Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Respon imun terhadap infeksi penyakit
Advertisements

TEKNOLOGI ENZIM Pertemuan ke-5
IMUNOASAI (PEMERIKSAAN SEROLOGI)
Pembuatan dan pengiriman spesimen PA
SINTESIS ANTIBODI DWI WINARNI DEPARTEMEN BIOLOGI
DWI WINARNI Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga DWI WINARNI Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas.
Matrissya Hermita Biopsikologi UG
IMMUNOLOGI Antibodi.
Imunitas Selular dan Humoral
SMED & Teknik Reduksi Set-Up
RISMAWATI YASWIR BAGIAN PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND
INTERAKSI ANTIGEN ANTIBODI Kekuatan yang menyatukan Ag-Ab : a
ABSTRAKSI PENELITIAN Penulis Kusnoto dan Sri Mumpuni Sosiawati
IMUNOMODULATOR Suatu substansi baik alamiah maupun sintetis yang dapat membantu mengatur keseimbangan sistem imun.
METODE KULTUR ORGAN HEWAN
Dasar-Dasar Biologi Molekuler
Dosen Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta
Tentir Parasitologi SiePend Gaby-.
Limfosit dan Jaringan Limfoid.
“Immunobead Test (IBT) To detect antisperm antibodies”
PEWARNAAN KUMAN Nurul Wiqoyah.
Universitas Airlangga Surabaya
PROTEIN BY Lina Elfita.
Diagnosis aids.
Serologi SEROLOGI FORENSIK Bahan: Darah,
SISTEM IMUN SPESIFIK Lisa Andina, S.Farm, Apt..
Tumor Immunology Seminar Biologi FKUI, 2005 oleh Rosila Idris Departement Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonsia Salemba 6, Jakarta.
SISTIM IMUN BAGIAN 2 dr. Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda STIKES MUHAMMADIYAH BANJARMASIN Ners A NOVEMBER 2010 SLIDE Dr RATIH 1.
Dedes Amertaningtyas,S.Pt.,MP OLEH DEDES AMERTANINGTYAS,S.Pt.,MP
Mounting Media (mountans)
ASPEK LABORATORIUM DEMAM BERDARAH DENGUE
ENZIM SEBAGAI ALAT DIAGNOSIS dr. Syazili Mustofa Biokimia dan Biologi Molekuler FK Unila.
Fagositosis Inflamasi Sel-sel yang berperan dalam respon imun
Bagian Ilmu Biomedik Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
SISTEM HORMON PADA MANUSIA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay)
Kuliah 8 Instrumentasi Bioteknologi
ELISA 21 JUNI 2016.
APLIKASI BIOLOGI MOLEKULER PADA DIAGNOSIS PENYAKIT
PROTEIN POLIMER ASAM AMINO Molekul besar yg tersusun atas banyak asam amino yang berikatan satu sama lain dengan urutan tertentu. Urutan asam amino disandi.
REKAYASA GENETIKA.
* GAMBARAN KLINIS TES ANTIBODI IgG-IgM * PADA DENGUE HEMORRHAGIC FEVER * DI RUMAH SAKIT UMUM BUNDA PURWOKERTO.
TUGAS BIOLOGI DASAR MANUSIA
Enzim ( KLASIFIKASI ENZIM, STRUKTUR ENZIM DAN MEKANISME KERJA ENZIM )
LYSOSOME.
Disusun oleh: Nuritania Velyta S (G0C016148)
Billyardi Ramdhan, S.Pd. UMMI
ENZIM By: Mayasari Sinambela
Tri setyawati Biokimia FKIK Tadulako
Lisa Andina, S.Farm, Apt. RESPON IMUN SPESIFIK.
LEUKOSIT (Sel Darah Putih) Disusun Oleh : ANNISA RIZQI DAMYANTI
KOMPLEMEN.
PENANDA TUMOR (TUMOR MARKER)
HIPERSENSITIVITAS TYPE III
Presentasi PROTEIN XIIRPLA kimia. Grup7point C.
NILAI PCV DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT KELINCI YANG DIINDUKSI PROTEIN B SPESIFIK DARI SAPI BUNTING Bogor, 8-9 Agustus 2017.
Bioteknologi Klasik Dan Modern
BAB 11 SISTEM IMUN.
FARMAKOLOGI KELAS XII BAB I BIOREGULATOR.
IMUNOLOGI DASAR dr. Ali Sodikin, SpPD dr. Bangun Oktavian, SpJP
PEWARNAAN KUMAN Nurul Wiqoyah.
DIABETES MELITUS Oleh Firda ayuningtyas Farhaniatullael F.S
Organ Endokrin. Organ Endokrin Hormon Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh suatu kelenjar endokrin, disekresikan ke dalam darah, dan sampai ke sel.
Respon Imun Non Spesifik (Respon Imun Innate)
PENYIAPAN MODEL DIABETES
Preparasi mikroteknik jaringan (histokimia) batang padi
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Comparative Evaluation of Iron Deficiency among Obese and Non-obese Children oleh: M. Rizal PermadiS Kuntari AstrianaS Okbrinta Wulandari.
ANTIGEN. Antigen merupakan suatu substansi yang bila memasuki tubuh mampu merangsang sistem imunologik untuk menghasilkan respon imunitas terhadap substansi.
“Imunologi dan Sistem Imunitas” KELOMPOK III Dedi Yanto B. A Andi NadilaA Dwi Surya NigrumA HasnaA RahmayantiA
Transcript presentasi:

