Pertemuan ke 7-8 ANALISA HASIL & RISIKO INVESTASI dan EFESIENSI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
ASPEK FINANSIAL FEASIBILITY STUDIES.
Advertisements

Informasi pasar dalam analisis Keuangan
HUTANG DAN MODAL (EKUITAS)
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
V. PENENTUAN HARGA FORWARD & FUTURES
OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN
SURAT BERHARGA DERIVATIF WARRANT & OBLIGASI KONVERSI
SUKU BUNGA dan NILAI WAKTU UANG
Portofolio Optimal atau Strategi Portofolio
ANALISIS INVESTASI DAN MANAJEMEN PORTOFOLIO
Lecture Note: Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom
RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI
Topik 9-10 MANAJEMEN KEUANGAN
11 RISIKO DAN IMBAL HASIL LANJUTAN Pendahuluan Pasar efisien Oligasi Saham.
BAB 15  KEBIJAKAN DIVIDEN Tipe dan Cara Pembayaran Dividen
Ekonomi Manajerial Bab 12 Evaluasi Kinerja POrtofolio
PENILAIAN DAN KINERJA PERUSAHAAN
6 Manajemen KEUANGAN.
Keuangan Bisnis.
Efisiensi pasar.
BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL)
CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan
ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO
PENGANTAR BISNIS KELOMPOK 5.
Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil
Manajemen Kas Dan Surat Berharga
INVESTASI Rita Tri Yusnita
ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING)
BIAYA MODAL ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB.
RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI
CAKUPAN PEMBAHASAN Overview Definisi investasi Investasi dan konsumsi
ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO
PERTEMUAN MINGGU 1 PENILAIAN SURAT BERHARGA JANGKA PANJANG
PENILAIAN SURAT BERHARGA JANGKA PANJANG
PERTEMUAN MINGGU 9 KEBIJAKAN DEVIDEN
Manajemen keuangan.
OVERVIEW 1/31 Strategi investasi obligasi merupakan strategi yang digunakan investor dalam pengelolaan portofolio obligasi. Secara spesifik, setelah mempelajari.
PRINSIP – PRINSIP INVESTASI MODAL
PENILAIAN DAN KINERJA PERUSAHAAN
PERAN MANAJEMEN KEUANGAN
MATERI # 1 PENGERTIAN INVESTASI
PORTFOLIO MANAGEMENT & EVALUATION
Pasar Uang NAMA KELOMPOK : Irfatul laila (09 Khusnul khotimah (12)
ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING)
Capital Asset Pricing Model
Kuliah ke 6. KEWIRAUSAHAAN Topik : MANAJEMEN KEUANGAN.
CAKUPAN PEMBAHASAN Overview Definisi investasi Investasi dan konsumsi
Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)
ASPEK2 SKB Pasar Konsumen dan Produsen Pemasaran Teknik dan teknologi
OVERVIEW 1/31 Strategi investasi obligasi merupakan strategi yang digunakan investor dalam pengelolaan portofolio obligasi. Secara spesifik, setelah mempelajari.
Efisiensi pasar.
RETURN DAN RISIKO INVESTASI
Nilai pasar vs Nilai intrinsik
Risk and Return Lawrence J. Gitman DASAR RISK & RETURN
BAB IV DAN V RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTOFOLIO
CAKUPAN PEMBAHASAN Overview Definisi investasi Investasi dan konsumsi
Informasi pasar dalam analisis keuangan
METODE USULAN PENILAIAN INVESTASI
Cost of Capital (Biaya Modal)
BAB 4 NILAI WAKTU UANG Nilai waktu uang (time value of money) merupakan konsep sentral dalam Manajemen Keuangan. Kenapa time value of money penting? Setidak-tidaknya.
RESIKO DAN NILAI WAKTU UANG
DEFINISI DAN PENGERTIAN INVESTASI
BIAYA MODAL ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB.
Konsep Nilai Waktu Uang Pengertian Konsep Nilai Waktu Uang Konsep nilai waktu uang adalah suatu konsep yang berkaitan dengan waktu dalam menghitung nilai.
KONSEP DASAR INVESTASI
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
Materi Manajamen Proyek
METODE PEMIILIHAN INVESTASI IRR, PI, NPV,MIRR
Manajemen Keuangan 2 Implementasi Biaya Modal Terhadap Perusahaan Kelompok 2 Andrean Iin Sutisna.
Tipe dan Cara Pembayaran Dividen
Transcript presentasi:

Pertemuan ke 7-8 ANALISA HASIL & RISIKO INVESTASI dan EFESIENSI PASAR MODAL

KONSEPSI HASIL : Imbal Hasil (return) dapat dipandang sebagai penghargaan untuk investasi. Contoh : Dana tabungan Rp. 10 juta dengan bunga 10% dipinjamkan kepada pihak lain, maka selayaknya dikenakan bunga pinjaman minimal 10% Dengan strategi ini , berarti pemilik dana memper - oleh penghargaan yang sama seperti jika dananya tetap ditabung/tidak dipinjamkan. Investasi tidak selalu memberikan kepastian hasil Kepastian hanya mungkin dalam bentuk simpanan pada bank yang bonafid, meski masih ada risko, minimal inflation risk

UNSUR HASIL : Hasil dari suatu investasi tediri dari 2 unsur, yaitu : 1. Current Income, yaitu penghasilan berjalan seperti bunga, dividen, sewa dll. 2. Capital Gain, berupa kenaikan nilai, karena harga jual investasi lebih tinggi dari harga belinya

Current Income (Penghasilan Berjalan) Adalah penghasilan periodik yang diterima secara tunai atau cepat dapat diubah menjadi tunai yang bersumber dari pemilikan suatu investasi, seperti : Bunga yang diterima dari obligasi, Dividen dari saham, Sewa dari properti dll.

