REGRESI LOGISTIK DEWI GAYATRI, M.Kes..

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
REGRESI LINIER Dewi Gayatri.
Advertisements

REGRESI NON LINIER (TREND)
ANALISIS DATA KATEGORI
Latihan Regresi Logistik
REGRESI LOGISTIK BINER
REGRESI LINIER SEDERHANA
STUDI KOHORT.
TEMU 10 TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki kemampuan dasar tentang CASE-CONTROL STUDY.
RANCANGAN EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Regresi dengan Respon Biner
Regresi Linier Fungsi : Jenis :
Dr. Muhamad Ibnu Sina TIM UKMPPD FKU MALAHAYATI
REGRESI LOGISTIK Mugi Wahidin, SKM, M.Epid Prodi Kesehatan Masyarakat
KORELASI DAN REGRESI LINEAR SEDERHANA
UJI KORELASI DAN REGRESI LINIER
KORELASI & REGRESI LINIER
RETURN TIDAK NORMAL (ABNORMAL RETURN)
M.A. Epidemiologi K3 DR. Dr. L. Meily Kurniawidjaja, MSc., Sp.Ok.
Case Control Study (Penelitian kasus kontrol)
Cross Sectional Study (Penelitian Potong Lintang)
LOGISTIC REGRESSION Logistic regression adalah regressi dengan binary untuk variabel dependen. Variabel dependen bersifat dikotomi dengan mengambil nilai.
Korelasi/Regresi Linier
ANALISIS MULTIVARIAT.
REGRESI LINIER BERGANDA (MULTIPLE LINEAR REGRESSION)
REGRESI LINIER SEDERHANA
ANALISIS STATUS GIZI DAN GAYA HIDUP
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
TEMU X SAMPLING: A REVIEW.
Besar Sampel untuk Proporsi
Struktur Penelitian Eni Mahawati, M.Kes.
ANALISIS DATA KATEGORIK
ANALISIS DATA KATEGORIK
REGRESI LOGISTIK BINER
STUDI POTONG LINTANG suharyo.
Regresi dan Korelasi Linier
STATISTIK TERAPAN Oleh : Dr. dr. Buraerah. H. Abd. Hakim, MSc
STATISTIK II Pertemuan 14: Analisis Regresi dan Korelasi
STATISTIKA Pertemuan 10: Analisis Regresi dan Korelasi
EKONOMETRIKA Pertemuan 7: Analisis Regresi Berganda Dosen Pengampu MK:
Pertemuan Ke-7 REGRESI LINIER BERGANDA
Sutanto priyo hastono Dep. Biostatistik FKMUI
STATISTIK II Pertemuan 14: Analisis Regresi dan Korelasi
Pertemuan Ke-10 REGRESI DUMMY
RANCANGAN STUDI EPIDEMIOLOGI PERTEMUAN 12 DEASY ROSMALA DEWI, SKM,MKES
REGRESI GANDA Taksiran persamaan regresi ganda
REGRESI LOGISTIK BINER
Desain Cross Sectional
Nurul Wandasari S, M.Epid Prodi Kesehatan Masyarakat
REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL
REGRESI LOGISTIK BINER (DICHOTOMOUS INDEPENDENT VARIABLE)
REGRESI LINIER BERGANDA (MULTIPLE LINEAR REGRESSION)
STATISTIK II Pertemuan 12: Analisis Regresi dan Korelasi
Pengantar Aplikasi Komputer II Analisis Regresi Linier Berganda
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, STRUKTUR MODAL, DAN
Besar Sampel Uji Hipotesis dua proporsi
DASAR-DASAR UJI HIPOTESIS
ANALISA DATA Elsa Roselina, S.Kp, MKM.
KORELASI & REGRESI LINIER
RANCANGAN EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Model Logit Untuk Respons Biner
REGRESI LINIER.
Capaian Mahasiswa memahami tentang perhitungan besar sampel untuk uji hipotesis beda dua proporsi.
Peta Konsep. Peta Konsep A. Sistem Persamaan Linier dengan dua Variabel.
STUDI KOHORT.
BAB VIII REGRESI &KORELASI BERGANDA
UKURAN ASOSIASI Suharyo.
DESAIN RISET EPIDEMIOLOGI
STATISTIK II Pertemuan 10-11: Analisis Regresi dan Korelasi
Model untuk Respons Biner
Devi Latifah Pembimbing I : Frecillia Regina, dr.,SpA.IBCLC.
Transcript presentasi:

REGRESI LOGISTIK DEWI GAYATRI, M.Kes.

