BIOREAKTOR.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Pengantar Teknik Kimia Sesi 1: Peralatan Proses
Advertisements

Perancangan sistem pembuangan dan vent
SISTEM PNEUMATIK 1.1.         Umum. Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan.
Proses Thermal.
PENGELOLAAN LIMBAH AGROINDUSTRI
TEKNOLOGI PROSES Ada tiga kata kunci dalam mengartikan proses, yaitu input, perubahan dan output. Dengan demikian “teknologi proses” merupakan aplikasi.
PENYULINGAN (DESTILASI)
Materi Kuliah X BIOINDUSTRI
TEKNIK KULTIVASI DAN PROSES HILIR m.k Teknologi Bioindustri
Bio Industri Sri Kumalaningsih Pendahuluan.
m.k. DASAR REKAYASA BIOPROSES TIN 221
INSTRUMENTASI ANALISIS KECERNAAN
PENDAHULUAN PRINSIP TEKNIK FERMENTASI PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI
3.5. HEAD ISAP POSITIP NETO ATAU NPSH*
I Nyoman P. Aryantha SITH-ITB
PRESENTASI TEKNIK PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN BIOPROSES
Pertumbuhan Molar Bacillus cereus
KETERSEDIAAN AIR TANAH
PERTUMBUHAN JASAD RENIK
Teknologi Biogas.
PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN KULTUR
OPERASI, PEMASANGAN, PEMELIHARAAN, DAN MENGATASI GANGGUAN PADA POMPA
KULTUR JARINGAN.
MODUL- 2 Lajutan………..
Pengantar teknologi fermentasi
KULTUR SINAMBUNG DAN FED BATCH
PENGANTAR TEKNOLOGI BIOROSES PRODI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU
BAB III Kehidupan Mikroba
PENGERINGAN BEKU (FREEZE DRYING)
PENGERINGAN BEKU (FREEZE DRYING)
PENGERINGAN BEKU (FREEZE DRYING)
Ruang dan Pakaian Produksi Steril
SIFAT PERMUKAAN Deterjen Buih.
Pembuatan Biogas Skala Rumah Tangga dari Limbah Serbuk Gergaji Kayu Rakyat dengan Penambahan Kotoran Sapi sebagai Aktivator.
KULTUR PAKAN ALAMI (Nannochloropsis Oculata)
Sistem Ventilasi Lokal
Fermentasi Substrat Padat dan Cair
Oleh : M. Fahrur Romadhoni
Teknik Isolasi pada Mikroba
`DASAR AGROTEKNOLOGI` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
PERTUMBUHAN JASAD RENIK
PEMBENTUKAN PRODUK PADA KULTUR BATCH
PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI
PERTUMBUHAN JASAD RENIK
`DASAR AGROTEKNOLOGI` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Pembuatan Media dan Sterilisasi
Bioteknologi Penggunaan biokimia, mikrobiologi dan keteknikan kimia secara terpadu untuk menerapkan teknologi pemanfaatan mikroba dan kultur jaringan.
Bioreactor dan Fermenter
Kultur batch dan kontinyu
DESKRIPSI AWAL Metabolit diklasifikasikan menjadi dua, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer yang dibentuk dalam jumlah terbatas.
PENGENDALIAN MIKROBA ASNIWITA.
PENGOLAHAN BAHAN/ MATERIAL ASAL LIMBAH AGRO INDUSTRI
PENDAHULUAN Sejarah berkembangnya mikrobiologi industri :
DEDE KURNIAWAN NIM: FARMASI A
Produksi Protein Sel Tunggal (PST)
Praktikum mikrobiologi
MEDIA BAKTERI DAN JAMUR
Teknologi Fermentasi Universitas Dr. Soetomo Sutrisno Adi Prayitno
KELOMPOK : NAMA : Fitria Alfi R ( ) 2. Eka Fitriyani (123200)
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN
BIOPESTISIDA PT AGRO LESTARI INDONESIA
Penyediaan Air Bersih di RS
OLEH : Nurwahida ( ) Rabianti ( )
Sejarah Mikrobiologi.
1 TEKNOLOGI FERMENTASI DOSEN PENGAMPU : IR. ADI SAMPURNO,M.Si IR. A. NANI CAHYANI, M,Si.
PENGUAPAN DAN PENGERINGAN
Pembuatan Biogas Skala Rumah Tangga dari Limbah Serbuk Gergaji Kayu Rakyat dengan Penambahan Kotoran Sapi sebagai Aktivator.
 Kalus : kumpulan sel yang aktif membelah, tidak terorganisasi dan tidak terdiferensiasi  Tujuan : untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi.
III. TEKNIK ASEPTIK Salah satu pembatas keberhasilan Kuljar adalah kontaminasi - Kontaminasi dapat berasal dari : * Eksplan baik internal maupun eksternal.
Transcript presentasi:

