Dasar Ke 9 SUSUNAN SISTEM SYARAF.
Biopsikologi: Anatomi sistem saraf (Bagian 2)
POST CONCUSSION SYNDROME
Ada 2 jenis cegukan, yaitu :
JAWABAN UJIAN ANATOMI SYARAF DR.MOH.BAHARUDIN.SPOG.MARS.
Pengaruh Usia dan Tingkat Keparahan Kelumpuhan Wajah terhadap Ambang Batas Rasa pada Pasien Bells Palsy Hanna Husna.
KELUMPUHAN SARAF FASIALIS
CROCODILE TEARS SYNDROME Dionissa shabira
FISIOLOGI Sistem Stomatognatik
Sindrom Guillain–Barré
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM 12 NERVUS CRANIAL
Susunan Sistem Syaraf Pada Manusia
Yustisio arya nugroho dan naufal fawaz zahran
ASKEP PARKINSON.
TRAUMA 2.
TRAUMA KEPALA.
Kelainan Telinga Dalam
Kortikospinal dan Kortikobulbar
ANESTESI pada trauma medulla spinalis
Nama Kelompok : Albert B M Alberthus Andre K Anthony David V G Edwin.
Naufal Muntaaza Waliy H CI-BI 2 SMAN 1 SUMEDANG
FT CARDIPULMONAR JENNIFER DHEA FISIOTERAPI 2014.
PANCA INDERA LIA AULIA FACHRIAL.
PERUBATAN BELL’S PALSY ( SISTEM SARAF)
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
01 Minggu 5 Cerebral Palsy.
GANGGUAN SENSORI DAN INTEGUMENT PADA LANSIA Kelompok VI  Chintya Dinda V  Haidah  Melisa A  Renda Puspitasari  Tegar Harapano.
MODUL 2 Sistem Saraf Perifer dan Otonom Skenario 2 : Kaki Kananku Dokter sedang memeriksa seorang laki-laki yang dibawa kerumah sakit karena terjatuh dari.
Transcript presentasi:

Dr. JACKY MUNILSON, Sp. THT-KL Bagian THT-KL RS DR. M.Djamil Padang

 Mensyarafi otot-otot syaraf wajah  Kelumpuhan: merupakan gejala, sehingga harus dicari penyebab dan derajat untuk menentukan terapi dan prognosis  Penting anatomi ( topografi lesi)  Saraf kranial terpanjang di dalam tulang, sebagian BESAR kelainan di tulang temporal  Terdiri tiga komponen: motoris, sensoris, parasimpatis.

Klasifikasi Seddon Klasifikasi Sunderland Proses Patologis NeuropraxiaIGangguan fungsi AxonotmesisII III IV Kerusakan axon Kerusakan axon dan endoneurium Kerusakan axon, endoneurium dan perineurium NeurotmesisVKerusakan total

Pemeriksaan Fungsi Saraf Fasialis  Menentukan derajat kelumpuhan & letak lesi.  Gradasi fungsi saraf fasialis menurut House-Brackmann I. Normal II. Disfungsi Ringan III. Disfungsi Sedang IV. Disfungsi Sedang Berat V. Disfungsi Berat VI. Paralisis Total  Gradasi Freys  fungsi motorik, tonus, sinkinesis dan hemispasme

I (normal) Normal symmetrical function in all areas

II Mild dysfunction/ barely noticeable)  Gross : slight weakness noticeable on close inspection; may have very slight synkinesis  At rest : normal symmetry & tone  Motion : Forehead : moderate to good function Forehead : moderate to good function Eye : complete closure with minimum effort Eye : complete closure with minimum effort Mouth : slight asymmetry Mouth : slight asymmetry

III Moderate dysfunction/ obvious difference  Gross : obvious but not disfiguring difference between two sides; noticeable but not severe synkinesis, contracture, and/or hemifacial spasm  At rest : normal symmetry and tone  Motion : Forehead : slight to moderate movement Forehead : slight to moderate movement Eye : complete closure with effort Eye : complete closure with effort Mouth : slightly weak with maximum effort Mouth : slightly weak with maximum effort

IV Moderately severe dysfunction  Gross : obvious weakness and/or disfiguring asymmetry  At rest : normal symmetry and tone  Motion : Forehead : none Forehead : none Eye : incomplete closure Eye : incomplete closure Mouth : asymmetric with maximum effort Mouth : asymmetric with maximum effort

V Severe dysfunction  Gross : only barely perceptible motion  At rest : asymmetry  Motion : Forehead : none Forehead : none Eye : incomplete closure Eye : incomplete closure Mouth : slight movement Mouth : slight movement