Contoh :Penghasilan berjalan dari Invetasi A dan B selama kepemilikan satu tahun : Investasi A Investasi B Harga Beli (awal tahun) Rp 1.000 jt Rp. 1.000 jt Uang tunai yg diterima : Triwulan I Rp. 10 jt Rp. 0 jt Triwulan II Rp. 20 jt Rp. 0 jt Triwulan III Rp. 20 jt Rp. 0 jt Triwulan IV Rp. 30 jt Rp. 120 jt Jumlah (setahun) Rp. 80 jt Rp. 120 jt Harga jual (akhir tahun) Rp 1.100 jt Rp. 96 0 jt Berdasarkan pernghasilan berjalan yang diterima selama setahun , ternyata Investasi B lebih menguntungkan dari pada Investasi A

Capital Gain Investor tidak hanya mengharapkan untuk mempero- leh penghasilan berjalan, tetapi juga pengembalian da- na yang diinvestasikannya dikemudian hari atau dijual dengan hasil yang lebih besar dari harga belinya atau disebut capital gain; namun jika sebaliknya disebut capital loss Pemegang obligasi akan memperoleh dana yang diinvestasikan pada jatuh tempo atau investor bisa menjualnya sebelum jatuh tempo . Pemegang saham, properti dan instrumen investasi lainnya yang tidak memiliki jatuh tempo, maka pe- ngembalian dananya tidak pasti, namun setiap saat bisa menjualnya

Contoh : Penghasilan yang diperoleh dari Investasi A dan Investasi B Pada tabel 1 Investasi A memberi capital gain Rp. 100 juta t (harga jual Rp. 1.100 jt - 1.000 jt) dan Investasi B mengalami capital loss Rp. 40 juta (harga jual Rp. 960 Rp. 1.000) dalam setahun Hasil total dari masing-2 investasi adalah : H a s i l Investasi A Investasi B Penghasilan berjalan Rp. 80 jt Rp. 120 jt Capital gain (loss) Rp. 100 jt Rp. ( 40 jt) Hasil Total Rp. 180 jt Rp. 80 jt Investasi A memberi kan hasil Rp 180/1.000 x 100% = 18% sedang Investasi B memberikan hasil Rp. 80/1.000 x 100% = 8% Dengan demikian, Investasi A lebih unggul dari pada Investasi B

Nilai Historis dari Hasil yang diharapkan (expected return) Dalam dunia investasi umum dilakukan peman - tauan atas data historis dari suatu instrumen inves tasi tertentu untuk memperkirakan kemungkinan dimasa depan. Contoh : Data historis dari suatu investasi

1 : Rp 1 juta Nilai Pasar (Harga) Pengha- Awal Akhir Capital Hasil % Hasil Tahun silan Thn Thn Gain Total Total (1) (2) (3) (4) ( 5) (6) 1995 Rp 4 Rp100 Rp 95 - Rp 5 - 1 - 1,00 % 1996 3 95 99 4 7 7,37% 1997 4 99 105 6 10 10,10 % 1998 5 105 115 10 15 14,29 % 1999 5 115 125 10 15 12,00 % 2000 3 125 120 - 5 - 2 - 1,60 % 2001 3 120 122 2 5 4,17 % 2002 4 122 130 8 12 9,84 % 2003 5 130 140 10 15 11,54 % 2004 5 140 165 15 20 14,29 % Rata-rata Rp 4,10 Rp 5,50 Rp 9,60 8,10 %

Investasi awal Rp 100 juta (kol Investasi awal Rp 100 juta (kol.2) memberi pengha - silan berjalan (kol.1 ) dan capital gain/loss (kol.4) se- tiap tahun. Hasil total rata-2 selama 10 tahun tera - khir adalah 8,10%. Data historis dari investasi ini menunjukkan terjadi- nya siklus hasil lima tahunan. Setiap tahun (1995 dan 2000) hasil negatif, diikuti dengan empat tahun (1996-1999 dan 2001-2004) ha - sil positif yang naik Dengan analisa data historis ini, dapat dilakukan proyeksi hasil yang diharapkan (expected return) dimasa depan.

Proyeksi tahun 2005, 2006 dan seterusnya dapat dilakukan melalui dua arah, yaitu : a. Melanjutkan trend peningkatan hasil lima tahun terakhir, yang mengharapkan hasil total rata-rata antara 12% sampai 15% b. Mengikuti pola siklus hasil lima tahunan, yang mengharapkan hasil negatif 2005 dan diikuti kenaikan hasil positif sehingga memperkirakan hasil total rata-rata antara 8% sampai 9%

Tingkat Hasil (rate of return) Tingkat hasil yang dicapai atau diharapkan dari suatu invetasi terutama tergantung pada Fakotr-2 sbb. : 1. Sifat-sifat Internal 2. Kekuatan Eksternal, dan 3. I n f l a s i

1. Sifat-Sifat Internal : Seperti jenis instrumen investasi, cara pembelanjaan nya, klien dari emiten dan manajemennya mempenga ruhi tingkat hasil. Contoh : Saham dari pabrik baja yang besar, dikelola baik, dibelanjai sepenuhnya dengan penyertaan (equity financed) yang kliennnya adalah perakitan/karoseri mobil Toyota, diharapkan memberikan tingkat hasil yang bebeda dengan pabrik garmen yang kecil, manajemen kurang baik, dibelanjai terutam dengan hutang (debt financed) yang kliennya toko-2 kecil

