DASAR-DASAR PENDIAGRAMAN Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat DASAR-DASAR PENDIAGRAMAN II. Dasar-dasar Pemograman
DASAR-DASAR PENDIAGRAMAN II DASAR-DASAR PENDIAGRAMAN 21 Lambang 22 Persyaratan Diagram 23 Penomoran Kejadian 24 Hubungan antar Kejadian 25 Hubungan antar Kegiatan 26 Rangkaian Dasar suatu Kejadian
Lambang 21 11 Lambang lingkaran SPAn n SPLn (a) (b) (c) 10/08/05 30 6 45 7 6 10/08/05 30/08/05 (a) (b) (c)
Waktu kejadian n mungkin terjadi paling awal Nomor kejadian n SPLn SPAn Waktu kejadian n mungkin terjadi paling awal Nomor kejadian n SPLn Waktu kejadian n boleh terjadi paling lambat Sn = SPLn - SPAn (tenggang waktu kejadian) SPA7 = waktu kejadian no. 7 mungkin terjadi pada hari ke 30 30 Kejadian no. 7 7 45 SPL7 = waktu kejadian no. 7 boleh terjadi pada hari ke 45 S7 = SPL7 – SPA7 = 15 (tenggang waktu kejadian no. 7 selama 15 hari)
SPA6 = waktu kejadian no.6 mungkin terjadi pada tgl 10 Agustus 2005 10/08/05 Kejadian no. 6 6 30/08/05 SPL6 = waktu kejadian no.6 boleh terjadi pada tgl 30 Agustus 2005 S6 = SPL6 – SPA6 = 20 (tenggang waktu kejadian no.6 selama 20 hari)
Jika Sn = 0 kejadian ybs kejadian kritis Waktu luang : suatu kejadian tidak selalu bernilai positip (+) tapi ada kemungkinan bernilai nol (0) atau negatip (-) Jika Sn = 0 kejadian ybs kejadian kritis Sn = - kejadian ybs kejadian sangat kritis S9 = 0 kejadian kritis 100 (biasanya terdapat sekitar 20% - 30% kejadian dari sebuah jaringan merupa-kan kejadian kritis) 9 100 100 S13 = -10 ini berarti proyek ybs tidak akan selesai pada waktunya 13 90
Kegiatan antara 2 kejadian dilambangkan berupa anak-panah 12 Lambang anak-panah Kegiatan antara 2 kejadian dilambangkan berupa anak-panah X L X L Data kegiatan : nama kegiatan (X), lama kegiatan (L) & sumber daya (bahan, peralatan, manusia & biaya) Bila lambang kegiatan tsb berupa anak-panah terputus-putus berarti hubungan 2 kejadian tidak perlu diperhi-tungkan (dummy), karena tidak memiliki nama dalam per-hitungan waktu (L = 0); tapi perlu dibuat untuk menyata-kan logika ketergantungan kegiatan
Persyaratan Diagram Sebelum Jaringan kerja suatu proyek dibuat : 22 21 Prasyarat Sebelum Jaringan kerja suatu proyek dibuat : a. Menginventarisir kegiatan2 apa saja yang akan terjadi selama pelaksanaan proyek hingga selesai tepat waktu dan tujuan proyek tercapai b. Menentukan (mengidentifikasi) kegiatan2 / pasangan kegiatan yang memiliki hubungan seri langsung
22 Syarat a. Satu anak-panah hanya melambangkan satu kegiatan & demikian pula sebaliknya A , B A ( a ) b. Setiap awal proyek dimulai pada satu awal kegiatan awal dan harus berakhir pada satu kejadian akhir
c. Tidak dibenarkan adanya lintasan yang berputar
d. Jumlah kejadian dan jumlah dummy-nya tidak boleh kurang atau lebih bila terjadi secara otomatis jumlah dummy akan kurang atau lebih : d1. jika logikal jumlah dummy-nya kurang, menyebabkan ketergantungan antar kegiatan tidak sesuai dengan realita kesalahan fatal d2. jika identitas jumlah dummy kurang, menyebabkan identitas kegiatan atau dummy berdasarkan nomor2 kejadian yang membatasinya tidak mungkin digunakan