BIOREAKTOR

DEFINISI BIOREAKTOR Suatu unit alat yang digunakan untuk melangsungkan proses biokimia dari suatu bahan baku menjadi produk yang diinginkan, dimana prosesnya dikatalisis oleh enzim-enzim mikrobial atau isolat enzim murni.

PARAMETER YANG DIKONTROL PADA BIOREAKTOR : suhu pH oksigen terlarut bahan baku dan nutrisi

MACAM BIOREAKTOR BERDASARKAN KAPASITAS : Skala laboratorium : Dalam botol erlenmeyer (volume 50-2000 ml dengan pengisian maksimum 20 %). Kelebihan : dapat mengukur komposisi larutan nutrisi, suhu dan suplementasi substrat Kelemahan : tidak dapat mengukur pH dan konsentrasi oksigen. Skala pilot Skala industri.

Fermentor skala lab dan pilot

Fermentor untuk industri

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENENTUAN MODEL BIOREAKTOR Pemilihan sistem fermentasi (batch, continuous, fed batch). Tipe bioreaktor dan cara operasinya. Sifat-sifat mikroba yang digunakan Melakukan penelitian pendahuluan untuk menentukan kondisi optimum suatu galur mikroba pada skala laboratorium, lalu di-scale up hingga layak untuk diproduksi skala industri.

SYARAT BIOREAKTOR Tidak boleh ada hubungan antara bagian sistem yang steril dengan non-steril. Hindari kelep-kelep / penghubung bentuk gelangan, karena bentuk demikian dapat mengendur akibat dari gerakan/fibrasi alat dan kenaikan suhu, dan memungkinkan kontaminasi. Bila mungkin seluruh konstruksi alat dilas. Hindari ruang-ruang perangkap serta bentuk leher, karena ruangan seperti itu sulit untuk dibersihkan. Semua bagian sistem harus dapat disterilisasi secara tersendiri. Setiap hubungan/kelep ke bejana harus dapat disterilkan dengan uap. Gunakan katup-katup yang mudah dibersihkan maupun disterilkan, misalnya katup bola atau diafragma. Tekanan dalam fermentor harus tetap positif sehingga kalau ada kebocoran akan mengarah ke luar.

ATURAN OPERASIONAL AGAR KONDISI STERIL : Sterilisasi fermentor, dengan uap bertekanan. Medium fermentasi dapat disterilkan bersama di dalam fermentor atau secara terpisah. Sterilisasi penyediaan udara, dilakukan dengan menggunakan penyaring berserat atau penyaring absolut. Aerasi dan agitasi, berkaitan dengan jenis bahan, struktur geometrik dan posisi pemasangannya serta penggunaan “seal”. Penambahan inokulum, nutrien dan bahan-bahan lain, harus dalam keadaan tekanan positif dan lubang pemasukan dilengkapi sistem pemberian uap. Pengambilan contoh (sampling). Pengontrolan buih. Monitoring dan pengontrolan berbagai parameter

TIPE-TIPE BIOREAKTOR / FERMENTOR Skala laboratorium & skala pilot : ukuran 1-15 liter Skala industri besar : 5.000-100.000 gallon Setiap fermentor harus mempunyai “head space” sekitar ¼ atau 1/5 dari volume total, yang berguna untuk menyediakan ruangan pada waktu aerasi dan pembentukan buih.