2. Kekuatan Eksternal : Seperti perang, resesi, peraturan baru, kebijakan po- litik yang diluar kekuasaan emiten. Setiap instrumen investasi terkena pengaruh yang berbeda, dimana kekuatan eksternal yang sama akan mengakibatkan naiknya hasil dari suatu instrumen, sedang hasil dari instrumen lain bisa turun 3. I n f l a s i : Cenderung memberikan pengaruh positif terhadap jenis-2 instrumen investasi seperti properti dan pe - ngaruh negatif terjadap jenis instrumen investasi lainnya seperti saham dan obligasi

PENGUKURAN HASIL Pengukuran hasil dari suatu investasi didasarkan atas waktu dari penghasilan berjalan dan/atau capital gain/loss. Dalam hal ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : 1. Bunga, sebagai hasil dasr bagi penabung 2. Konsepsi Hasil selama periode investasi ditanam 3. Nilai Waktu atas uang

1. Bunga (interest) Tabungan pada lembaga keuangan merupakan salah satu bentuk investasi yang paling dasar. Penabung memperoleh bunga sebagai penghargaan atas penem - patan dananya. Bunga tersebut sebagai penghasilan se- dang nilai investasinya (tabungan awal) tidak memper- oleh capital gain/loss Berbagai cara perhitungan bunga : a. Bunga sederhana, yaitu bunga yang dibayarkan ha - nya pada saldo aktual selama jumlah waktu aktual dana ybs. ditabung. Contoh : Tabungan Rp 100 juta bunga 6% p.a selama 1,5 th. akan memperoleh bunga : Rp 100 juta x 1,5 x 6% = Rp. 9 juta selama periode tersebut

Contoh : Tabungan dengan Bunga Majemuk 5% Tabel 1 : 1 : Rp. 1 juta Jika pada akhir tengah tahun tabungannya ditarik Rp. 50 juta, maka akan diperoleh bunga : (Rp. 100 juta x 6/12 x 6%) + (Rp. 50 jt x 1 x 6%) = Rp. 6 juta selama 1,5 tahun b. Bunga Majemuk, yaitu bunga yang dibayar baik pada tabungan awal maupun pada setiap bunga yang terpupuk dari satu periode ke periode berikutnya Contoh : Tabungan dengan Bunga Majemuk 5% Tabel 1 : 1 : Rp. 1 juta Tanggal Tabungan Saldo Bunga Saldo Akhir (Penarikan) Awal 5% x (2) (2) + (3) (1) (2) (3) (4) 1-1-2002 Rp. 1.000 Rp. 1.000 Rp. 50 Rp. 1.050 1-1-2003 ( 300) 750 38 788 1-1-2004 1.000 1.788 89 1.877 Bunga Rp 50 juta dari tabungan Rp. 1.000 juta selama 2002 menjadi saldo yang mendapat bunga dalam tahun 2003, dan seterusnya

Perhitungan bunga majemuk akan menghasilkan bu - nga dan saldo akhir tabungan yang lebih besar, bila penggandaan bunga dilakukan lebih sering Contoh : Perhitungan Bunga Majemuk tengah tahunan 5% atas tabungan awal Rp. 1.000 juta Tabel 2 : 1 : Rp. 1 juta Tanggal Tabungan Saldo Bunga Saldo Akhir (Penarikan) Awal 5% x1/2x (2) (2) + (3) (1) (2) (3) (4) 1-1-2002 Rp. 1.000 Rp. 1.000 Rp. 25 Rp. 1.025 1-7-2002 1.025 26 1.051 1-1-2003 ( 300) 751 19 770 1-7-2003 770 19 789 1-1-2004 1.000 1.789 45 1.834 1-7-2004 1.833 46 1.879 Saldo akhir 2004 pada tabel 2 adalah Rp. 1.879 juta lebih besar dari pada saldo akhir 2004 pada tabel 1 sebesar Rp. 1.877

Apabila perhitungan bunga dilakukan dengan cara sederhana dan cara majemuk tahunan , maka ting- kat bunga yang dinyatakan (stated rate of interest) sama dengan tingkat bunga yang sebenarnya (true rate of interest) Tetapi apabila perhitungan bunga dilakukan dengan cara mejemuk yang lebih sering tahunan, maka ting- kat bunga yang sebenarnya akan lebih tinggi dari tingkat bunga yang dinyatakan Contoh : Perhitungan bunga majemuk 5% dengan berbagai periode

Tabel 3 : Tingkat Bunga Sebenarnya dari Berbagai Periode Majemuk (Tingkat Bunga Dinyatakan 5%) Periode Majemuk Tingkat Bunga Sebenarnya Tahunan 5,000 % Tengah Tahunan 5,063 % Triwulanan 5,094 % Bulanan 5,120 % Mingguan 5,125 % Harian 5,127 % Oleh karena periode majemuk yang berbeda mengakibatkan tingkat bunga sebenarnya yang berlainan, maka penabung perlu menilai bebagai alternatif tabungan sesuai dengan cara perhi - tungan bunga yang dianut.

