Gaya Seni Rupa Indonesia Modern Pertemuan 10 Matakuliah : U0032/Sejarah SR & Kebudayaan Indonesia II Tahun : 2006 Gaya Seni Rupa Indonesia Modern Pertemuan 10
Seni Indonesia Modern Pertumbuhan seni lukis modern Indonesia dimulai semenjak Raden Saleh mempergunakan teknik dan idiom seni lukis Barat dalam corak Romantisisme. Setelah vakum, kemudian diikuti munculnya seni lukis bertema pemandangan yang dibuat para pelukis asing dan pribumi yang dinamakan Mooi Indie. Kecenderungan seni lukis yang tidak berangkat dari realitas tersebut mendapat reaksi keras dari para pelukis yang tergabung dalam kelompok Persagi yang dimotori Sudjojono. Persagi mengedepankan ide tentang nasionalisme dan corak baru dalam seni lukis. Invasi Jepang ke Indonesia membawa dampak tehadap seni lukis dengan didirikannya lembaga kebudayaan Poetra dan Keimin Bunka Shidosho, serta berakhir dengan diproklamasikannya kemerdekaan.
Seni Indonesia Modern Revolusi Fisik yang terjadi memaksa para seniman untuk hijrah ke Yogyakarta. Era ini ditandai dengan didirikannya sanggar-sanggar seni rupa oleh seniman senior yang berperan dalam transfer ilmu kepada para pelukis muda secara nonformal. Selanjutnya seni lukis menemukan momentum barunya dengan didirikannya akademi seni rupa, yaitu ASRI dan bagian seni rupa ITB. Dari kalangan akademisi inilah kemudian dinamika pertumbuhan seni rupa Indonesia semakin bergairah. Saat berikutnya diwarnai hiruk pikuk politik yang juga diikuti sebagian seniman. Periode ‘70-an ditandai dengan kecenderungan anti lirisisme yang digerakkan perupa muda dari kalangan akademi. Semangat eksperimentasi menandai karya-karya mereka seperti ditunjukkan dalam Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia.
Seni Indonesia Modern Dekade 1980-an perkembangan seni rupa semakin marak, salah satunya adalah kecenderungan surealistik dalam seni lukis kontemporer. Citra surealistik pada seni lukis kontemporer Indonesia pada berbagai aspek menampakkan persamaan sekaligus perbedaan fundamental dengan Surealisme Barat. Surealisme Barat lahir dari keruntuhan gerakan Dada dan didahului sebuah manifesto pada tahun 1924. Pertumbuhan Surealisme di Eropa diilhami pemikiran psikoanalisis Sigmund Freud dan karya-karya Pittura Metafisica Giorgio de Chirico. Para pelukis dan sastrawan yang dipimpin André Breton mencoba menggali ide dari alam ketidaksadaran atau mimpi dan memanifestasikannya melalu metoda yang dilandasi otomatisme.
Seni Indonesia Modern Dalam konteks seni rupa Indonesia, citra surealistik sesungguhnya dapat ditemui pada larya-karya seni Zaman Hindu seperti pada relief atau lukisan. Relief bertema Lalitavistara di Candi Borobudur, misalnya, memakai kaidah yang berbeda dengan sistem fotografi Barat yang serba terbatas. Sebaliknya, pada panil relief Borobudur aspek ruang, waktu dan jarak digambarkan secara berganda sehingga bersifat multi-realitas. Kaidah menggambar seperti ini diterapkan pula pada wayang beber yang merupakan karya lukisan. Cerita dan tokoh wayang pun – dengan jenisnya yang variatif – seringkali besifat fantastis dan irrasional. Pada masa modern citra surealistik dalam seni lukis bermula dari realisme yang dikembangkan Sudjojono dan kawan kawan dari Persagi. Citra lukisan surealistik sebenarnya ditemui pula pada karya pelukis terkemuka seperti Affandi tetapi tidak menjadi kecenderungan utama.