KELOMPOK 4 Anissa Octaviani 101011065 Isshaini Absizah 101011066 Aprillinardi 101011069 Zuhrida Aulia 101011072 Conita Sabila 101011075 Nadya Idfenti 101011077 Sharita Aulia 101011078 Dwi Ayu Septiana 101011079 Indi Mizar 101011086 Erlakh Rumkhullah 101011090
HASIL DISKUSI
Pengertian TBC adalah penyakit menular langsung yang disebaban oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis (MTB). Cara penularannya melalui hawa nafas (bakterinya masuk ke dalam paru-paru bersama udara) dan susu sapi yang diminum tanpa dipasteurrisir terlebih dahulu. Kemungkinan seseorang terjangkit TB ditentukan oleh konsentrasi droplet (percikan dahak) dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Masa inkubasi (jangka waktu antara mulainya serangan penyakit dengan timbulnya gejala pertama dari penyakit yang bersangkutan (TBC) antara 4-6 minggu.
Gejala penyakit TBC Badan lesu dan lemah, nafsu makan menurun Berat badan yang tidak kunjung bertambah Demam dan menggigil Berkeringat di waktu malam Sesak nafas dan rasa sakit di dada Batuk terus menerus dan berdahak darah selama 3 minggu atau lebih Kadang-kadang bahkan penyakit ini tidak menunjukkan gejala sama sekali sehingga sangat berbahaya bagi penularan
Penyakit TBC utamanya menyerang organ paru-paru Penyakit TBC utamanya menyerang organ paru-paru. Paru-paru merupakan organ yang sangat rapuh (gelembung paru-paru) sehingga bila terserang TBC dapat terjadi kebolongan (caverne) dalam paru-paru. Bila penyakitnya bertambah berat, penderita makin kurus, pucat, sangat lemah, dan batuk darah. Kadang-kadang bahkan terjadi pendarahan karena terputusnya pembuluh darah yang besar dalam paru-paru. Selain menyerang paru-paru, TBC dapat pula menyerang ginjal, tulang, usus, alat kandungan, kelenjar lympha, dan otak. Pada TBC otak, pengobatanya sangat sulit dan bila sembuh seringali meninggalkan gejala sisa (cacat) berupa kelumpuhan, kecerdasan yang menurun, dan gejala-gejala kelainan syaraf lainnya.
Proses penyebaran penyakit TBC Dahulu dikatakan bahwa TBC lebih banyak terdapat di kota- kota, namun karena adanya urbanisasi dan adanya alat transportasi yang semakin lancar, keadaan TBC di desa dan di kota sama-sama banyak. Mycobacterium Tuberculosa yang berjuta-juta banyaknya berasal dari dahak si penderita yang mengering berterbangan dalam debu-debu di udara, dlm kereta api, bus-bus umum, ruang-ruang bioskop, dan tempat-tempat lain bekas penderita berada. Dahak yang melayang-layang di udara ini, akan terhirup oleh orang-orang yang akan menambah jumlah penderita baru.
Untuk mencegah penyebaran penyakit TBC semacam ini, diharapkan sekali keinsyafan dari para penderita untuk tidak membuang dahak dimana saja dan menutup mulutnya dengan menggunakan sapu tangan. Berkecamuknya penyakit TBC disebabkan oleh adanya sumber penularan (penderita) yang sebagian besar merupakan usia produktif sehingga sering bertemu dengan banyak orang dan adanya orang-orang yang rentan dalam masyarakat. Kerentanan TBC ini terjadi karena daya tahan tubuh yang rendah yang disebabkan karena gizi yang buruk, terlalu lelah, kedinginan, dan cara hidup yang tidak teratur. Karena itulah, penyakit TBC lebih banyak terdapat pada golongan masyarakat dimana keadaan sosio-ekonominya rendah atau keadaannya miskin dan kurangnya pengetahuan tentang tatacara hidup yang sehat.
Angka morbiditas TBC (suatu angka insiden menderita suatu penyakit pada suatu populasi selama periode waktu tertentu) Penyakit TBC di Indonesia masih merupakan masalah masyarakat yang cukup besar, karena 3 index (penunjuk) utama yang berhubungan dengan penyakit ini adalah : Tuberculin Index, pada anak-anak umur 10-14 tahun di Indonesia adalah 40,6%. Menurut WHO, TBC tidak lagi merupakan masalah kesehatan jika index ini bernilai1% atau kurang.