2. Hasil Selama Periode Investasi Hasil invetasi yang berupa penghasilan berjalan sela- lu terealisir, karena biasanya diterima oleh investor selama periode investasi. Sedangkan capital gain/loss biasa terealisir apabila instrumen investasi dijual pada akhir periode investasi , dan bersifat potensial bila tidak dijual dan tetap dipegang Selain itu, hasil investasi bisa positif atau negatif, di- mana penghasilan berjalan negatif bisa terjadi, mi - salnya dalam usaha apartemen karena tingkat hunian yang rendah, sehingga hasil sewa < biaya operasi, sehingga investor harus menutup defisit. Capital loss bisa terjadi apabila nilai pasar dari instu men investasi menurun selama periode investasi

Dalam perhitungan jumlah hasil investasi, maka selu ruh hasil, baik yang terealisir maupun potensial, ba- ik yg positif maupun negatif harus diperhitungkan. Seluruh hasil yang diperoleh selama periode, dimana suatu investasi dipegang/ditahan/ditanam disebut “Hasil Periode Penanaman” atau Holding Period Return/HPR dengan rumus : Penghasilan berjalan + Capital Gain/loss Nilai Investasi Awal HPR merupakan cara yang praktis untuk menilai pemilihan berbagai alternatif instrumen investasi Contoh : Perbandingan 4 instrumen investasi melalui HPR

Tabel 1 : Variabel-2 Finansial Utama dari 4 Instrumen Investasi (1 : Rp 1 juta) Instrumen Investasi Tabungan Saham Biasa Obligasi Properti Penerimaan Tunai : Triwulan I/2004 Rp 15 Rp 10 Rp 0 Rp 0 Triwulan II/2004 15 10 50 0 Triwlan III/2004 15 10 0 0 Triwulan IV/2004 15 15 50 0 Jumlah Penghasilan Berjalan (1) Rp 60 Rp 45 Rp100 Rp 0 Nilai Investasi : Akhir Tahun Rp1.000 Rp 2.100 Rp 970 Rp 3.200 Awal Tahun (2) 1.000 2.000 1.000 3.000 Capital Gain/Loss (3) Rp 0 Rp 100 Rp ( 30) Rp 200 Hasil Total (4) = (1) + (3) Rp 60 Rp 145 Rp 70 Rp 200 HPR (5) = (4) : (2) 6,00% 7,25% 7,00% 6,67% Ternyata HPR tertinggi berada pada Saham Biasa (7,25%) mes- kipun hasil total tertinggi diperoleh dari Properti (Rp 200 juta)

NILAI WAKTU DARI UANG (Time Value of Money) Makin cepat investor menerima hasil dari suatu investasi semakin baik, karena peluan untuk menginvestasikan kembali dan memperoleh tambahan hasil Jadi w a k t u menjadi faktor penting dalam proses penilaian dan keputusan memilih alternatif investasi, yaitu baik waktu mendatang maupun waktu sekarang

a. Waktu Mendatang (Future Value ) Adalah jumlah dimana investasi sekarang akan tumbuh selama periode tertentu dengan bunga majemuk. Contoh nilai mendatang dari investasi Rp 1.000 juta dengan bunga majemuk 8% p.a, diperoleh dengan perhitungan : Jumlah akhir tahun ke-1 : Rp 1.000 juta x (1+0,08) = Rp 1.080,00 juta Jumlah akhir tahun ke-2 : Rp 1.080 juta x (1+ 0,08) = Rp 1.166,40 juta atau dengan rumus : FV = PV x (1+r)

Untuk menghitung nilai mendatang dapat dipergu- nakan Tabel Faktor Bunga Majemuk. Tabel ini me- nunjukkan kelipatan setiap Rp. 1 yang dihitung se- lama periode dan bunga tertentu, contoh : Investasi Rp. 1.000 juta, bunga 8% p.a selama 4 tahun adalah : Rp. 1000 juta x 1,360 = Rp. 1.360 juta Investasi Rp. 1.000 juta, bunga 5 % p.a selama 4 tahun adalah : Rp. 1000 juta x 1,216 = Rp. 1.216 juta

b. Nilai Sekarang (Present Value) Adalah kebalikan dari Future Value, dalam arti se- bagai nilai saat ini dari suatu jumlah yang akan di- terima dimasa datang. Tingkat bunga untuk meng- hitung Nilai Sekarang disebut tingkat diskon (dis- count rate) contoh : Nilai Sekarang dari Rp 1000 juta yang akan dite- rima 1 tahun mendatang dengan diskon 8% p.a adalah : PV x (1 + 0,08) = Rp. 1000 juta PV = Rp 1000 juta / (1+0,08) = Rp. 925,93 juta atau dengan rumus : PV = FV/ (1+r)

Untuk menghitung Nilai Sekarang dapat dipergu- nakan Tabel Faktor Nilai Sekarang. Tabel ini me- nunjukkan kelipatan setiap Rp. 1 yang dihitung se- lama periode dan bunga tertentu, contoh : Nilai Sekarang Rp. 1.000 juta selama 4 tahun diskon 8% p.a adalah : Rp. 1000 juta x 0,735 = Rp. 735 juta Nilai Sekarang Rp. 500 juta diterima 5 th mendatang, diskon 6 % p.a adalah : Rp. 500 juta x 0,747 = Rp. 373,50 juta

c. PV dari Suatu Aliran Penghasilan Jumlah yang akan diterima mendatang (FV) bisa berupa Sekaligus (single lump sum) atau suatu alir- an (stream ) yang akan diterima setiap tahun seba - gai mana penerimaan hasil suatu invetasi. Aliran tsb. bisa berupa : Aliran campuran (mixed stream) dimana pengha- silan tahunan tsb. jumlahnya tidak selalu sama. Anuitas (Annuity) dimana penghasilan anuitas tahunan tersebut jumlahnya selalu sama

Aliran Campuran (mixed stream) Nilai Sekarang (PV) dari suatu aliran campuran peng- hasilan tahunan harus dihitung dengan menggunakan Tabel Faktor PV untuk setiap tahun, kemudian dijum- lahkan. Contoh : PV dari aliran campuran pengha - silan dengan tingkat diskon 9% ( 1 ) ( 2 ) (3) = (1) x (2) Tahun Penghasilan Faktor PV Present Value 2004 Rp 30 jt 0,917 Rp 27,51 jt 2005 40 jt 0,842 33,68 jt 2006 50 jt 0,772 38,60 jt 2007 60 jt 0,708 42,48 jt 2008 70 jt 0,650 45,50 jt Jumlah Nilai Sekarang (PV) Rp 187,77 jt