KARAKTERISTIK BAHAN PEMBENTUK FERMENTOR : Fermentor kapasitas 1-30 liter biasanya terbuat dari gelas atau stainless steel, permukaannya halus, tidak menimbulkan efek toksik dan tahan karat. Fermentor kapasitas > 30 liter biasanya terbuat dari stainless steel atau mild-steel.

Struktur fermentor (satu impeller multi-blade) : Keterangan : 1 = pipa inokulasi 2 = seal stirrer sahft 3 = tinggi cairan kultur (=L) 4 = baffle 5 = pipa sambung 6 = impeller 7 = pipa udara steril 8 = sparger udara 9 = pipa pengeluaran H = tinggi fermentor D = diameter fermentor 2 1 4 3 5 6 7 8 D 9 F H L

KOMPONEN SISTEM AERASI & AGITASI FERMENTOR : Impeller Fungsi : memperkecil ukuran gelembung udara sehingga area interface untuk transfer oksigen menjadi besar dan menurunkan jarak difusi. mempertahankan keseragaman kultur di seluruh bagian fermentor.

Baffle Fungsi : meningkatkan efisiensi aerasi dan mencegah aliran atau sirkulasi cairan kultur yang terlalu cepat.

Fungsi : memasukkan udara ke dalam cairan kultur dalam fermentor Sparger Fungsi : memasukkan udara ke dalam cairan kultur dalam fermentor Tipe : Sparger berpori (untuk fermentor skala laboratorium, tanpa agitator) Sparger orifice (pipa berlobang-lobang, mudah tertutup mikroba) Sparger nozel (pipa terbuka atau tertutup di bawah impeller)

JENIS-JENIS FERMENTOR BERDASARKAN PEMBERIAN SUBSTRAT (DENBIGH&TURNER (1971) : Batch Fermentor Proses fermentasi : Sistem tertutup Fermentor diisi oleh nutrisi/medium, suhu & pH di set sterilisasi Inokulum dimasukan proses fermentasi hingga waktu yg ditentukan Proses s.d fase akhir log/stasioner Proses selanjutnya diulang Tidak ada nutrisi yang ditambahkan Konsentrasi awal Substrat Waktu

Continuous fermenter Pemberian nutrisi secara kontinyu/berkala dalam jangka waktu tertentu Volume nutrisi di dalam reaktor harus tepat antara nutrisi yang dikeluarkan dan dimasukan harus ekivalen Proses fermentasi bersifat sensitif terhadap kontaminasi, biomasa berkurang krn ikut terbuang, perubahan fase biotik

Fed batch fermenter Intermediary bioreactor Nutrisi ditambahkan pada saat fase yang dibutuhkan Selam proses fermentasi kecepatan pertumbuhan mo dan konsentrasi biomasa dapat dikontrol dengan penambahan nutrisi saat fase tertentu

Contoh batch fermentor pada produksi lysin

Retensi mikroorganisme di dalam fermentor Batch fermentor Continuous Fermentor Mikroorganisme tdk hilang selama proses fermentasi MO. Memiliki waktu utk beradaptasi dan kecepatan pembelahan maksimum Biotransformasi MO. Berjalan dgn baik dgn parameter lingkungan yang terkontrol MO dpt lebih cepat/lambat msk ke fase stasioner dan terakumulasi toksin saat nutrisi terbatas MO., nutrisi dan cairan dapat ikut terbuang MO. Membutuhkan waktu utk beradaptasi lagi setiap penambahan nutrisi Rentan thd MO kontaminan Retensi mikroorganisme di dalam fermentor

Retensi mikroorganisme di dalam fermentor Feed batch fermentor Pemberian nutrisi secara berselang Mikroorganisme lebih sehat karena nutrisi dapat terpenuhi Retensi mikroorganisme di dalam fermentor

FERMENTOR BERDASARKAN TINGKAT ASEPTIS : FERMENTOR ASEPTIS FERMENTOR NON ASEPTIS

FERMENTOR BERDASARKAN SISTEM AERASI : STIRRED TANK (MENGGUNAKAN SISTEM AGITASI) BUBBLE COLUMN (UDARA DIALIRKAN MELALUI SPARGER) LOOP BUBBLE COLUMN BIOREACTOR (UDARA DAN MEDIA DISIRKULASI BERSAMAAN MELALUI SUATU KOLOM)