HARDI PARULIAN (1413100108) NABIL AHMAD RIZALDI(1413100109)
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM LINGKUNGAN BBTKL PP
Susunan Organisasi Bagian Tata Usaha Bagian Surveilans Epidemiologi Bidang pengembangan teknologi dan laboratorium Bidang analisis dampak kesehatan lingkungan Tugas instalasi Kelompok jabatan fungsional 4/13/2017
DIAGRAM ALUR IPAL BAK SEDIMENTASI BAK AERASI TANGKI PENAMPUNGAN BAHAN KIMIA UNIT PENGOLAHAN SECARA KIMIA UNIT PENGOLAHAN LUMPUR BAK PENAMPUNGAN BAK SEDIMENTASI BAK AERASI OUTLET PENGAMBILAN HASIL LIMBAH 4/13/2017
Pemusnahan Limbah B3 Laboratorium BBTKLPP Jakarta dalam melaksanakan kegiatan operasional non laboratorium yang terdiri dari kegiatan ketata usahaan dan kegiatan operasional laboratorium menimbulkan dapak berupa limbah padat yang beracun, infeksius yang terdiri dari : Sisa – sisa bekas reagent Bahan kimia yang kadaluarsa. Logam berat ( Ag, Pb, Sn, Cu, Cr, Au, Hg, As, Al dan lain – lain ) dari kertas tissue dan filter. Non logam ( NO3, NO2, SO4, Cl, PO4, deterjen dan lain – lain ) dari kertas Virus dan bakteri patogen. Lumpur sisa pengolahan IPAL 4/13/2017
Dalam melakukan pengelolaan lingkungan dari limbah tersebut disimpan di tempat penampungan sementara di BBTKLPP Jakarta. Selanjutnya dikirim ke PT Wastec International selaku pengolah limbah B3 yang berizin dari Kementerian Lingkungan Hidup, kerja sama ini ditandai dengan adanya Mou pemusnahan limbah B3 antara BBTKLPP Jakarta dan PT Wastec Inetrnational yang diperpanjang setiap tahun. Sehingga program pemusnahan limbah B3 di labotaorium BBTKL PPM Jakarta harus dilaksanakan secara terorganisasi dan terprogram dengan baik. Daftar pemusnahan limbah B3 tahun 2011 sd tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Limbah Infeksius 300 Kg 2. Cairan Ex laboratorium 1400 Kg 3. Botol Ex laboratorium 3 M3 4. Chemical Kadaluarsa 2 M3 5. Lumpur IPAL 2 M3 4/13/2017
Logam berat ( Ag, Pb, Sn, Cu, Cr, Au, Hg, As, Al dan lain – lain ) Di dalam melaksanakan kegiatan operasional non laboratorium yang terdiri dari kegiatan ketata usahaan dan kegiatan operasional laboratorium menimbulkan dampak berupa limbah cair yang beracun, infeksius baik padat maupun cair, domestik wase, yang terdiri dari : Logam berat ( Ag, Pb, Sn, Cu, Cr, Au, Hg, As, Al dan lain – lain ) Non logam ( NO3, NO2, SO4, Cl, PO4, deterjen dan lain – lain ) Virus dan bakteri patogen. 4/13/2017
Unit instalasi pengolahan limbah cair yang dikembangkan laboratorium BBTKL PPM Jakarta terdiri dari unit : Unit sedimentasi Unit biofilter karbon yang terdiri ari filter karbon dengan ukuran 6 x 13 mm dan batu koral ukuran 2 x 3 cm. Unit aerasi pada unit ini menggunakan bakteri ”MICROPLUS” merupakan bakteri aerob yang terdiri dari Nitrobacter sp, Aerobacter sp, Bacillus sp, Lactobacillus, Shacaromyces c. Unit desinfection pada unit menggunakan ozon generator sebagai desinfektan. Unit uji hayati pada unit menggunakan aerator dan aquarium dengan ikan sebagai indikator. Unit penampung lumpur pada unit menggunakan filter pasir dan koral. Unit bangunan pelindung mesin. Peralatan penunjang yang terdiri dari : mesin – mesin Blower, Pompa semizet, filter tabung fiber karbon dan resin, microfilter 1 micro yang 10 in dan 20 in, pompa samersible, timer digital. 4/13/2017
Gambar Pemusnahan Limbah B3 botol ex lab infeksius Cairan ex Lab 4/13/2017 Chemical kadaluarsa Lumpur IPAL
Penambahan bakteri pengurai dan bahan kimia penambahan pompa 2 unit Penggantian resin, karbon aktif dan filter Penambahan Blower 1 uniT
Unit Pengolahan Secara Kimia Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL. Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanya digunakan untuk netralisasi limbah asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur, memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan racun. Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Namun, pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent dan meningkatkan jumlah lumpur. 4/13/2017
1. Netralisasi Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan garam. Dalam pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 – 9,5. Di luar kisaran pH tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk bakteri. Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan jumlah air limbah serta kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat menambahkan Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa dapat menambahkan H2SO4, HCl, HNO3, H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue gas. Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch atau continue, tergantung pada aliran air limbah. Netralsasi system batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi system continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol otomatis. 4/13/2017