e. Agar syarat terpenuhi : d3. jika kelebihan dummy dapat menyebabkan kehi-langan tenggang waktu kegiatan atau kehilang-an 1 atau bbp kebebasan pelaksanaan kegiatan e. Agar syarat terpenuhi : e1. jika 1 atau bbp kegiatan (pendahuluan) hanya diikuti oleh 1 atau bbp kegiatan lainnya (pengikut) & demikian pula sebaliknya, maka kejadian akhir dari 1 atau bbp kegiatan pendahulu akan merupa-kan kejadian awal untuk 1 atau bbp kegiatan berikutnya (e1)
e2. jika 2 kegiatan atau lebih diikuti oleh bbp kegiatan yang macam (jenis) dan banyaknya sama, maka 2 kegiatan atau lebih tadi mempunyai 1 kejadian akhir sama (e2) (e3) e3. jika 2 kegiatan atau lebih didahului oleh beberapa kegiatan yang macam (jenis) dan banyaknya sama, maka 2 kegiatan atau lebih tadi mempunyai 1 atau lebih kejadian awal bersama
23 Kasus pendiagraman Kasus 1 Kasus 2 tidak memenuhi syarat e1 Perbaikan Kasus 2 tidak memenuhi syarat e1 Perbaikan
Kasus 3 Kasus 4 Perbaikan tidak memenuhi syarat e1 & e2 Perbaikan
D E F P Q R D E F P Q R Kasus 5 D E P Q D E P Q Kasus 6 tidak memenuhi ketiga syarat Perbaikan D E P Q D E P Q Kasus 6 Perbaikan tidak memenuhi ketiga syarat
F D E P Q F D E P Q Kasus 7 R D E P Q R D E P Q Kasus 8 Perbaikan tidak memenuhi ketiga syarat R D E P Q R D E P Q Kasus 8 tidak memenuhi ketiga syarat Perbaikan
F R D E P Q F R D E P Q Kasus 9 F R D E P Q F R D P E Q Kasus 10 tidak memenuhi ketiga syarat Perbaikan F R D E P Q F R D P E Q Kasus 10 tidak memenuhi ketiga syarat
Memenuhi ketiga syarat D P F R E Q Memenuhi ketiga syarat Kasus 11
Penomoran Kejadian Tujuan pemberian nomor : 23 Nomor suatu kejadian merupakan suatu bilangan yang melambangkan kejadian dalam suatu diagram dan ditulis pada ruang kiri lingkaran Tujuan pemberian nomor : 1. Sbg pengenal atau identifikasi suatu kejadian shg dapat di-bedakan antara kejadian satu dengan kejadian lainnya 2. Sbg pengenal kegiatan atau dummy 3. Sbg urut-urutan perhitungan SPA (saat selesai paling awal) dan SPL (saat selesai paling lambat) semua kegiatan 4. Untuk mengetahui saat awal dan saat akhir semua kegiat-an dalam sebuah proyek
Agar tujuan dapat dipenuhi : 1. Nomor kejadian awal suatu kegiatan atau dummy harus lebih kecil daripada nomor kejadian akhirnya 2. Nomor kejadian awal diberi nomor 1 dan nomor kejadian akhir diberi nomor n. Nomor n merupakan bilangan yang terbesar nilainya yaitu samadengan banyaknya kejadian dalam diagram ybs
Hubungan antar Kejadian 24 Hubungan antar Kejadian *Penggunaan Notasi* [ Kejadian Peristiwa ] i = nomor kejadian awal ; j = nomor kejadian akhir X = nama kegiatan ; L = lama kegiatan KAW = kejadian awal (kejadian yang terletak pada pangkal anak panah atau pangkal anak panah yang terputus-putus) KAK = kejadian akhir (kejadian yang terletak pada ujung anak panah atau ujung anak panah yang terputus-putus)
SPA = saat paling awal st kejadian mungkin terjadi SPL = saat paling lambat st kejadian boleh terjadi SPAi = saat paling awal st kejadian awal mungkin terjadi SPLi = saat paling lambat st kejadian awal boleh terjadi SPAj = saat paling awal st kejadian akhir mungkin terjadi SPLj = saat paling lambat st kejadian akhir boleh terjadi MPA = saat mulai paling awal st kegiatan (selalu sama dengan SPAi) MPL = saat mulai paling lambat st kegiatan (tidak selalu sama dengan SPLi) FPA = saat selesai paling awal st kegiatan (umumnya tidak sama dengan SPAj) FPL = saat selesai paling lambat st kegiatan (selalu sama dengan SPLj)