Aliran Anuitas (Annuity) Nilai yg akan datang dari suatu Anuitas (FV Annuity) merupakan jumlah uang pada akhir dari beberapa periode yang akan datang jika setiap periode mulai sekarang penambahan aliran dengan jumlah sama Untuk mempermudah perhitungan, gunakan Tabel Faktor FV untuk setiap Rp 1,- anuitas dengan berba- gai tahun dan tingkat bunga tertentu Contoh : Tabungan Rp. 10 juta (A) pertahun, sela- ma 20 th. (N) , tingkat bunga 10% (r) Nilai pada akhir tahun ke-10 (FVA10) = Rp. 10 juta x 15,937 = Rp. 159,37 juta

Aliran Anuitas (Annuity) Nilai Sekarang (PV) dari suatu Anuitas dapat dihitung dengan cara yang sama seperti aliran campuran. Untuk mempermudah perhitungan, gunakan Tabel Faktor PV untuk setiap Rp 1,- anuitas dengan berbagai tahun dan tingkat diskon Contoh : PV dari Rp. 50 juta anuitas 5 th, dengan dengan diskon 9% adalah : Nilai Sekarang Anuitas = Rp. 50 juta x 3,890 = Rp. 194,50 juta

Investasi Yang Layak : Dengan menggunakan konsepsi PV maka investasi dianggap la - yak apabila PV dari penerimaa (pada tingkat diskon tertentu) sama atau melebihi nilai sekarang dari pengeluaran; dimana pe- ngeluaran (harga beli) dari investasi dilakukan sekarang, sehing ga pengeluaran dan Nilai Sekarangnya dianggap sama. Dengan menggunakan contoh Tabel Perhitungan PV dari Aliran Campuran tingkat diskon 9% , maka terdapat 3 alternatif : 1. Jika pengeluaran investasi (sekarang) sama dengan Rp 187,77 juta investor akan memperoleh tingkat hasil yang sama dengan 8% 2. Jika pengeluaran investasi (sekarang) lebih kecil dari Rp 187,77 juta, investor akan memperoleh tingkat hasil yang lebih besar dari 8% 3. Jika pengeluaran investasi (sekarang) lebih besar dari Rp 187,77 juta, investor akan memperoleh tingkat hasil yang lebih kecil dari 8% Investor akan melakukan investasi dalam kondisi alternatif 2 atau setidak-tidaknya alternatif 1

Y I E L D Yield dari suatu investasi adalah tingkat diskon di - mana Nilai Sekarang (PV) dari penerimaan (benefit) tepat sama dengan pengeluaran investasinya (cost) Apabila Yield telah dihitung, maka kelayakan suatu investasi dapat ditentukan. Apabila dari suatu investasi lebih besar atau sama dengan tingkat diskon yang dikehendaki, maka investasi tersebut dapat diterima Investasi yang memberikan Yield dibawah tingkat diskon yang dikehendaki tidak bisa diterima Yield disebut pula dengan IRR dan seringkali dicari dengan cara trial & error atau coba-coba

Contoh : Mencari Yield yang diperkirakan Tabel Nilai Sekarang Aliran Penerimaan dari suatu Investasi : (1) (2) (3) = (1) x (2) Tahun Penerimaan Faktor PV 8% PV Penerimaan Ke-1 Rp 90 jt 0,926 Rp. 83,34 jt Ke-2 Rp 100 jt 0,857 Rp. 85,70 jt Ke-3 Rp 110 jt 0,794 Rp. 87,34 jt Ke-4 Rp 120 jt 0,735 Rp. 88,20 jt Ke-5 Rp 100 jt 0,681 Rp. 68,10 jt Ke-6 Rp 100 jt 0,630 Rp. 63,00 jt Ke-7 Rp1200 jt 0,583 Rp. 699,60 jt Jumlah Nilai Sekarang (PV) Penerimaan Rp1175,28 jt Jika pengeluaran investasi (outlay) Rp. 1.100 juta maka jumlah PV Penerimaan Rp 1.175,28 juta > dari outlay, berarti Yield dari investasi ini > dari tingkat diskon 8% Berapa besar Yield yang akan mempersamakan pengeluaran investasi dengan jumlah PV Penerimaan ?

(1) (2) (3)=(1)x(2) (4) (5)=(1)x(4) Yield diperkirakan antara 9% - 10%, PV penerimaan dengan menggunakan kedua tingkat diskon tersebut ada;lah : (1) (2) (3)=(1)x(2) (4) (5)=(1)x(4) Thn. Pener. FPV 9% PV Pener. FPV 10% PV Pener. Ke-1 Rp 90 0,917 Rp 82,53 jt 0,909 Rp 81,81 jt Ke-2 100 0,842 84,20 0,826 82,60 Ke-3 110 0,772 84,92 0,751 82,61 Ke-4 120 0,708 84,96 0,683 81,96 Ke-5 100 0,650 65,00 0,621 62,10 Ke-6 100 0,596 59,60 0,564 56,40 Ke-7 1200 0,547 656,40 0,513 615,60 Jumlah PV Pener. 1.117,61 jt 1.063,08 jt Selisih PV penerimaan dengan diskon 9% dan outlay Rp 1.11,61 - 1.100 juta = Rp 17,61 lebih kecil dari tingkat diskon 10%, yaitu Rp 1.063,08 - 1.100 juta = - Rp 36,92 Karena itu Yield dari investasi ini kira-kira sebesar 9%

R I S I K O (R i s k) Risiko adalah kemungkinan bahwa hasil nyata dari suatu investasi dapat berbeda dari Hasil yang Diha- rapkan (expected return) Pada umumnya, makin variable atau lebar range kemungkinan nilai hasil dari suatu investasi, makin besar risikonya dan sebaliknya. Risiko dari suatu investasi langsung berkaitan deng- an hasil yang diharapkan . Pada hakekatnya investor berusaha meminimkan risiko untuk mendapatkan tingkat hasil tertentu atau memaksimumkan hasil untuk tingkat risiko tertentu.