VI Total paralysis No movement

(0 – 3) (0-2) (0-2) (0-1) Lesi setinggi………. dengan fungsi motorik yang baik ---% Skor Freyss = Total/50 x 100% = …% Fungsi motor (30) Tonus (15) Sinkinesis (5) Hemispasme (0) Total

AreaHIPOTONUSHIPERTONUS Wajah diam Kerutan di dahi hilang Alis mata jatuh Fisura palpebra melebar Lipatan nasolabial mendatar/hilang Hidung deviasi ke arah sisi sehat Nasal ala mendatar Pipi jatuh Sudut mulut jatuh Bibir jatuh Kerutan di dahi meningkat Alis mata naik Fisura palpebra menyempit Lipatan nasolabial makin dalam Pipi menonjol/tertarik ke dalam Bibir terangkat dan/tertarik ke lateral Wajah gerak Menimbulkan gerakan asimetrik pada sisi sehat. Fenomena Bell’s dengan sklera terlihat. Bibir dan filtrum deviasi ke sisi sehat. Gerakan pada sudut bibir saat mata berkedip Mata menutup di saat mengunyah, bicara atau tersenyum. Kontraksi beberapa otot yang menimbulkan akinesia 0 3

 Sinkinesis  Kontraksi otot wajah yg tidak disadari, terjadi bersamaan dengan gerak otot wajah lain yang sengaja dilakukan  Hemispasme  Kontraksi otot tidak disadari, spasme intermiten ringan – berat, terjadi pada 1 sisi wajah.  Sinkinesis  Kontraksi otot wajah yg tidak disadari, terjadi bersamaan dengan gerak otot wajah lain yang sengaja dilakukan  Hemispasme  Kontraksi otot tidak disadari, spasme intermiten ringan – berat, terjadi pada 1 sisi wajah.

 Tes pengecapan Suatu indikator dalam deteksi gangguan fungsi saraf korda timpani. Hilangnya pengecapan akibat cedera saraf korda timpani, terbatas pada duapertiga anterior lidah dan berakhir pada garis tengah. Caranya dengan menyuruh penderita menjulurkan lidah, kemudian meletakkan pada lidah penderita bubuk gula, kina, sitrat atau garam begiliran dan diselingi istirahat. Lalu penderita disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat., misalnya 1. untuk rasa manis; 2. untuk rasa pahit; 3. untuk rasa asin; 4. untuk rasa asam  Elektrogustometri Lidah dirangsang secara elektrik untuk memproduksi rasa metalik dan kedua sisi lidah dibandingkan  Tes pengecapan Suatu indikator dalam deteksi gangguan fungsi saraf korda timpani. Hilangnya pengecapan akibat cedera saraf korda timpani, terbatas pada duapertiga anterior lidah dan berakhir pada garis tengah. Caranya dengan menyuruh penderita menjulurkan lidah, kemudian meletakkan pada lidah penderita bubuk gula, kina, sitrat atau garam begiliran dan diselingi istirahat. Lalu penderita disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat., misalnya 1. untuk rasa manis; 2. untuk rasa pahit; 3. untuk rasa asin; 4. untuk rasa asam  Elektrogustometri Lidah dirangsang secara elektrik untuk memproduksi rasa metalik dan kedua sisi lidah dibandingkan

 Refleks kontraksi otot stapedius terjadi ketika telinga kontralateral dirangsang dengan bunyi yang keras akibatnya akan mengubah compliance telinga tengah.  Diukur melalui audiometri impedans.  Jika lesi melibatkan cabang saraf proksimal yang mengarah ke otot stapedius, otot tersebut tidak akan berkontraksi dan tidak ada perubahan impedans.  Refleks kontraksi otot stapedius terjadi ketika telinga kontralateral dirangsang dengan bunyi yang keras akibatnya akan mengubah compliance telinga tengah.  Diukur melalui audiometri impedans.  Jika lesi melibatkan cabang saraf proksimal yang mengarah ke otot stapedius, otot tersebut tidak akan berkontraksi dan tidak ada perubahan impedans.

 Aferen: N.VIII  Jalur batang otak yang kompleks dimulai dari nucleus koklea di sisi yang dirangsang ke daerah nucleus motorik N.VII (fasialis) pada kedua sisi  Eferen: N.VII yang meinervasi otot stapedius.

 Kongenital (bersamaan dengan anomali telinga dan tulang pendengaran)  Infeksi (Ramsay Hunt, OMSK)  Tumor (intrakranial, intratemporal, ekstratemporal)  Trauma (fraktur temporal)  Gangguan p darah (trombosis arteri karotis, maksilaris, serebri media)  Idiopatik (Bell’s Palsy)

transversal longitudinal longitudinal