Prevalensi penderita dengan sputum postif 0,3-0,4% di pedusunan (Malang-Jatim) dan 0,5-0,8% di kota (Yogyakarta- Jateng). Untuk angka ini, 1% keatas dipandang tinggi; 0,2-1% sedang; 0,2% kebawah dipandang rendah. Prevalensi kelainan di paru-paru dengan sinar X adalah 3,3%.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan : Pada prinsipnya pencegahan dan pemberantasan TBC dijalankan dengan usaha-usaha : Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang TBC (bahayanya, cara penularannya, serta usaha-usaha pencegahannya). Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan : Vaksinasi B.C.G (Bacillus Calmette Guerin) pada anak-anak umur 0-14 tahun. Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteria M. Tuberculosis yang hidup. Perlu diingat bahwa pemberian dua atau tiga kali tidak mempengaruhi kekuatan imunisasi pada masa yang akan datang. Oleh itu, vaksinasi BCG hanya diperluan sekali seumur hidup. Di Indonesia sendiri, diberikan sebelum berumur dua bulan.
Imunisasi TBC ini tidak sepenuhnya melindungi diri ita dari serangan TBC. Keampuhan vaksin ini antara 70-80%. Sehingga, meskipun kita telah menerima vaksin kita tetap harus waspada terhadap serangan TBC ini. Amerika serikat misalnya, tidak melakukan vaksinasi BCG, tetapi mereka menjaga ketat terhadap orang atau kelompok yang beresiko tinggi serta melakukan diagnosa terhadap mereka. Pesakit yang terjangkiti segera mendapat pengobatan.
Akan tetapi negara–negara Eropa dan Jepang tetap menganggap perlu diadakannya imunisasi. Bahkan Jepang telah memutusan untuk melakukan vaksinasi BCG terhadap semua bayi yang lahir tanpa melakukan ujian tuberculin, ujian yang dilakukan untuk mengetes antibodi yang dihasilan oleh infeksi kuman TBC. Jika hasil ujian positif, dianggap telah terjangkiti TBC dan tidak akan diberi vaksin.
LATIHAN Buatlah analisis berdasarkan gambar 1 berikut ini.
Gambar menunjukkan adanya penurunan penderita BTA positif mulai tahun 1998-1999, karena dari segi politik zaman tersebut merupakan zaman peralihan politik, dimana pak Soeharo lengser dari jabatannya. Waktu pak Soeharto memimpin Indonesia (zaman orde baru), program terpusat dari atas ke bawah. Namun setelah beliau lengser, diadakan program otonomi daerah (terdapat pendanaan di propinsi) atau mulai diadakannya desentralisasi sehingga setiap daeah bisa memetakan dana daerahnya sendiri-sendiri dengan tujuan lebih tepat pelaksanaannya.
LATIHAN Apakah peranan ilmu kesehatan masyarakat dalam hal penanggulangan masalah TBC, buatlah analisisnya berdasarkan gambar 2 berikut ini.
PERANAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TBC EPIDEMIOLOGI Menerapkan pertanyaan 5W dan 1H dalam menganalisis faktor- faktor yang berkaitan dengan penyakit TBC. Meliputi apa itu TB, Kapan terjadi penyakit TB, Siapa saja yang beresiko terkena, Dimana lokasinya, Mengapa penyakit itu dapat menyerang, Bagaimana penanggulangan dan pencegahannya dll.
BIOSTATISTIKA Menentukan sampel, menganalisis data secara teliti dan sesuai sehingga pemberian bantuan dari pemerintah tepat sasaran. GIZI KESEHATAN Dilakukan dengan cara meningkatkan asupan gizi, untuk meningkatkan daya tahan tubuh, agar tidak mudah terserang kuman TB.
Dalam hal ini gizi kesehatan sangat diperlukan karena nutrisi yang baik dan memadai sebagai hasil kemajuan teknologi pertanian dan pengolahan makanan, serta kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi, mampu menurunkan angka sakit dan angka kematian. Michael Sharpston dari bank dunia menggunakan istilah pola penyakit dasar negara miskin yaitu keadaan nutrisi yang rendah yang menyebabkan terjangkitnya penyakit-penyakit yang disebarkan oleh udara, TBC misalnya. Penyakit tersebut merupakan penyebab dari 70-90% kematian pada anak-anak miskin. Selain itu rendah nutrisi yang kronis secara terus- menerus juga mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang thdp penyakit menular lainnya.
PKIP Dalam melakukan intervensi atau penyuluhan, harus disesuaikan dengan waktu, kultur, dan budaya masyarakat sasaran sehingga meningkatkan keefektivitasan dan berdampak pada perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih sehat.