Jenis Risiko Investasi yang mungkin terjadi dan harus diperhitungkan oleh investor dalam mengam- bil keputusan investasi, a.l : Risiko Kegagalan (default risk) Risiko Tingkat Bunga (interest rate risk) Risiko Pasar (market risk) Risiko Manajemen (manajemen risk) Risiko Kemampuan Membeli (Purchasing Power) Risiko Politik (political risk) Risiko Kemampuan Pasar (marketability risk) Risiko Kollabilitas (collability risk) Risiko Konversi (conversion risk)

Hasil yang Diharapkan Fungsi Risiko Hasil R i s i k o Hubungan timbal-balik (trade off) antara Hasil dan Risiko ditunjukkan pada gambar : Hasil yang Diharapkan Fungsi Risiko Hasil Tingkat Bebas Risiko Rf R i s i k o

Keterangan : Makin tinggi hasil berhubungan dengan makin tingginya risiko Dalam hal ini, kenaikan risiko merupakan faktor negatif, sedangkan kenaikan Hasil adalah faktor positif Titik Rf menunjukkan kemungkinan bahwa risiko nol dapat memberikan hasil yang positif, contoh : obligasi pemerintah

Ukuran Risiko Beta Dalam pengukuran risiko dikenal dua teori, yaitu : B e t a, sebagai ukuran risiko, dan CAPM (Capital Asset Pricing Mode) atau Model Perhitungan Aktiva Modal, yang menghubungkan risiko yang diukur melalui beta dengan hasil yang diharapkan Beta menunjukkan bagaimana nilai dari suatu sekuri- tas bereaksi terhadap kekuatan pasar, dan dihitung melalui hubungan antara hasil (historis) dari suatu se- kuritas dengan hasil (historis ) dari pasar. Hasil pasar (market return) biasanya diukur berdasarkan hasil rata-rata dari seluruh atau sampel besar sekuritas (IHSG)

Beta untuk pasar = 1, sedang beta dari sekuritas dinya- takan relatif terhadap nilai itu (positif atau negatif) Contoh sampel nilai Beta secara selektif : B e t a Keterangan Interprestasi 2,0 Bergerak dengan - Dua kali responsipseperti Pasar 1,0 arah yang sama - Sama responsif seperti Pasar 0,5 seperti Pasar - Separoh responsif seperti Pasar 0 Tidak terpengaruh Pasar -0,5 Bergerak dengan - Separoh responsif seperti Pasar -1,0 arah terbalik - Sama responsif seperti Pasar -2,0 terhadap Pasar - Dua kali responsif seperti Pasar

Jika pasar diharapkan mengalami kenaikan tingkat hasil 10% pada periode berikut, maka saham dengan beta 1,50 diharapkan akan mengalami kenaikan hasil kira-kira 1,50 x 10% 15% dan sebaliknya Pada umumnya, makin tinggi nilai absolut beta (postif atau negatif) makin tinggi risiko investasi Tanda positif atau negatif hanya menunjukkan apakah risiko suatu investasi sejalan (positif ) atau terbalik (negatif) dengan pasar

Seluruh risiko dari suatu investasi terdiri dari : a. Diversifiable risk (risiko yang dapat didiversifikasi) atau Risiko Tidak Sistematis (unsystematic risk), ya- itu bagian dari risiko investasi seperti Risiko Kebang krutan , manajemen. Diversifiable risk dapat dihi - langkan melalui diversifikasi, yaitu dengan membuat portofolio investasi yang didiversifikasi yang diguna- kan dalam upaya mengurangi risiko portofolio deng- an cara mempelajari pola tingkat keuntungan (re - turn) berbagai sekuritas (saham). Artinya jika satu porsi saham mengalami kerugian maka keuntungan dari porsi portoflio lain dapat menutupi

Gambaran total riko (gabungan sytematic dan b. Undiversifiable risk (risiko yang tidak dapat didiver- sifikasi) atau Risiko Sistematis (unsystematic risk), yaitu bagian dari risiko investasi yang berkaitan dengan perekonomian secara makro, seperti Risiko daya beli, politik, nilai tukar dan risiko lainnya. Gambaran total riko (gabungan sytematic dan unsystematic risk) adalah : Risiko Total Risiko Tidak Sistematis Risiko Sistematis Jumlah berbagai saham = portofolio

Pemilihan Alternatif Instrumen Investasi TRADE OFF RISIKO-HASIL INSTRUMEN INVESTASI Perdag. Komoditi Future Trading Properti rii dan kekayaan lainnya Hasil yg Diharapkan Reksadana Saham Preferen Tabungan dan Deposito O p s i Saham Biasa Saham Konvertibel Bebas Risiko Obligasi Obligasi Pem. R i s i k o

Setiap instrumen investasi memiliki berbagai perila- ku risiko - hasil Gambar diatas menunjukkan sifat-sifat risiko-hasil dari setiap instrumen investasi Beberapa instrumen memberikan hasil rendah deng- an risiko rendah, lainnya menunjukkan hasil tinggi dengan risiko tinggi.