Kasus 21 41 Kegiatan biasa Maknanya : * Bila i terjadi X bisa mulai KAW KAK X L SPLi SPAi i SPLj SPAj j Maknanya : * Bila i terjadi X bisa mulai * Bila X mulai i pasti terjadi * Bila X selesai j pasti terjadi * Bila j terjadi X pasti selesai
Kasus 22 Maknanya : * Bila i terjadi X mungkin mulai KAW KAK X L SPLi SPAi i SPLj SPAj j Maknanya : * Bila i terjadi X mungkin mulai * Bila X mulai i pasti terjadi * Bila X selesai j mungkin terjadi * Bila j terjadi X pasti selesai
Kasus 23 42 Kegiatan semu (dummy) Maknanya : KAW KAK X L SPLi SPAi i SPLj SPAj j Maknanya : * Bila i terjadi j pasti terjadi * Bila j terjadi i pasti terjadi
Kasus 24 Maknanya : * Bila i terjadi j mungkin terjadi KAW KAK X L SPLi SPAi i SPLj SPAj j Maknanya : * Bila i terjadi j mungkin terjadi * Bila j terjadi i pasti terjadi
Hubungan antar Kegiatan 25 Hubungan antar Kegiatan 51 Hubungan seri Kasus 25 A LA C LC B LB 1 2 3 4 A, B dan C = kegiatan Makna ketiga kegiatan : * kejadian 1 terjadi kegiatan A bisa dimulai * kegiatan A selesai kejadian 2 terjadi * kejadian 2 terjadi kegiatan B bisa dimulai
* kegiatan B selesai kejadian 3 terjadi * kejadian 3 terjadi kegiatan C bisa dimulai * kegiatan C selesai kejadian 4 terjadi Penjelasan # Kegiatan C belum bisa dimulai, bila kejadian 3 tidak terjadi & kegiatan B belum selesai. Bila kegiatan B selesai, maka kejadian 3 terjadi & kegiatan C bisa dimulai. Berarti kegiatan B & kegiatan C merupakan Hubungan Seri Langsung # Kegiatan B belum bisa dimulai, bila kejadian 2 tidak terjadi & kegiatan A belum selesai. Bila kegiatan A selesai, maka kejadian 2 terjadi & kegiatan B bisa dimulai. Berarti kegiatan A & kegiatan B merupakan Hubungan Seri Langsung
# Kegiatan C belum bisa dimulai, bila kegiatan A belum selesai # Kegiatan C belum bisa dimulai, bila kegiatan A belum selesai. Bila kegiatan A selesai ternyata belum tentu kegiatan C bisa dimulai. Berarti kegiatan A & kegiat-an C merupakan Hubungan Seri Tidak Langsung 52 Hubungan paralel Kasus 26 Kejadian kapal siap berlayar (kejadian 7), bila kegiatan me-naikan penumpang (kegiatan D) selesai dan memuat barang (kegiatan E) selesai 5 6 7 D E
Maknanya : * Kegiatan D memiliki kejadian awal no.5 & kejadian akhir no.7 * Kegiatan E memiliki kejadian awal no.6 & kejadian akhir no.7 * Kejadian 7 merupakan kegiatan akhir bagi kegiatan D & kegiatan E. Kejadian 7 terjadi bila kegiatan D selesai & kegiatan E selesai * Jadi untuk memulai dan atau menyelesaikan kegiatan D tidak perlu menunggu kegiatan E mulai dan atau selesai * Kegiatan D & kegiatan E mempunyai Hubungan Paralel & memiliki satu kejadian akhir yang sama
* Kejadian 8 merup. kejadian awal bagi kegiatan F maupun kegiatan G Kasus 27 Kejadian kapal sandar di darma-ga (kejadian 8) merupakan sya-rat agar bisa menurunkan penumpang (kegiatan F) & mem-bongkar ba-rang (kegiatan G) 9 10 8 F G * Kejadian 8 merup. kejadian awal bagi kegiatan F maupun kegiatan G Maknanya :
Kegiatan F & kegiatan G masing2 memiliki kejadian akhir no. 9 dan no * Bila kejadian 8 terjadi, mungkin saja kegiatan F & kegiatan G akan mulai saat bersamaan atau mulai pada saat yang berbeda * Untuk memulai dan atau menyelesaikan kegiatan F tidak perlu menunggu kegiatan G selesai dan atau kegiatan G dimulai; demikian pula sebaliknya * Kegiatan F dan kegiatan G merup. 2 kegiatan yang mempunyai Hubungan Paralel dengan memiliki satu kejadian awal yang sama
