Social Control
Para penganut teori kontrol sosial menerima bahwa pencurian bisa dilakukan siapa saja, bahwa kenakalan juga bisa dilakukan siapa saja. Teori kontrol sosial ini lebih menfokuskan diri pada teknik-teknik dan strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan pembawannya kepada penyesuaian atau ketaatan kepada aturan-aturan masyarakat. konsep kontrol sosial lahir pada peralihan abad dua puluh dalam satu volume buku dari E.A. Ross, salah seorang bapak sosiologi amerika. Menurut Ross, sistem keyakinanlah(dibandingkan hukum-hukum tertentu)
Yang membimbing apa yang dilakukan orang-orang dan yang secara universal mengontrol tingkah laku, tidak peduli apapun bentuk keyakinan yang dipilih. Berikut ini diuraikan secara singkat beberapa teori yang termasuk dalam teori-teori kontrol sosial yaitu: 1.Social bonds dari Travis Hirschi, 2.Self control theory dari Gotfredson dan Hirschi 3.Techniques of netralization dari David Mazta, 4.personal dan social control dari Albert J. Reiss, dan 5.Containment theory dari walter C. Recless.
1. Travis Hirschi Menurut Hirschi: “ the stronger these bonds, the less likelihood of deliquency” (semakin kuat ikatan-ikatan ini, semakin kecil kemungkinan terjadi deliquency. Krirtik atas teori Hirschi, antara lain : 1. teori ini berusaha menjelaskan deliquency (kenakalan) dan bukan kejahatan oleh orang dewasa. 2. teori ini menaruh perhatian pada sikap, kepercayaan, keinginan, dan tingkah laku yang meskipun menyimpang sering merupakan tingkahlaku khas orang dewasa. 3. ikatan-ikatan (bonds) dalam teori Hirschi seperti values, belief, norm, dan attitudes tidak pernah secara jelas didefinisikan.
4. penggunaan terlalu sedikit item pertanyaan untuk mengukur social bonds 5. gagal untuk menjelaskan peluang kejadian yang menghasilkan lemah dan tidak memadainya social bonds. 2. Mishael Gotfredson dan Travis Hirschi (Self-Control Theory) Social bonds dan Hirschi menolak usaha menjelaskan kejahatan melalui internalized control , dan ia justru menggunakan pendekatan sosiologis. Gotfredson dan Hirschi meninggalkan pemikiran bahwa berlanjutnya sosial bonds merupakan pencegah dari keterlibatan ilegal. Kjadi kontrol merupakan suatu keadaan internal yang permanen dibandingkan hasil dari perjalanan faktor sosiologis. Menurut mereka, self control merupakan pencegah yang membuat orang menolak kejahatan dan pemuasan sesaat lainnya.
3. David Mazta (Techniques of Netralization Pd tahun 1960-an david matza mengembangkan suatu persfektif yang berbeda secara signifikan pada social control dengan menjelaskan mengapa sebagian remaja hanyut ke dalam atau keluar dari deliquncy. Jika seoarang remaja terikat oleh aturan sosial, bagaimana menjustifikasi tindakan deliquency mereka? Jawabannya adalah bahwa mereka mengembangkan techniques of netralization (teknik-teknik netraliasasi) untuk merasionalisasikan tindakan-tindakan mereka. Teknik ini meryupakan mekanisme pertahanan yang mengundurkan para remaja itu dari hambatan aturan moral.
4. Albert J. Reiss (personal and sosial control) Personal control didefinisikan sebagai “ the ability of the individual to refrain from meeting needs in ways which conflict with the norms and rules of the community” (kemamapuan individu untuk menolak memenuhi kebutuhan dengan cara yang berlawanan dengan norma-norma dan aturan-aturan masyarakat), sedangkan sociaL control didefinisikan sebagai “ the ability of sosial group or institution to make norms or rules effective” (kemampuan kelompok-kelompok atau lembaga-lembaga sosial untuk membuat norma-norma atau aturan-aturanya dipatuhi).
5. Walter C. Reckless (Containment Theory) Menurut Reckless, untuk melakukan kejahatan atau deliquency mempersyaratkan si individu memecahkan atau menerobos suatu kombinasi dari outetr containment (pengurungan luar) dan inner contaiment (pengurungan dalam) yang bersama-sama cendrung mengisolasi seorang baik dari dorongan ataupun tarikan itu. Menurut Reckless, kemungkinan terjadinya penyimpangan berhubungan secara langsung dengan sejauh mana dorongan-dorongan internal (seperti kebutuhan yang harus segera dipenuhi, keresahan, kekejaman), tekanan-tekanan eksternal (seperti kemiskinan, pengangguran, tertutupnya kesempatan), dan tarikan-tarikan eksternal diksontrol oleh inner containment dan outer containment seseorang.
Thank’s