Preferensi Investor Investor memeiliki preferensi sendiri dalam menentu - kan hubungan antara risiko dan hasil, yaitu seberapa besar risiko yang dapat diterima untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Terdapat 3 preferensi risiko utama , yaitu : a. Risk-Indiffeferent (tidak peduli risiko) b. Risk-Everse (tidak senang risiko) c. Risk Taker (penanggung risiko) Ketiga bentuk perilaku preferensi tersebut digambarkan sbb. :

Risk Everse Risk Indifferent Risk Taker X1 X2 FUNGSI PREFERENSI RISIKO Hasil yang Diharapkan / disyaratkan Risk Everse Risk Indifferent Risk Indifferent Risk Taker Risk Taker Rf X1 X2

Jika risiko naik dari X1 ke X2 maka : Investor yang Tidak Peduli Risiko (risk indifferent) mengharap kenaikan hasil secara proporsional Investor yang Tidak Senang Risiko (risk averse) mensyaratkan kenaikan hasil yang lebih dari proporsional Investor Penanggung Risiko (risk taker) hanya menginginkan kenaikan hasil kurang dari proporsional. Pada umumnya, kebanyakan investor tidak senang risiko

Langkah-langkah yang harus dilakukan Investor dalam memilih alternatif investasi : a. Dengan menggunakan data hasil historis atau pro- yeksi, perkirakan hasil yang diharapkan selama periode investasi (holding preriod) tertentu. Gunakan tehnik Present Value atau Yield untuk menjamin bahwa nilai waktu uang telah dipertim- bangkan b. Dengan menggunakan data hasil historis atau pro -yeksi, nilailah risiko investasi. Gunakan penilaian risiko secara subyektif atas hasil yang lalu dan beta

c. Evaluasi perilaku risiko hasil dari masing-2 alternatif investasi untuk menjamin bahwa hasil yang diharapkan cukup dapat diterima sesuai tingkat risiko tertentu d. Pilihlah instrumen investasi yang menawarkan hasil yang tertinggi sesuai dengan tingkat risiko yang dapat diterima investor Kebanyakan investor tidak senang risiko Karena menghendaki instrumen yang rendah risi - ko, sehingga hasil investasinyapun rendah. Selama investor mendapatkan hasil yang setinggi- tingginya sesuai tingkat risiko yang dapat diterima, berarti mereka telah melakukan “Investasi yang Baik”

Capital Assey Pricing Model/CAPM (Model Penilaian Harga Aset Modal) Adalah suatu prediksi mengenai hubungan antara risiko dan tingkat imbal hasil harapan {expected rate of return = E(r)} dari sebuah aset (misalkan saham) dan hubungan antara tingkat imbal hasil saham ter- sebut dengan tingkat imbal saham-saham yang lain Konsep CAPM ini pada umumnya berguna untuk mengkuantifikasikan hubungan antara risiko dan return. Risiko yang dapat didiversifikasi dapat dieliminasikan dengan diversifikasi sederhana. Definisi CAPM (Jack Clark Francis) “ Teori penilai- an risiko dan keuntungan aset berdasarkan koefisien beta (indek risiko yang tidak dapat didiversifikasi) “

E(r) = Rf + [E(rM) - Rf ) ßj Dari sekian banyak faktor makro (inflasi, suku bunga kurs, kondisi politik) CAPM merangkum- nya secara sederhana dengan formula yang terke- nal dengan sebutan : Expected Return-Beta Rela tionship, yaitu : E(r) = Rf + [E(rM) - Rf ) ßj E(r) = Hasil yang Diharapkan (expected return) Rf = Aset dengan risiko nol E(rM) = Risiko Pasar yang diestimasi E(rM) - Rf = Premi Risiko Pasar ada saham ßj = Variabel bebas risiko sistimatis yang menentu- kan E(r) atau keuntungan yang diharapkan dari aset, atau ukuran risiko setiap sekuritas

E(r i) E(r i) Capital Asset Pricing Model (CAPM) E(r) = Rf + [E(rM) - Rf ) ßj E(r i) Rf Defensif Aset 1 Agresif Aset Beta

Uraian gambar diatas : Investor akan lebih memfocuskan atas undiversi - fikasi risk dalam usaha meminimalkan risiko pada suatu tingkat return tertentu. CAPM disebut juga Security Market Line (SML) Dalam usaha memperoleh aset yang paling disu - kai, investor akan tertarik atas nilai aset yg. risiko sistimatisnya rendah Aset yang koefisien betanya tinggi lazimnya akan rendah pula harga pasarnya dan relatif rendah expected income-nya. Sebaliknya aset yang ting- kat risiko sistimatisnya tinggi harus pula membe - rikan expected return tinggi untuk mendorong investor membeli aset tersebut

EFESIENSI PASAR MODAL Pengertian : Pasar Modal efisien jika informasi tersedia secara luas dan murah bagi para investor dan semua informasi yang relevan serta yang dapat ditentukan telah tercermin dalam sekuritas Informasi disini didefinisikan sebagai serang -kaian pesan yang mungkin dapat digunakan oleh penerimanya untuk melakukan suatu tindakan mengubah bagi kesejahteraannya

Fungsi informasi dimaksudkan untuk : Meningkatkan kemampuan penerimanya untuk melakukan tindakan yang bersifat kritis Memperoleh nilai tertentu dari perubahan pesan-pesannya Mendapatkan nilai positif dari pesan-pesan yang berkolerasi Menurut Brealy dan Myers : “Apabila Pasar Modal efesien, maka pembelian atau penjualan sekuritas menurut harga pasar yang berlaku adalah suatu transaksi dengan NPV = 0 “