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya Pengantar PEWARNAAN IMUN0KIMIA “IMMUNOSTAINING” DWI WINARNI Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya

A. Definisi visualisasi bagian jaringan atau sel melalui deteksi interaksi antibodi-antigen spesifik, dimana antibodi dilabel dengan label atau marker Beragam mulai wujud sel atau irisan beku hingga sel atau jaringan dalam blok parafin atau resin - Pewarna fluorensens koloid logam hapten marker radioaktif enzim

antigen dalam jaringan dalam immunostaining, antibodi digunakan untuk membentuk link antigen yang ada pada sel atau jaringan secara spesifik pada pewarna (reaksi yang menghasilkan warna) sehingga keberadaan antigen tersebut teramati di bawah mikroskop immunohistochemistry immunocytochemistry antigen dalam jaringan Antigen dalam kultur sel Cryostat section paraffin section resin section Memerlukan fiksasi Tanpa fiksasi

History of immunohistochemistry 1942 Coons, Creech, Jones, Berliner Developed indirect immunofluorescence method 1959 Singer Developed electron-dense molecular conjugate (ferritin) 1965 Sternberger Developed electron-opaque heavy metal technique (uranium) 1966 Graham & Karnovsky Developed enzyme tagging method (horseradish peroxidase 1967 Nakane & Pierce Developed enzyme-labelled antibody technique (immunoperoxidase) 1970 Developed unlabelled antibody method (PAP method) 1971 Faulk & Taylor Developed another electron-opaque heavy metal technique (colloidal gold) 1974 Heitzman & Richards Developed another unlabelled antibody method (ABC technique)

Prinsip imunohistokimia Reaksi antigen-antibodi untuk lokalisasi antigen Labeling dengan agen pewarna/fluoresens atau electron-opaque substance (ultrastructural tags) untuk memvisualisasi reaksi Ag-Ab

B. TAHAP-TAHAP DALAM IMUNOHISTOKIMIA B.1. ANTIGEN RETRIEVAL Antigen retrieval/unmasking  dengan melakukan pretreatment spesimen  Meningkatkan reaktivitas antigen dalam jaringan Mutlak dilakukan untuk jaringan yang difiksasi formalin karena fiksatif mengadakan cross link inter dan intramolekular dengan protein struktural tertentu yang dapat mengakibatkan masking antigen Pretreatment : digesti menggunakan enzim proteolitik, pemanasan, iradiasi microwave, autoclaving atau pressure cooking

B.1. 1. Digesti menggunakan enzim proteolitik B.1. ANTIGEN RETRIEVAL B.1. 1. Digesti menggunakan enzim proteolitik Pronase 0,05% w/v Proteinase-K trypsin 0,05% w/v pepsin 0,05% !!!!!!!! Tidak semua antigen memerlukan digesti proteolitik karena enzim proteolitik dapat menghilangkan reaktivitas antigen tertentu, menimbulkan antigenic sites palsu , atau mengubah sifat serta merusak antigen

B.2. IMMUNOLABELING

Visualized antigen-antibody reaction by adding SUBSTRATE & CHROMOGENS

Sampel : pankreas rat (fiksatif formalin/PFA) Antigen retrieval : - Blocking : BSA 2%, 2 jam 25oC Primary antibody : mouse-anti –rat insulin Secondary Ab : goat-anti-mouse HRP conjugation Chromogen : DAB

substance P merupakan primary afferent derived neuropeptide   .substance P merupakan primary afferent derived neuropeptide .jumlah reseptor dan kadar substance P meningkat pada kondisi pain persistent (ex: inflamasi kronis)

CGRP (Calcitonin gene related peptide ) is one of the most abundant peptides produced in both peripheral and central neurons. It is the most potent peptide vasodilator and can function in the transmission of pain. In the trigeminal vascular system the cell bodies on the trigeminal ganglion are the main source of CGRP. CGRP is thought to play a role in cardiovascular homeostasis andnociception.

APOPTOTIC CELLS DETECTION