Kasus 28 Katakan saat kejadian kapal sandar di darmaga (kejadian 8) dengan keadaan siap berlayar kembali (kejadian 9) dilakukan kegiatan pertukaran (turun naik) penumpang (kegiatan F) dan kegiatan bongkar muat barang (kegiatan G) F G 8 9 Maknanya : * Kegiatan F maupun kegiatan G memiliki kejadian awal dan kejadian akhir yang sama * Agar kegiatan F dan kegiatan G dapat dimulai dengan syarat kejadian 8 terjadi
* Memulai kegiatan F dan kegiatan G bisa pada saat yang bersamaan atau bisa pula pada saat yang berbeda * Kejadian 9 dapat terjadi dengan syarat kegiatan F dan kegiatan G selesai pada saat bersamaan atau pada saat yang berbeda * Memulai dan atau menyelesaikan kegiatan F tidak perlu menunggu kegiatan G selesai dan atau kegiatan G dimulai; demikian pula sebaliknya Kasus 29 Ada kalanya 2 kejadian atau lebih tidak saling berhu-bungan sejak kejadian awal sampai kejadian akhir, mau-pun kejadian2 yang terjadi diantaranya
M N 7 10 15 M = kegiatan memancing ikan dengan kejadian awal no.10 dan kejadian akhir no.15 N = kegiatan naik haji dengan kejadian awal no.7 dan kejadian akhir no.10 Maknanya : * Memulai dan atau menyelesaikan kegiatan M tidak terkait dengan berlangsungnya kegiatan N; demikian pula sebaliknya * Kegiatan M dan kegiatan N merupakan Hubungan Paralel satu sama lain
Rangkaian Dasar suatu Kegiatan 26 Rangkaian Dasar suatu Kegiatan 61 Kegiatan Pengikut & Pendahulu Kasus 2-10 Alterlatif I E D E D K KI KI = Kegiatan Pengikut (berikutnya) KD = Kegiatan Pendahulu (sebelumnya) Alterlatif II D E K KD D E 5 4 6
Kasus 2-11 Alterlatif I E, F E D K KI F D F E D E F Alterlatif II D E 6 7 8 9 Alterlatif II D E K KD F
Kasus 2-12 Alterlatif I E D K KI F F E D F D E Alterlatif II E D K KD 6 7 4 5 Alterlatif II E D K KD F D , E
Kasus 2-13 Alterlatif I E, F E D K KI F G F E D G Alterlatif II E, F E KD F G G F D E 5 4 6 7
62 Beberapa alternatif perbaikan Antara 2 kejadian hanya boleh ada 1 kegiatan atau 1 dummy saja, maka diagram tsb (kasus 2-13) tidak dapat dibenarkan 62 Beberapa alternatif perbaikan Alternatif 1 D E F G dE dF dummy 5 4 6 7 8
D E F G dE dF Alternatif 2 Alternatif 3 D E G dE dF F dummy dummy 5 4 7 8 6 Alternatif 2 Alternatif 3 D E G dE dF F dummy 4 8 5 6 7
Alternatif 4 Alternatif 5 D G E dE dF F H J I4 d4 I3 d3 I1 d1 I2 d2 dummy 4 8 7 6 5 H J I4 d4 I3 d3 I1 d1 I2 d2 9 8 14 13
Alternatif 6 H J I1 I2 I3 I4 d1 d2 d3 d4 d1 d2 d3 d4 10 11 12 8 14 13 12 11 10 9 8
Alternatif 7 I4 d1 d2 d3 d4 I3 d4 I2 d3 d2 H I1 J d1 9 8 11 10 12 14 13
Kasus 2-14 Alterlatif I F , G E D K KI F G E D F G E D G F 6 8 5 9 Alterlatif II E D K KD F G D , E
Kasus 2-15 Alterlatif I F E D K KI G F , G E D F G Alterlatif II E D K KD F G D , E F D G E 6 5 7 4 8 9
Kasus 2-16 Alterlatif I P , R K J KI L P P , Q Q R Q , R J K L P Q R L 17 14 20 11 15 18 21 19 16 13 12 10 Alterlatif II K J KD L P J , K K , L R Q J , L
Kasus 2-17 D E F G W X Y Z D Langkah penyelesaian : D E F G W X Z Y D Alterlatif I Kasus 2-17 D E F G W X Y Z W, Z E D K KI F G W,X,Y,Z W X W, X , Y Y Z Langkah penyelesaian : D E F G W X Z Y 18 21 14 19 22 23 24 25 10 13 7 6 5 4 Alterlatif II E D K KD F G W X E , F , G Y Z D,E,F,G D , E , F 1
D E F G Z W Y X Penyelesaian K 2-17 2 18 19 21 14 25 22 23 24 10 13 7 6 5 4 Penyelesaian K 2-17 2
D E F G Z W Y X 20 21 25 22 23 24 10 15 7 6 5 4 3
Penyelesaian K 2-17 2 D Z E W 3 F X G Y 4 10 20 15 7 6 5 24 22 25 23 21 18 13 19 14 Penyelesaian K 2-17 2 3