NPV = nol, dapat digambarkan sbb. : Investasi pada saham A Rp 1.000 juta, keuntungan yang diharapkan 12% = r tanpa memperhitungkan pajak dan biaya komisi. Satu tahun kemudian saham A menjadi Rp 1.120 juta dalam hal ini disebut arus kas (cash flow) Nilai Sekarang (PV) = Cash Flow = 1.120 juta = ( 1 + r)n 1,12 Rp. 1.000 juta Investasi …………. Rp. 1.000 juta Nilai Sekarang (NPV) …….. Rp. 0

Jenis Efesiensi Pasar Modal 1. Efesiensi Pasar Bentuk Lemah (weak-form market efficiency) a. Data harga sekuritas yang lampau tercermin secara penuh pada harga pasarnya sekarang b. Excess return (abnormal return) tidak akan dapat diperoleh berdasarkan pola harga yang lampau Abnormal return adalah perbedaan antara keuntungan yang diharapkan dengan keuntungan sebenarnya. 2. Efesiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi-strong -form market efficiency) a. Harga-harga sekuritas bereaksi penuh damn segera menye- suaikan atas semua informasi yang tersedia b. Hipotesisnya, bahwa penanam modal tidak dapat memper- oleh excess return berdasarkan informasi yang tersedia di masyarakat ( publicly available information)

a. Harga sekuritas sudah tercermin secara penuh atas 3. Efesiensi Pasar Bentuk Kuat (strong-form market efficiency) Bentuk ini menganggap : a. Harga sekuritas sudah tercermin secara penuh atas semua informasi (tersedia di masyarakat atau tidak) b. Sesuai dengan bentuk efesiensi pasar setengah kuat, bahkan pihak interen (insider) yang berhak untuk mengakses informasi tidak akan mempero - leh excess return

Pengujian Efesiensi Pasar 1. Pengujian Efesiensi Pasar Bentuk Lemah a. Filter Rules Logika dari filter rules adalah : - Membeli saham jika harga pasar meningkat x% dari harga yang terendah sebelumnya. - Memegang saham tersebut sampai harganya jatuh x% dari harga yang tertinggi, kemudian menjualnya dan mengambil posisi short (menjual saham) - Menjaga posisi short sampai harganya meningkat x%, kemu- dian menutup posisi short dan mengambil posisi long (beli) - Hasil dari filter rules dibandingkan dengan return pada stra- tegi buy-and-hold untuk saham dan interval waktu yg sama.

Hasil filter rules menunjukkan : 1. Filter rule diatas 1,5 % tidak dapat mengalahkan strategi buy-and-hold, bahkan sebelum biaya transaksi 2. Filter rule dibawah 1,5% memperoleh sedikit excess return sebelum biaya transaksi b. Korelasi Serial (auto correlation) - Mengukur koefisien korelasi antara sejumlah seri data yang sama dengan cara menggunakan selang waktu tertentu - Korelasi serial nol menunjukkan data tersebut benar-benar acak (random) - Berbagai penelitian korelasi serial tentang harga saham telah dipublikasikan - Berbagai jenis saham yang berbeda , berbagai selang waktu (time lag) dan berbagai periode yang berbeda - Pada umunya tidak dapat menditeksi pola hubungan yang meyakinkan

2. Pengujian Efesiensi Pasar Bentuk Semi Kuat a. Tes atas laporan pendapatan akuntansi tahunan b. Tidak memungkinkan memperoleh laba berdasarkan atas informasi dari laporan tahunan yang dipublikasi c. Tes laporan akuntansi triwulanan dan pengumuman peru- bahan dividen memberikan informasi baru d. Perdagangan block, pembelian dan penjualan saham dalam jumlah besar, biasanya 10.000 lembar atau lebih 3. Pengujian Efesiensi Pasar Bentuk Kuat Umumnya pengujian-pengujian tidak mendukung efisiensi pasar bentuk kuat : Data SEC atas insider trading memberi indikasi, bahwa mereka dapat mem peroleh excess return

Implikasi Efesiensi Pasar : Efesiensi Pasar mempunyai arti penting sbb. : 1. Jika pasar efisien, para manajer perusahaan akan bekerja memperbaiki kinerjanya. Ini berarti peru- sahaan dengan prospek baik akan mempunyai harga saham yang tinggi. 2. Pasar efisien digunakan untuk memperoleh biaya modal . Ini berarti perusahaan dengan prospek tinggi akan memperoleh modal pada harga yang wajar. 3. Jika pasar efisien, Lembaga Keu. tidak akan kha- watir tentang harga saham dan menaruh keperca- yaan terhadap harga saham yang berlaku di Pasar Modal

4. Pada pasar efisien, biaya iklan untuk saham baru relatif kecil. 5. Pada pasar efisien, para manajer tidak dapat me- manipulasi tehnik data akuntansi atau prosedur-2 untuk memberi gambaran perusahaan yang ber - beda (window dressing) 6. Di pasar efisien para investor tidak memerlukan sumber informasi lain, karena informasi direfleksi pada harga saham; harga yang benar adalah seperti terlihat di pasar

Karakteristik Pasar Efisien: Secara umum beberapa karakteristik Pasar Modal Efisien dadalah : 1. Harga saham akan merefleksikan secara cepat dan akurat terhadap semua bemtuk informasi baru. 2. Harga saham bersifat random (acak), jadi harga ti- dak mengikuti beberapa kecenderungan maupun in- formasi masa lalu untuk digunakan menentukan ke- cenderungan harga 3. Saham yg. profitable tidak mudah untuk diprediksi, karena harga saham di pasar siap merefleksikan informasi yang akan datang