IBNU ARABI (560 .H/1164 M <dalam buku lain 1165 M> – 638 H/1240 M) Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad Ibn al-‘Arabi al-Tha’i al-Hatimi
Profil Ibnu Arabi 8 tahun pindah ke Lisbon awal petualangan intelektualnya Pernah menjadi Gubernur Sevilla 20 tahun menggeluti dunia sufisme Filsuf mistis
Dua Karya Terbesar Futuhat al-Makiyyah/teosofis Fushus al-Hikam/teosofis
Karakteristik Pemikiran Penggabungan nalar dengan dzauq (intuisi) Pengalaman mistik dengan uraian filosofis/menfilsafatkan pengalaman mistis pendekatatan mistis Penyeimbangan Imanensi(tasybih-hadir dalam batin manusia) dan transendensi(tanzih)
Imanensi dan Transidensi Imanensi Tuhan memperlihatkan diri-Nya lewat manifestasi nama-nama-Nya, yang merupakan kualitas yang melekat pada wujud-Nya Transidensi Dia Yang Maha Tersembunyi mencerminkan bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang tidak terjangkau, berada di luar persepsi dan pemahaman.
Pendekatan Mistik Irfan Ilmu bahasa kesadaran mistis (Hairi Yazdi)
Wihdatu al-Wujud Kesatuan dan Kemunculkan Alam Tuhan ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya dan oleh karena itu ia menciptakan alam. Di kala Ia ingin melihat diri-Nya, maka ia melihat alam karena tiap-tiap makhluk hidup yang ada di alam terdapat sifat ketuhanan. Dengan demikian, alam merupakan cermin bagi Tuhan. Dalam cermin itu diri-Nya kelihatan banyak, tetapi sebenarnya hanya satu. Di sinilah muncul paham kesatuan.
Metafisika Wihdatul Wujud/Pantheisme tidak ada maujud selain Allah dan semua yang tampak hanyalah semu sebagai pancaran Tuhan (meminjam wujud Tuhan) Semua yang wujud memiliki aspek dhahir/sifat kemakhlukan dan bathin/sifat ketuhanan dengan aspek bathin yang terpenting
Puncak ekstase dan tuduhan kesesatan wihdatu al-wujud Pengalaman batin kesadaran manusiawi meresap pada kesadaran ketuhanan (penyatuan) terbatasnya sarana/kata dalam membahasakan pengalaman sehingga menjadi tidak bermakna dan cenderung dianggap sesat oleh mereka yang tidak paham Ibnu Arabi mencoba membahsakannya dengan filsafat
Epistemologi Rasio Intuisi/praktek spiritual (kasyf) pengalaman batin Kedudukan akal melakukan transisi dari pengetahuan tentang yang gaib ke pengetahuan intekelektual dunia fenomena seperti itu mengkomunikasikan pengalaman gaib pada realitas empiris.
Tiga macam pengetahuan Pengetahuan intelektual (‘Ilm al-Aql, The Science of reason)diperoleh melalui pendekatan investigatif serta bersifat demonstratif. Pengetahuan jenis ini bisa merujuk pada objek empiris atau objek yang sudah dikenal oleh akal. Pengetahuan tentang kesadaran akan keadaan-keadaan batin (The Science of States, Ahwal)Jenis pengetahuan ini lebih menekankan pada kemampuan merasa sehingga tidak ada jalan untuk mengkomunikasikan keadaan-keadaan yang sudah melampaui batas-batas nalar selain merasakan sendiri jenis “keadaan-keadaan” tersebutakal tidak bisa dijadikan acuan untuk membuktikan kebenaran “keadaan-keadaan” dalam penyaksian batin. Pengetahuan tentang yang gaib (Knowledge is The Sciences of The Mysteries. ‘ilm al-asrar)pengetahuan model ini bercorak intelektual transenden, bentuk mengetahui lebih tergantung pada pencerahan yang bersumber dari cahaya Ilahiah atau pancaran ruh suci kedalam pikiran. Pengetahuan model ini hanya ada atau dimiliki oleh mereka yang mencapai maqam tertinggi seperti para Nabi ataupun orang-orang suci.
Tiga instrumen mencapai pengetahuan Ilahiah (alat komunikasi rohani) Hati (Qolb) untuk mengetahui Tuhan Ruh mencintai Tuahan Jiwa terdasar (sirr) Merenungi-Nya
Wihdatu al-Adyan Berangkat dari teori wihdatu al-wujud Allah ada pada segala sesuatu (tiada maujud selain Allah) Persaudaraan cinta dan iman Semua agama menuju kebahagiaan hanya saja berbeda dalam membahasakan sesuai keadaan dan tuntutan yang mempengaruhi Tidak ada beda antara muslim dan non-muslim
Pemikiran Ketuhanan Tidak butuh pembuktian, karena Dzat-Nya adalah bukti bagi wujud-Nya Wajib al-wujud bi Zatihi Tuhan Mutlak , abstrak dan tak berhingga Tidak membutuhkan pembuktian Wujud Allah adalah dalil atas Dzat-Nya. Cz tidak ada maujud kecuali Allah