AKK (ADSMINISTASI KESEHATAN MASYARAKAT) Dalam pemesanan obat harus sesuai dengan jumlah sasaran, jangan kurang ataupun lebih, sehingga ketika penderita melonjak di waktu-waktu tertentu obat tersebut sudah kadaluwarsa. Jika hal ini terjadi, dapat menimbulkan kerugian bagi pemerintah dan masyarakat, uang yang telah dianggarkan sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Kemudian pendistribusian obat juga harus merata dan bagi rumah sakit harus memberkan pelayanan maksimal kepada masyarakat khususnya yang tidak mampu, jangan sampai ada pasien yang diabaikan meskipun tidak mempunyai dana, hal ini dapat diatasi dengan kerjasama pemerintah yaitu pemberian ASKES atau bantuan lainnya tentunya juga harus tepat sasaran.
Selain itu, bisa juga dilakukan dengan adanya penambahan pelayanan kesehatan dan tenaga ahli atau kader yang berkompeten untuk membantu penanganan masalah TB di Indonesia, khususnya di daerah terpencil. Dalam hal ini semakin bertambah kuatnya earing antara puskesmas dan rumah sakit juga diperlukan. Ha ini dimaksudkan agar penderita TB yang tidak mendapat pelayanan cukup di puskesmas dapat segera dirujuk ke rumah sakit.
Adapun obat-obat utama pada TBC meliputi : STREPTOMYCIN (S) ETHAMBUTOL (E) ISONIAZID (H) RIFAMPIZIN (R) PYRANZINAMIDE (Z) Rawatan TB memakan masa 6 bulan, dibagikan dalam 2 fase : Fase intensif , biasanya 4 jenis obat TB dimakan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian, diikuti ujian sputum AFBx3 dan x-ray dada. Fase sambungan, dimana 2/3 jenis obat TB dimakan setiap hari/2x seminggu selama 4bulan. Kemudian diikut AFBx3 dan x- ray dada.
KESEHATAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam riwayat timbulnya penyakit. Oleh karena itu pengetahuan mengenai segi-segi penyehatan (sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam tiap upaya kesehatan, baik secara individual maupun kelompok. Adapun peranan kesling dalam penanggulangan TBC adalah dengan meningkatan kebersihan di dalam rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal. Hal ini dapat dilakukan dengan pembangunan rumah sehat bagi masyarakat kurang mampu (tidak terlalu padat pemukimannya), sehingga sirkulasi udara di rumah bagus dan tidak lembab. Karena jika lembab, kotor, ataupun gelap, akan memudahkan kuman TB untuk berkembang biak atau juga memicu datangnya penyakit lainnya.
K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) Penggunaan APD (alat pelindung diri) yaitu masker bagi pekerja secara individual, artinya masing-masing hanya boleh memakai maskernya sendiri. Kemudian adanya pengaturan ventilasi, bagi ruangan yang ber-AC minimal ruangan tersebut harus dibuka 1jam sehari. Bagi penderita TBC, tidak diperbolehkan bekerja selama 120 hari. Selain itu di lingkungan kerja juga harus diberikan pelayanan kesehatan yang memadai bagi para pekerjanya. Bila penderita telah sembuh dan kembali bekerja, yakinkan pada pekerja lain bahwa si penderita sudah sembuh, sehingga tidak dikucilkan atau dijauhi.
Perlu diketahui bahwa berhasil/tidaknya usaha pemberatasan TBC bergantung pada : Keadaan sosio-ekonomi masyarakat Makin buruk keadaan sosio-ekonomi masyarakat, semakin jelek nilai gizi dan hygiene lingkungannya, yang akan menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh mereka, sehingga memudahkan menjadi sakit, seandainya mendapatkan penularan. Keadaan gizi yang jelek, selain mempersulit penyembuhan juga memudahkan kembali TBC yang sudah reda. Kesadaran berobat si penderita Pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama (minimal 2 tahun), sebab obat anti TBC barulah bersifat tuberculostica belum bersiat tuberculostida.
Kadang-kadang walaupun penyakitnya agak berat si penderita tidak merasa sakit, sehingga tidak mencari pengobatan. Menurut hasil penyelidikan W.H.O. 50% penderita TBC tidak menunjukkan gejala apa-apa, orang-orang seperti inilah yang akan lebih berbahaya bagi sumber penularan karena bebas bercampur dengan masyarakat. Pengetahuan penderita, keluarga, dan masyarakat pada umumnya tentang penyakit TBC Makin rendah pengetahuan penderita tentang bahaya penyakit TBC untuk dirinya, keluarga, dan masayarakat di sekitanya makin besar pulalah bahaya si penderita sebagai sumber penularan, baik dirumah, maupun ditempat pekerjaannya, untuk keluarga dan orang-orang disekitarnya. Sebaliknya, pengetahuan yang baik tentang penyakit ini, akan menolong masyarakat dalam menghindarinya.
DAFTAR PUSTAKA Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Prof. Dr. Nur. Nasry Noor, MPH. http://www.medicine.ukm.my/wiki/inde.php/Tuberk ulosis