Agustina Setiawati, M.Sc., Apt MUTASI Agustina Setiawati, M.Sc., Apt
Mutasi, mutan & mutagen Mutasi Perubahan basa dalam sekuen DNA (Pd umumnya di dalam suatu gene). Perubahan ini termasuk : substitusi basa, adisi, penyusunan ulang dan delesi Mutan Organisme yang mengalami mutasi. Mutasi tersebut tentunya terjadi dalam gena yang menyebabkan terjadinya perbedaan yang nyata dengan bentuk normal (Wild-Type). Mutagen pengaruh fisika atau senyawa kimia yang menyebabkan mutasi.
Mutagens A spontaneous mutation occurs once in 108 cells. The mutation rate can be increased by exposing cells to mutagens, which are either chemicals or physical agents such as UV-irradiation. Both chemicals and physical agents act by causing genetic damage that results in base changes in DNA
Mutagenesis Proses terjadinya suatu mutasi Bisa terjadi secara: Spontan (natural process) terjadi <1 in 108 E. coli misalnya saat kesalahan replikasi DNA Diinduksi (mis. dengan mutagen(EMS atau sinar UV).
Mismatches saat DNA replikasi Mutan Replikasi 5’-ATGGG-3’ 3’-TACCC-5’ 5’-ATTGG-3’ 3’-TAACC-5’ 5’-ATGGG-3’ 3’-TAACC-5’ Normal 5’-ATTGG-3’ 3’-TAACC-5’
Perubahan struktur Mutasi DNA Mutan 5’-ATXGG-3’ 3’-TAGCC-5’ Kerusakan nukleotida 5’-ATXGG-3’ 3’-TAGCC-5’ 5’-ATXGG-3’ 3’-TAACC-5’ 5’-ATCGG-3’ 3’-TAGCC-5’ 5’-ATTGG-3’ 3’-TAACC-5’ Mutan Normal
Tipe mutasi A. Point mutation/Mutasi Titik a. Substitusi satu basa dengan nukleotida yang lain 2 tipe: Transisi – perubahan purine ke purine (A to G, G to A) atau pirimidin ke pirimidin (C to T, T to C) Transversi – perubahan purine ke pirimidin atau sebaliknya, e.g. A to C/T, C to A/G b. Insersi atau delesi Penambahan atau pengurangan satu base-pairs.
MUTASI TITIK Silent mutation Perubahan basa tidak meyebabkan perubahan pada kodon 5’ ATG GGA GCT CTA TTA ACC TAA 3’ met gly ala leu leu thr stop 5’ ATG GGA GCT CTA TTG ACC TAA 3’ Silent mutation transisi
Missense mutation Mutasi pada aras gena Perubahan basa Perubahan kodon 5’ ATG GGA GCT CTA TTA ACC TAA 3’ met gly ala leu leu thr stop 5’ ATG GGA GCT CTA TTT ACC TAA 3’ met gly ala leu phe thr stop Missense mutation ( transversi)
Mutasi pada aras gena 3. Nonsense mutation Perubahan basa menjadi stop kodon 5’ ATG GGA GCT CTA TTA ACC TAA 3’ met gly ala leu leu thr stop 5’ ATG GGA GCT CTA TGA ACC TAA 3’ met gly ala leu stop Nonsense mutation ( & transversion)
Mutasi pada aras gena 4. Frameshift mutation Hilangnya satu basa perubahan pada pembacaan 5’ ATG GGA GCT CTA TTA ACC TAA 3’ met gly ala leu leu thr stop 5’ ATG GGG AGC TCT ATT AAC CTA A 3’ met gly ser ser ile asn leu Frameshift mutation
KODON DAN ASAM AMINO YG DISANDI
Spontaneous point mutation
Tipe mutasi B. Inversi Pemotongan sebagian DNA dan kemudian disisipkan pada tempat yg sama tetapi pada orientasi yg berbeda 5’-ATCAG-3’ 3’-TAGTC-5’ 5’-ATTGG-3’ 3’-TAACC-5’
Reversion This is the reverse process of mutation and involves a mutant regaining a wild-type phenotype, either through: 1. A back mutation (direct reverse of the mutation) 2. A reverse or suppressor mutation (not a direct reverse, but a mutation at a second site generally within the same gene which suppresses the effect of the first mutation). The mutant is described as a revertant. A practical example of reversion is the Ames test which is used to test for carcinogens.
What is reversion? WT, active Mutate - to + Mutant, inactive + + - + Same site revertant WT ?, active different site revertant
C.Mutasi pada Kromosom
Depurinasi spontan Kehilangan 300 purin perhari pada pH 7, 37C Pada sel mamalia 10.000 purin/hari Kecepatan meningkat jika suhu naik atau pH turun Adanya senyawa alkikasi (etil etena sulfonat, nitrogen mustrat) menaikkan kecepatan depurinasi
MUTAGEN FISIKA UV radiation
Fotoliase
MUTAGEN KIMIAWI
MUTAGEN KIMIAWI BASA ANALOG 5-Bromourasil dan 2-aminopurin bergabung pada DNA seperti asam nukleat lainnya BU = analog timin, yang berpasangan dengan A tetapi juga dapat berpasangan dengan G Terjadi mutasi dari A:T menjadi G:C
BROMURASIL DALAM BENTUK ENOL BU:G
AFLATOKSIN B1 AFLATOKSIN B1 OLEH SITOKROM P450 DIUBAH MENJADI SENYAWA EPOKSID YG BEREAKSI DENGAN G G:C MENJADI T:A
SENYAWA INI BEREAKSI DENGAN 7-N GUANOSIN menghasilkan radikal G:C MENJADI T:A
ASAM NITRIT MENGOKSIDASI ADENIN (A) MENJADI HIPOSANTIN HIPOSANTIN INI AKAN BERPASANGAN DENGAN C A:T MENJADI G:C A:T G:C
Etil Metil Sulfoksida (EMS)
AKRIDIN ORANYE
PENYAKIT AKIBAT MUTASI Xerodermal pigmentosum Huntington Disease Leukimia
Xeroderma Pigmentosum (XP) Autosomal resesive Mutasi pada beberapa gene yang terlibat dalam repair – pemotongan dimer pirimidin Peka terhadap sinar UV –kanker kulit CC 4.7
HUNTINGTON DISEASE CAG : GLUTAMIN NORMAL PENDERITA 36 -82 KOPI
HUNTINGTON DISEASE CAG : GLUTAMIN PENDERITA 36 -82 KOPI Fagile X syndrome: berpengaruh pada sistem regulasinya
65% of leukaemias are characterised Chromosome 1 Gene A Gene B Chromosome 2 Fusion Gene Primary transcript Fusion mRNA Unique Properties Altered Pattern of gene expression Chimaeric protein Acts as an oncogene Differentiation Blocked 65% of leukaemias are characterised by particular somatically acquired chromosome translocations Continued self-renewal
Chronic myeloid leukaemia (CML) is characterised by Bcr-abl = constitutively active tyrosine kinase Philadelphia chromosome = shortened chromosome 22 First discovered in the 1960s (The protein product from this fusion gene only found in ~70% of patients) Chronic myeloid leukaemia (CML) is characterised by the t(9;22)(q34;q11) reciprocal translocation
TERIMA KASIH