Asistensi 1 : PENDAHULUAN PENGELOLAAN AIR (Water Management) TL-3203-02 Dyah Marganingrum 12 Februari 2010
Mengapa Air perlu dikelola? Air sebagai sumber daya (water resources) Aspek daya guna : ketersediaan, disribusi, dan kualitas Aspek daya rusak : banjir, kekeringan, tanah longsor, dan intrusi air laut. Air memiliki fungsi sosial dan ekonomis. Fungsi sosial memegang peranan bagi kemakmuran masyarakat dalam penyediaan air bersih. Fungsi ekonomi terkait dengan manfaat secara tidak langsung dari ketersediaan air bersih dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pembangunan. Air sebagai public good dibutuhkan oleh setiap orang tanpa memandang status sosialnya
TUGAS 1 : audit jejak air (water footprint) Nama, NIM Alamat rumah (rumah sendiri/kost) Berapa jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah Sumber air yang digunakan Kebutuhan air (jumlah air yang dipakai selama 1 bulan) Tagihan air apabila menggunakan PAM (Rp/bln) Tahihan listrik apabila menggunkan pompa (Rp/bln)
Aspek Pengelolaan Air KUANTITAS : jumlah dan jenis sumber KUALITAS : unsur-unsur yang terkandung di dalam air dan peruntukan/ penggunaan
JENIS SUMBER : Air permukaan : sungai, danau, mata air Air tanah : sumur gali, sumur pompa (dangkal ataupun dalam) JUMLAH - siklus hidrologi - water balance - hukum kekekalan massa
Morfologi kawasan Cekungan Bandung Kawasan Bandung merupakan dataran tinggi yang dikelilingi oleh pengunungan = Cekungan INTERMONTAGE U Setelah slide ini, tampilkan lokasi studi DAS Citarum dan sub DAS serta anak2 sungai dan saguling. Kebutuhan air untuk aktivitas di kawasan strategis Metropolitan Bandung terutama dipenuhi dari sumber air DAS Citarum Hulu (cascade Citarum Hulu - Saguling). Morfologi kawasan Cekungan Bandung Air permukaan Air tanah
Siklus hidrologi ( ) = Dalam 103 km3
Konsep Dasar Siklus Hidrologi Sabar, 2007 I Pendekatan NERACA AIR : P = I + R S = (P - R ) - E - Bxx - Bx S = cadangan air tanah, P = curah hujan, R = limpasan air, E = evapotranpirasi Bxx = imbuhan air tanah vertikal, Bx = base flow Dimana : Q = debit air (L3/T) C = koefisien limpasan (run off) I = intensitas hujan(L/T), diperoleh dari data curah hujan /presipitasi (P) selama durasi hujan (t) A = Luas DAS (L2) b = base flow (aliran dasar) (L3/T) Data komponen Q dan P tercatat dari pos duga air dan pos hujan. Pendekatan Regresi linier Y = a X + b Q = C.A.I + b
Sistem Dalam DAS PROSES OUTPUT INPUT KUALITAS DAS Curah Hujan Sifat tanah, batuan, morfologi, topografi relatif tetap Tutupan lahan dapat berubah KUALITAS DAS OUTPUT Debit Sungai Muatan sedimen
Perubahan penggunaan lahan (landuse) di Cekungan Bandung 1994 2001
Quality changes in use of water Skema manajemen kualitas air di Cekungan Bandung Processes include sedimentation, chemical coagulation, filtration, and sterilization Processes include sedimentation, activated sludge, trickling filter, chlorination pond and disinfection Eflfuent returned to resource pool WADUK SAGULING Unpoluted water Potable Water Waste water Spectrum of quality Treated waste (Time A) (Time B) A B C A = Water treatment B = Domestic use C = Sewage treatment Time sequence (no scale) Quality of water Surface water Groundwater Spring (1) (2) (3) Quality changes in use of water (McGauhey, 1968 with modified)
Grafik Self Purification Kaitkan dengan effluent dan stream standard Stream Standard (Baku mutu sungai sesuai dengan peruntukannya Effluent Standard (Baku mutu efluen)
Sumber Pencemar DOMESTIK INDUSTRI PERTANIAN Pengendalian : Effluent dan Stream standard Tata ruang Insentif desinsentif Peraturan perundangan lainnya