2. Presipitasi 2. Presipitasi Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara penambahan bahan - bahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya padatan – padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam - garam besi. Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophication dari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium. 4/13/2017
3. Koagulasi dan Flokulasi 3. Koagulasi dan Flokulasi Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan. Partikel koloid sangat sulit diendapkan dan merupakan bagian yang besar dalam polutan serta menyebabkan kekeruhan. Untuk memisahkannya, koloid harus diubah menjadi partikel yang berukuran lebih besar melalui proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi dann flokulasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses 4/13/2017
Unit Pengolahan Lumpur Proses Pengolahan Lumpur Sasaran upaya penanganan lumpur adalah menghasilkan lumpur dengan kandungan padatan setinggi-tingginya, atau volume yang sekecil-kecilnya dan stabil serta tidak memiliki dampak lingkungan yang lebih buruk. Peningkatan kandungan padatan (%SS) atau pengurangan kadar air dapat dilakukan melalui beberapa cara. Umumnya upaya pengelolaan terhadap lumpur meliputi tahap-tahap pengerjaan: Pengentalan atau pemekatan lumpur (sludge thickening) Stabilisasi lumpur (sludge stabilization) Pengeluaran air (sludge dewatering) Pengeringan lumpur (sludge drying) Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kelemahannya, sehingga tidak ada satu carapun yang dapat diterapkan untuk setiap jenis lumpur tertentu. Kecuali Tahap Stabilisasi, seluruh tahapan lainnya lebih bertujuan untuk meningkatkan kandungan padatan atau pengurangan kandungan air. Setelah melalui tahapan tersebut tahapan berikutnya adalah Tahap Pembuangan Akhir. Umumnya persentase kandungan air tersebut dapat mencapai 95-99%. Lumpur yang dihasilkan unit pengolahan air limbah dapat diubah menjadi abu dengan kadar 0,3 %. Hal ini dapat dilakukan melalui beberapa tahap pengolahan yang meliputi proses pemekatan dapat mengurangi volume dari 100 % dengan proses thickening menjadi 50 %, proses dewatering menjadi 5 %, proses pengering menjadi 1,44 %, kemudian dilakukan pembakaran sehingga dihasilkan abu dengan kadar 0,3 %. Filtrat yang dihasilkan dari proses pemekatan dan dewatering dikembalikan ke unit equalisasi (IPAL) untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. 4/13/2017
Limbah yang datang dari segala macam aktifitas akan ditampung kedalam bak penyaring. bak penyaring berfungsi sebagai penyaring kotoran padat dan sampah yang dapat mengganggu proses peralatan selanjutnya atau peralatan lainnya air yang telah disaring selanjutnya menuju ke bak equalizing, bak equalizing berfungsi sebagai penampung dalam proses awal agar kualitas air rata dan teratur. Air kemudian di pompakan ke flow control box untuk selanjutnya masuk ke bak aerasi, bak ini dilengkapi dengan air difuser yang berfungsi melarutkan udara kedalam air sehingga bakteri menjadi aktif. Di bak ini air limbah akan diproses dengan cara menambahkan atau melarutkan udara kedalam air dan menambahkan lumpur aktif yang diperoleh dari bak pengendap atau sedimentation tank. Bak ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang datang dari aerasi dengan tujuan mempercepat pengendapan struktur, sehingga dibuat seperti limas segi empat. 4/13/2017
Bak Aerasi Sketsa dari Bak Aerasi 4/13/2017
Bak Sedimentasi Bak sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang dibentuk pada proses koagulasi dan flokulasi. Agar pengendapan yang terjadi pada bak sedimentasi berjalan dengan baik, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi menyangkut karakteristik aliran dalam bak sedimentasi yang akan dibangun. Untuk mencapai pengendapan yang baik, bentuk bak sedimentasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga karakteristik aliran di dalam bak tersebut memiliki aliran yang laminar dan tidak mengalami aliran mati (short-circuiting). Bak sedimentasi pada umumnya terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan bentuk bulat maupun persegi panjang. Terdapat tiga konfigurasi utama untuk bak sedimentasi, yaitu : 1. Bak persegi panjang dengan aliran horizontal 2. Bak sedimentasi dengan aliran vertikal 3. Clarifier dengan aliran vertikal 4/13/2017
Contoh dari Bak Sedimentasi 4/13/2017