Buatlah model regresi logistik berdasarkan hasil diatas. Hitunglah OR adjusted dari masing-masing variabel dependen diatas Estimiasilah OR dari masing-masing variabel dependen

MODEL LOGISTIK Regresi logistik sederhana Z=α + ß1X1 Regresi logistik berganda Z = α + ß1X1 + ß2X2 + … + ß1X1 f (z) = 1 1 + e – (α + ß1X1 + ß2X2 + … + ß1X1 )

Diskusikalnlah dalam kelompok Penggunaan regresi linier dan regresi logistik Jelaskanlah rumus fungsi logistik Bagaimanakah bentuk model regresi logistik sederhana dengan berganda

PENGGUNAAN Apabila variabel outcome binary/dikotomus Contoh: 0 : bila outcome tak terjadi, misal: tidak sakit 1 : bila outcome terjadi, misal: sakit

Grafik dari f(z) Bentuk S mencerminkan efek satu atau lebih faktor risiko dalam menyebabkan suatu penyakit Logistic function 1 f (z) = 1 + e –z 1/2 ∞ ∞

Fungsi logistik 1 f (z) = 1 + e –z Nilai z berkisar antara – ∞ dan +∞ 1 1 f (– ∞)= = = 0 1 + e –(∞) 1 + e ∞ f (+∞)= = = 0 1 + e –(+∞) 1 + e -∞

Model regresi logistik sederhana Z=α + ß1X1 MIsal: Y : 1 : PJK (Penyakit Jantung Koroner) 0 : Non OJK X1: Tingkat katekolamin: 1 : Kat. Tinggi 0 : Kat. Rendah

Bila….. α= -3,911 ß = katekolamin = 0,652 Maka modelnya adalah Z= α + ß1X1 PJK = -3,911 + 0,652 katekolamin

Fungsi logistik 1 f (z) = 1 + e –z Bila katekolamin tinggi maka peluang individu untuk mengalami PJK adalah 4% PPJK = = 0,037 = 4% 1 + e –(-3,911+0,652.1) Bila katekolamin rendah maka peluang individu untuk mengalami PJK adalah 2% PPJK = = 0,01962 = 2% 1 + e –(-3,911+0,652.0)

Lanjutan OR ECG = e ß ECG = e 0,342 = 1,41 OR Umur= e ß umur = e 0,029 = 1,03 OR setiap umur meningkat 10 th=e 10(ß umur) = e 10(0,029) = 1,34 Estimasi OR: e (ß+z ½.seß) Kisaran nilai OR 0-~ dimana kurang dari 1 merupakan faktor penghambat/pencegah sedangkan lebih dari 1 merupakan faktor risiko

Misal: Y:1: PJK (Penyakit Jantung Koroner) 0: Non PJK X1: Tingkat Katekolamin: 1: kat. Tinggi 0: Kat. Rendah X2: Umur: dinyatakan dalam tahun X3: ECG: 1: abnormal 0: normal

Persamaan Z = α + ßkatekolamin + ßumur + ßECG Misal α = -3,911 ßkatekolamin = 0,652 ßumur = 0,029 ßECG = 0,342 ZPJK = -3,911 + 0,652 Katekolamin + 0,029 umur + 0,342 ECG

Bila diketahui Katekolamin: 1, umur = 40, dan ECG=0 Maka P1(X)= 0,1090=11% Bila diketahui Katekolamin: 0, umur = 40, dan ECG=0 Maka P0(X)= 0,06=6% Interpretasi Individu dengan kadar katekolamin tinggi memiliki risiko PJK sebesar 11% sedangkan individu dengan kadar katekolamin rendah memiliki risiko PJK sebesar 6% selama dalam periode follw up (umur 40 tahun dan ECG-nya normal)

Alokasi RR (Risiko Relatif) untuk desain Kohor P1(X)= 0,1090 = 1,8167 OR (Odds Ratio) OR katekolamin = e ßkatekolamin = e 0,652 = 1,919 = 1,92 Interpretasi: Risiko orang/individu dengan katekolamin tinggi untuk terjadi PJK sebesar 1,92 kali dibanding individu dengan katekolamin rendah pada umur dan ECG yang sama/setelah dikontrol oleh umur dan ECG

Fungsi Logistik 1 f(z) = 1 + e –(α+ß1X1+ß2X2+…..+ß1X1) F(z) = 1 + e –(- 3,911+0,652 katekolamin + 1,029 umur + 0,342 ECG)

1,92 : kat. Tinggi f. risiko 1 kat. Rendah 1 : kat. Tinggi f. proteksi = 0,52 1,92 kat. Rendah Ind. Yang memiliki kat. Rendah mencegah untuk terkena PJK seb. 0,52 x dibandingkan dengan ind. Yang memiliki kat. tinggi

ß katekolamin = 0,652 Se ß = 0,487 Estimasi OR 95% CI e (ß+z ½ α.SE) e (0,652 + 1,96. 0,487) 0,74; 4,98 H0 gagal ditolak 0,74 1,92 4,98