Parameter yang digunakan dalam baku mutu air limbah berbagai industri atau kegiatan sesuai SK MENLH (1995, 1996, 2003)
Parameter yang digunakan dalam baku mutu air limbah berbagai industri atau kegiatan sesuai SK MENLH (1995, 1996, 2003)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 , TENTANG : PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Bagian Ketiga : Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air - Pasal 8 (1) Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas : 1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. (2) Kriteria mutu air dari setiap kelas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
Budidaya lahan Bandung Selatan Bandung Kota Bandung Utara
Limbah padat (sampah)
Industri dan domestik
by RICHARD SHEARS - Last updated at 23:49pm on 5th June 2007
LINGKUNGAN CEKUNGAN BANDUNG DAN MASALAHNYA kebun teh dan campuran Semak-tegal endapan danau sawah pemukiman aerosol gas buang industri air permukaan air tanah tambang gas kaca udara panas hujan TPA/TPS awan hujan boscha Banjir subsidence kebun sayur hutan PLTGT mata air/ situ G Papandayan G T Perahu Lembang Majalaya Bandung Cisanti IPLT Sumber : Wahyoe S Hantoro, Tjoek A Soeprapto, 2002 selatan utara Ciharus Uap panas PLTGT
Bagaimana DAS Citarum secara kualitas? Peraturan Gubernur Jabar No. 69 Tahun 2005 : Pedoman Penentuan Status Mutu Air Status mutu A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu Status mutu B : baik, skor = -1 s.d -10 cemar ringan Status mutu C : sedang, skor = -11 s.d -30 cemar sedang Status mutu D : buruk, skor -31 cemar berat Wangisagara (2002) = -28 Status Sungai Citarum : Tercemar Berat (Status Mutu D) di hampir seluruh titik pemantauan sepanjang sungai Citarum Sumber : PLHD Prov Jabar
Balitbang SD Alam Pemprov Jawa Barat : Sedimentasi Citarum (2004) = 1.176 ton (2005) = 2.146 ton Kondisi Air Permukaan Citarum Hulu telah melebihi kapasitas self purification UNPAD : Laju sedimentasi sudah mencapai lebih dari 4 juta m3/th Sumber : Marganingrum, 2007
Pedoman Penentuan Status Mutu Air Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 69 Tahun 2005 : Metode STORET Metode INDEKS PENCEMARAN Merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang pada prinsipnya dilakukan dengan cara membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya.
Penentuan sistem nilai untuk menentukan mutu air menggunakan metode STORET Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor 0. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka diberi skor : Jumlah contoh* Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi < 10 Maksimum Minimum Rata-rata -1 -3 -2 -6 -9 10 -4 -12 -18 Sumber : Canter, 1977 Catatan : * = jumlah contoh yang digunakan untuk penentuan status mutu air
Sistem penilaian status mutu dengan Metode STORET Sistem penilaian menggunakan kriteria dari US-EPA (Environmental Protection Agency) menjadi 4 status : Status A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu Status B : baik, skor = -1 s.d -10 cemar ringan Status C : sedang, skor = -11 s.d -30 cemar sedang Status D : buruk, skor -31cemar berat
Langkah perhitungan Indeks Pencemaran (IP): Langkah awal perhitungan IP membandingkan konsentrasi setiap parameter pencemar (Ci) dengan baku mutu (Li) Bila C/L > 1 menentukan nilai baru menggunakan persamaan: Selanjutnya ditentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari Perhitungan IP :
Catatan :
Kriteria penilaian IP Nilai IP menggambarkan tingkat pencemaran air. Evaluasi terhadap nilai IP dilakukan dengan cara sebagai berikut: 0 < IP < 1.0 memenuhi baku mutu 1.0 < IP < 5.0 tercemar ringan 5.0 < IP < 10 tercemar sedang IP > 10 tercemar berat