Rumusan Masalah dan Latar Belakang Masalah Lecturer Note: Retno Budi Lestari
A. Memilih Masalah Dari mana masalah diperoleh ? -pengalaman bekerja sehari-hari -membaca dan menelaah buku -apa yang dirasakan masalah oleh orang lain Masalah merupakan bagian dari kebutuhan seseorang untuk dipecahkan
Masalah dan Judul Penelitian 4 faktor penentuan masalah atau judul penelitian Sesuai dengan minat peneliti Penelitian dapat dilaksanakan Tersedia faktor pendukung Hasil penelitian bermanfaat
Jenis Permasalahan Biasanya dijadikan dasar dalam merumuskan Ada 3 jenis permasalahan / problematik / fenomena / gejala Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena Problema untuk membandingkan 2 fenomena atau lebih ( problema komparasi ) Problema untuk mencari hubungan antara 2 fenomena ( problema korelasi ) a. Korelasi sejajar b. Korelasi sebab-akibat Biasanya dijadikan dasar dalam merumuskan Judul Penelitian
Peneliti ingin mengetahui sesuatu Apa dan bagaimana Berapa banyak Sejauh mana dsb Menjelaskan atau Menerangkan peristiwa contoh Penelitiannya bersifat deskriptif
Berapa jumlah penduduk usia sekolah di suatu daerah Studi deskriptif tentang ............ Bagaimana pendapat para guru tentang kegiatan supervisi / Pengawasan yang sekarang ini berlangsung Penelitian tentang pendapat ........... Seberapa jauh hubungan penghapusan EBTA Tanggapan masyarakat terhadap ..........
Peneliti ingin membandingkan status 2 fenomena atau lebih Tinggi mana lulusan antara SMP XI dengan SMP XV Lebih baik mana prestasi belajar antara kelas pagi dengan sore Penelitian komparasi antara ....... Dengan ........
Peneliti ingin mengetahui hubungan antara 2 fenomena atau lebih Korelasi sejajar Korelasi antara ...... dengan ...... Hubungan antara .......dengan ........ Studi korelasi antara .......dengan ...... Korelasi sebab-akibat Pengaruh .......terhadap ........
Hubungan / Sumbangan jenis kelamin, Contoh : Hubungan / Sumbangan jenis kelamin, tingkat usia, lokasi rumah tinggal, dan latar belakang pendidikan terhadap kelarisan pedagang pasar
Merumuskan Judul Judul penelitian yang lengkap diharapkan mencakup : Sifat dan jenis penelitian Objek yang diteliti Subjek penelitian Lokasi / daerah penelitian Tahun / waktu terjadinya peristiwa
Studi komparasi antara metode induktif dan metode deduktif untuk menghafal rumus-rumus ilmu pasti pelajar SMU di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1979 Studi komparasi : sifat atau jenis problema Metode induktif dan deduktif untuk menghafal rumus ilmu pasti : objek penelitian -Pelajar SMU : subjek penelitian -Daerah Istimewa Yogyakarta : lokasi penelitian -Tahun 1979 : tahun terjadinya peristiwa
B. Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah : semua informasi yang diperlukan untuk memahami perumusan masalah yang disusun oleh peneliti. Atau Latar belakang masalah : informasi yang diperlukan untuk mengerti permasalahan yg ada. (kuncoro, 2009: 39) Latar belakang masalah harus diikuti dengan perumusan masalah.
Contoh latar belakang masalah Masalah pengangguran merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap negara. Selama beberapa dekade angka pengangguran telah mengalami kenaikan. Krisis ekonomi 1998 juga telah ikut menyumbangkan angka pengangguran. Di Indonesia angka pengangguran terbanyak justru diciptakan oleh kelompok terdidik. Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah penganggur terdidik yang telah menamatkan pendidikan diploma dan sarjana sampai dengan Agustus 2010 telah mencapai 1,1 juta orang. Secara persentase, jumlah penganggur terdidik juga meningkat drastis. Penganggur terdidik tercatat mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari persentase pada 2004 yang hanya mencapai 5,71% (BPS, 2011). Fenomena rendahnya minat dan motivasi pemuda Indonesia untuk berwirausaha dewasa ini menjadi pemikiran serius berbagai pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan, dunia industri, maupun masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan terutama merubah mindset para pemuda yang selama ini hanya berminat sebagai pencari kerja (job seeker) apabila kelak menyelesaikan sekolah atau kuliah mereka. Hal ini merupakan tantangan bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan. Semua universitas dan perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum mereka sebagai salah satu mata kuliah pokok yang wajib ditempuh oleh semua mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan tidak hanya memberikan landasan teoritis mengenai konsep kewirausahaan tetapi juga membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir (mindset) seorang wirausahawan (entrepreneur). Hal ini merupakan investasi modal manusia untuk mempersiapkan para mahasiswa dalam memulai bisnis baru melalui integrasi pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan penting untuk mengembangkan dan memperluas sebuah bisnis
Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir. Namun, pengaruh tersebut perlu dikaji lebih lanjut apakah dengan adanya mata kuliah kewirausahaan dapat melahirkan minat berwirausaha bagi mahasiswa. Oleh karena, itu perlu adanya penelitian untuk mengidentifikasi faktor yang mendorong minat berwirausaha mahasiswa mengingat pentingnya kewirausahaan bagi kesejahteraan ekonomi dan sosial. Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: ”Apakah pendidikan kewirausahaan dapat mempengaruhi minat mahasiswa untuk berwirausaha?”
Latihan : I. Dari perumusan masalah di bawah ini , buatlah latar belakang masalahnya (cukup 4 paragraf saja) - Bagaimanakah segmentasi pasar pada restoran fastfood XYZ di Palembang ?
II. Apa pernyataan masalah dalam sitasi berikut ? Loyalitas Karyawan Perusahaan memperoleh manfaat dari loyalitas karyawan. Perampingan yang semena-mena dalam organisasi selama masa resesi mengikis loyalitas jutaan karyawan. Manfaat ekonomi dari loyalitas mencakup biaya rekrutmen dan pelatihan yang lebih rendah,produktivitas karyawan yang lebih tinggi,kepuasan pelanggan dan mendorong semangat karyawan baru. Supaya manfaat tersebut tidak hilang, sejumlah perusahaan ketika merampingkan, mencoba berbagai strategi. Cuti fleksibel, misalnya merupakan satu cara. Hal tersebut membuat karyawan menerima 20% gaji mereka, plus manfaat bagi perusahaan, saat karyawan mengambil cuti panjang 6 sampai 12 bulan dengan opsi pemanggilan jika tenaga mereka dibutuhkan. Lainnya mencoba alternatif seperti komunikasi yang lebih intens, kerjasana yang erat dan sebagainya.